Gubernur Sulsel Batal Divaksinasi, Ini Penjelasan Dokter
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Pencanangan vaksinasi COVID-19 di Sulawesi Selatan (Sulsel) dilaksanakan di RSKD Dadi Makassar, Kamis (14/1/2021) pagi. Ada 15 pejabat dan juga tokoh yang akan mendapatkan suntikan vaksin pertama.
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menjadi orang pertama yang sedianya akan disuntik vaksin Sinovac. Sejak beberapa hari terakhir, Nurdin menyatakan kesiapannya divaksinasi pertama. Namun, vaksinasi untuk Nurdin batal dilakukan. Apa penyebabnya?
Baca Juga: Tiga Daerah di Sulsel Jadi Prioritas Distribusi Awal Vaksin COVID-19
1. Nurdin Abdullah punya riwayat kontak erat dengan pasien positif
Nurdin batal disuntik vaksin lantaran dirinya dinyatakan tidak memenuhi syarat. Berdasarkan hasil screening, Nurdin ternyata sempat kontak dengan keluarganya yang dinyatakan positif COVID-19.
Hal itu dibenarkan oleh dokter Putri Riskia selaku pelaksana screening vaksinasi COVID-19 di RSKD Dadi.
"Pak Gubernur tidak bisa karena ada riwayat kontak erat dengan pasien COVID-19," kata Putri di RSKD Dadi, Kamis.
2. Padahal untuk pertama kalinya Nurdin tampil mengenakan baju lengan pendek
Untuk menjalani vaksinasi, Nurdin sengaja mengenakan baju lengan pendek untuk memudahkan penyuntikan. Selama ini, dia memang jarang terlihat mengenakan baju lengan pendek dan lebih sering memakai baju lengan panjang sehari-hari.
"Hari ini saya siap. Pertama kalinya saya pakai baju lengan pendek karena siap divaksin. Saya terbiasa pakai lengan panjang," kata Nurdin yang disambut tepuk tangan.
3. Nurdin sebut Sulsel terima 66.640 dosis vaksin
Nurdin Abdullah menjelaskan bahwa Sulsel menerima 66.640 dosis vaksin. Dia mengakui bahwa pemerintah mengalami hambatan yang cukup berat dalam proses vaksinasi ini karena banyaknya berita-berita yang membuat masyarakat bingung.
"Jujur pandemik COVID-19 ini solusinya adalah vaksin. Kenapa Pak Presiden terus mendorong vaksin ini dipercepat karena kita menyadari kita negara berkembang. Berbeda dengan negara maju yang masyarakatnya sadar terhadap pandemik," katanya.