Gelombang Tinggi di Perairan Sulut, Nelayan Manado Tak Bisa Melaut

Cuaca ekstrem diprediksi masih akan terjadi seminggu kedepan

Manado, IDN Times – Cuaca ekstrem di Sulawesi Utara (Sulut) tak hanya terjadi di darat, tetapi juga di wilayah perairan. Menurut keterangan salah seorang nelayan di Manado bernama Abe, dirinya dan beberapa nelayan sudah tidak pergi melaut dalam dua hari terakhir.

“Tadi pagi sekitar pukul 07.00 Wita ada yang mencoba melaut, tapi karena cuaca tidak memungkinkan akhirnya kembali lagi ke darat,” ujar Abe, Senin (21/2/2022).

Kini, untuk mengisi waktu luang, Abe dan beberapa nelayan lainnya tampak memperbaiki perahu yang tertambat di pinggir Jalan Boulevard II, Sindulang, Manado, sampai memungkinkan untuk pergi melaut kembali.

Di sisi lain, cuaca ekstrem di wilayah perairan tersebut hingga kini tak mengganggu pelayaran kapal penumpang dari Pelabuhan Manado dan Pelabuhan Samudera Bitung.

1. Ombak setinggi 1 meter di Perairan Teluk Manado sebabkan nelayan tak bisa melaut

Gelombang Tinggi di Perairan Sulut, Nelayan Manado Tak Bisa MelautSeorang nelayan memperbaiki perahunya yang tertambat di Pesisir Teluk Manado, Senin (21/2/2022). IDN Times/Savi

Abe dan Fredi, nelayan tradisional di Manado mengaku sejak Minggu, 20 Februari 2022, tidak pergi melaut. Menurut Fredi, saat ini tinggi gelombang di Teluk Manado mencapai lebih dari 1 meter sehingga membuat nelayan tradisional seperti dirinya tidak memungkinkan melaut.

Bagi nelayan yang sudah terlanjur melaut sejak Sabtu, 19 Februari 2022 dan tidak memungkinkan kembali ke pusat Kota Manado, terpaksa harus menginap berhari-hari di pulau terdekat seperti Manado Tua dan Bunaken.

“Cuaca beberapa tahun belakangan memang aneh. Biasanya kalau sudah melewati Bulan Desember, nelayan sudah bisa melaut. Dua tahun terakhir, meskipun sudah Bulan Februari nelayan tetap kesulitan memprediksi cuaca untuk melaut,” keluh Abe.

Ombak tinggi juga menyebabkan perahu nelayan tidak memungkinkan untuk ditambatkan di pesisir pantai. Akhirnya, perahu-perahu tersebut terpaksa dinaikkan hingga ke pinggir Jalan Boulevard II agar tidak hanyut terbawa arus laut.

2. Cuaca ekstrem tak mengganggu pelayaran di Pelabuhan

Gelombang Tinggi di Perairan Sulut, Nelayan Manado Tak Bisa MelautPelayaran di Pelabuhan Manado. IDN Times/Savi

Hingga Senin, aktivitas pelayaran di Pelabuhan Manado maupun Pelabuhan Samudera Bitung masih berjalan lancar. Kepala Cabang PT Pelni Manado Bitung, Djasman, mengatakan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Bitung memang sudah mengeluarkan SE Nomor UM.003/3/10/KSOP.BTG-22 terkait Waspada Gelombang Tinggi dan Angin Kencang.

Dalam salah satu poin disebutkan bahwa kapal di bawah 1000 GT diimbau menunda pelayaran ke Kepulauan Talaud, Sangihe, hingga Maluku. “Dari ketentuan tersebut kapal-kapal Pelni tidak termasuk karena rata-rata berbobot 14 ribu GT, sehingga pelayaran kapal penumpang masih memungkinkan,” jelas Djasman.

Hanya saja, PT Pelni Manado Bitung tetap mempertimbangkan kondisi cuaca sebagai salah satu faktor keselamatan, terutama bagi kapal perintis berbobot 1.200-2.000 GT. “Kalau posisi daerahnya masih kurang memungkinkan, pasti ditunda. KSOP juga pasti terus memantau,” sambung Djasman.

Baca Juga: Perayaan Cap Go Meh di Manado, Kelenteng Tak Seramai sebelum Pandemik

3. Cuaca ekstrem di Perairan Sulut diprediksi terjadi selama seminggu kedepan

Gelombang Tinggi di Perairan Sulut, Nelayan Manado Tak Bisa MelautBeberapa perahu nelayan ditambatkan hingga ke pinggir Jalan Boulevard II, Manado, Sulut, Senin (21/2/2022). IDN Times/Savi

Berdasarkan prakiraan cuaca maritim yang dikeluarkan Stasiun Meteorologi Maritim (Stamar) Bitung, selama seminggu kedepan akan terjadi gelombang tinggi.

Gelombang setinggi 1,25 m-2,5 m (sedang) diperkirakan akan terjadi di Laut Sulawesi, Perairan Utara Sulut, Perairan Selatan Sulut, dan Teluk Tomini. Sedangkan gelombang setinggi 2,5m-4 m (tinggi) berpeluang terjadi di sebelah utara Perairan Kepulauan Sangihe, Perairan Kepulauan Talaud, Perairan Kepulauan Sitaro, Perairan Bitung-Likupang, dan Laut Maluku.

Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stamar Bitung, Ricky Daniel Aror, mengatakan gelombang tinggi tersebut salah satunya disebabkan kecepatan angin yang meningkat beberapa hari kedepan.

“Baik masyarakat maupun kapal-kapal yang beraktivitas di wilayah yang sudah disebutkan harap mempertimbangkan kondisi gelombang tinggi terkait keselamatan pelayaran,” ucap Ricky.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Longsor Terjadi di Sejumlah Wilayah Sulawesi Utara

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya