PLN Hadirkan Listrik Ramah Lingkungan untuk 18 Sekolah di Muna

Makassar, IDN Times - Tim PLN menempuh perjalanan panjang melintasi laut dengan ombak tinggi demi menghadirkan listrik ke pulau-pulau terpencil di Kabupaten Muna dan Muna Barat, Sulawesi Tenggara. Upaya tersebut kini berbuah manis. Sebanyak 18 sekolah dari berbagai jenjang pendidikan menikmati aliran listrik ramah lingkungan.
Melalui inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) mikro yang dilengkapi Battery Energy Storage System (BESS) atau SuperSUN, PLN menghadirkan listrik di 12 pulau terpencil. Selain sekolah, satu fasilitas umum juga turut dialiri listrik berbasis energi terbarukan ini.
1. Langkah besar dalam pemerataan pembangunan

Proses pemasangan SuperSUN bukan perkara mudah. Tim PLN harus menempuh perjalanan laut selama berjam-jam dengan kondisi cuaca yang kerap berubah. Ombak tinggi, hujan deras, hingga keterbatasan akses logistik menjadi tantangan tersendiri.
Panel surya, baterai penyimpanan energi, hingga peralatan instalasi dengan bobot mencapai 100 kilogram per unit diangkut menggunakan kapal, bahkan perahu kecil, demi mencapai pulau-pulau tujuan. Meski demikian, tantangan tersebut tak menyurutkan semangat tim PLN untuk menyalakan listrik hingga pelosok negeri.
Bupati Muna, Bachrun, mengapresiasi langkah PLN yang dinilainya sebagai bukti nyata kehadiran negara di wilayah kepulauan. Menurutnya, listrik membawa dampak besar, khususnya bagi sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi masyarakat. Ia juga menyatakan dukungan penuh terhadap pemanfaatan teknologi SuperSUN sebagai solusi energi berkeadilan bagi masyarakat kepulauan.
“Keberhasilan PLN melistriki 18 sekolah di pulau-pulau terpencil di Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna Barat adalah langkah besar dalam mempercepat pemerataan pembangunan. Listrik bukan hanya soal energi, tetapi juga tentang masa depan,” kata Bachrun dalam siaran persnya, Selasa (23/12/2025).
2. Sekolah rasakan dampak nyata kehadiran listrik

Kepala Sekolah SMPN 1 Maginti, Kading, mengaku sangat terbantu dengan hadirnya SuperSUN. Selama ini, sekolah harus mengandalkan genset dengan biaya operasional yang cukup besar.
“Dulu untuk menikmati listrik, kami harus menyalakan genset. Bahan bakarnya dibeli dengan menyeberang laut ke daratan Kabupaten Muna. Biayanya bisa mencapai Rp675 ribu per bulan,” ujarnya.
Kini, dengan SuperSUN, biaya listrik turun drastis menjadi sekitar Rp100 ribu per bulan untuk layanan listrik 24 jam. “Kami mendapatkan terang sepanjang malam, sebuah kemewahan yang dulu hanya bisa dibayangkan,” kata Kading.
Ia menambahkan, listrik memberikan dampak besar bagi proses belajar mengajar. “Bagi siswa, hadirnya listrik bukan sekadar tentang lampu yang menyala. Listrik adalah pintu menuju perubahan hidup. Anak-anak kini dapat belajar lebih baik bahkan di malam hari,” ujarnya.
3. PLN: listrik untuk harapan dan masa depan

General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat, Edyansyah, menegaskan bahwa SuperSUN merupakan wujud komitmen PLN dalam menghadirkan listrik berkeadilan. “Kami tidak hanya membawa cahaya, tapi juga harapan. SuperSUN dirancang agar masyarakat kepulauan bisa mandiri energi dengan memanfaatkan potensi alam sekitar,” kata Edyansyah.
Menurutnya, sistem PLTS yang dilengkapi BESS memungkinkan listrik tetap menyala selama 24 jam, meski matahari telah terbenam. Teknologi ini menjadi solusi ideal bagi wilayah yang sulit dijangkau jaringan listrik konvensional.
“Dengan adanya listrik, anak-anak bisa belajar lebih maksimal. Kami optimistis, hadirnya listrik akan membawa manfaat besar bagi dunia pendidikan,” ujarnya.


















