Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Libur Nataru, Tarif Bus di Sulsel Melonjak hingga 50 Persen

Ilustrasi mudik dengan bus. (ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh)
Ilustrasi mudik dengan bus. (ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh)
Intinya sih...
  • Tarif bus kelas non-ekonomi diserahkan kepada kebijakan pengusaha, dengan penyesuaian tarif dan keterisian kursi untuk kenyamanan penumpang.
  • Perjalanan balik kosong menjadi pertimbangan tarif karena biaya operasional tetap berjalan meski bus minim penumpang.
  • Sejumlah rute mengalami kenaikan tarif antara 30 hingga 50 persen, dengan rute Toraja memiliki kenaikan tertinggi selama libur Nataru.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makassar, IDN Times - Lonjakan arus mudik Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru) membuat tarif bus di Sulawesi Selatan (Sulsel) ikut melambung. Di sejumlah rute favorit, harga tiket naik hingga 50 persen seiring tingginya permintaan penumpang.

Kementerian Perhubungan sebelumnya telah mengimbau pengusaha bus Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) agar tetap memperhatikan batas tarif bawah dan atas untuk bus non-AC. Sementara layanan eksekutif, VVIP, dan sleeper disesuaikan dengan fasilitas yang disediakan masing-masing perusahaan otobus (PO).

Ketua DPD Organda Sulsel Darwis Rahim mengatakan, pengusaha bus di Sulsel menyepakati kenaikan maksimal 15 persen dari tarif normal selama periode libur Nataru. Penyesuaian tarif tersebut mulai berlaku sejak 18 Desember 2025 dan berlangsung sekitar satu pekan.

"Pengusaha sepakat untuk kelas non-ekonomi, eksekutif itu minimal 15 persen kenaikannya dari tarif yang berlaku selama ini di lapangan," kata Darwis, Kamis (25/12/2025).

1. Tarif untuk bus kelas non-ekonomi diserahkan kepada kebijakan pengusaha

Situasi pangkalan keberangkatan Perusahaan Otobus (PO) Gunung Harta di Jalan Cokroaminoto Kelurahan Ubung, Kecamatan Denpasar Utara, pada Jumat (22/4/2022). (IDN Times/Ayu Afria)
Ilustrasi bus. Situasi pangkalan keberangkatan Perusahaan Otobus (PO) Gunung Harta di Jalan Cokroaminoto Kelurahan Ubung, Kecamatan Denpasar Utara, pada Jumat (22/4/2022). (IDN Times/Ayu Afria)

Menurut Darwis, tarif untuk bus kelas non-ekonomi memang diserahkan kepada kebijakan masing-masing pengusaha. Hal itu mempertimbangkan kondisi persaingan antarmoda transportasi serta ketersediaan kursi yang tidak selalu seimbang dengan jumlah penumpang.

"Tarif ini memang dilepas untuk pengusaha kelas non-ekonomi. Kalau dinaikkan terlalu tinggi, kasihan, penumpang bisa lari ke angkutan lain," katanya.

Selain penyesuaian tarif, keterisian kursi bus eksekutif juga dikurangi demi kenyamanan penumpang. Dari kapasitas maksimal 34 kursi, kini hanya diisi sekitar 17 kursi. Organda Sulsel juga memastikan kesiapan armada melalui ramp check di terminal sebelum keberangkatan.

"Itu kita ada rampcheck di terminal sebelum berangkat, memang dengan instansi terkait itu sudah siap," ucap Darwis.

2. Perjalanan balik kosong jadi pertimbangan tarif

Perusahaan Otobus (PO) Pandawa 87 mengubah armada menjadi kafe berjalan layani trip keliling Kota Malang sambil ngopi. IDN Times/ Alfi Ramadana
Ilustrasi bus. Perusahaan Otobus (PO) Pandawa 87 mengubah armada menjadi kafe berjalan layani trip keliling Kota Malang sambil ngopi. IDN Times/ Alfi Ramadana

Sementara itu, pemilik PT Borlindo Mandiri Jaya, Roy Sumule menyampaikan kebijakan tarif setiap PO bus tidak seragam karena mempertimbangkan kondisi operasional. Menurut Roy, keterisian kursi hanya tinggi pada perjalanan menuju daerah tujuan, sementara perjalanan kembali ke Makassar seringkali kosong.

"Kalau kita hitung secara keseluruhan, pencapaiannya saat ini kurang lebih baru sekitar 49,9 persen, karena dihitung termasuk perjalanan balik," kata Roy.

Dia menjelaskan biaya operasional tetap berjalan meski bus kembali dalam kondisi minim penumpang. Penggunaan bahan bakar, perawatan kendaraan, hingga suku cadang menjadi beban yang harus ditanggung perusahaan.

"Kalau kenaikannya cuma 15 persen, otomatis tidak akan cukup, bahkan untuk biaya solar saja. Karena mobilnya hanya berjalan satu arah," katanya.

3. Sejumlah rute naik 30-50 persen dengan rute Toraja tertinggi

Ilustrasi Mudik. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Mudik. (IDN Times/Aditya Pratama)

Roy menyebut sejumlah rute mengalami kenaikan tarif antara 30 hingga 50 persen. Kenaikan tersebut dipicu tingginya permintaan penumpang yang tidak sebanding dengan ketersediaan armada bus. 

Daerah dengan tujuan tertinggi selama libur Nataru tercatat menuju Toraja. Roy menyebut tarif bus VIP rute Toraja pada hari normal sebesar Rp250 ribu, sementara selama Nataru naik menjadi Rp300 ribu.

"Bahkan ada yang Rp350 ribu. Untuk sleeper, dari harga Rp300 ribu naik menjadi Rp400 ribu," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us

Latest News Sulawesi Selatan

See More

UMK Makassar Naik 6,92 Persen Jadi Rp4,14 Juta

26 Des 2025, 00:42 WIBNews