Geliat Politik Pilgub Sulsel 2024 Lebih Terbuka tanpa Nurdin Abdullah

Sejumlah tokoh politik di Sulsel mulai bergerak

Makassar, IDN Times - Kasus hukum yang menjerat Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) nonaktif Nurdin Abdullah (NA) telah mengubah konstelasi politik di Pilgub Sulsel 2024. Nurdin yang telah divonis 5 tahun penjara jelas tak bisa mengikuti kontestasi tersebut, apalagi hak politiknya juga dicabut selama 3 tahun.

Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, Andi Luhur Prianto mengatakan kasus hukum yang dialami Nurdin tentu mempunyai dampak pada tingkat persaingan di Pilgub Sulsel 2024 mendatang.

"Kompetisi akan lebih terbuka dan terutama membuka peluang para bupati dan wali kota berprestasi untuk tampil di kontestasi Pilgub 2024 nanti. Para pimpinan partai dan kepala daerah punya peluang kontestasi yg lebih terbuka," kata Luhur yang diwawancarai via WhatsApp, Senin (13/12/2021).

Pilgub Sulsel 2024 memang masih lama tapi sejumlah figur baru sejak awal digadang-gadang akan muncul. Bahkan sudah ada beberapa figur yang secara terang-terangan menyatakan akan maju di Pilgub 2024.

Terbaru, Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Nurdin Halid (NH) yang menyatakan dirinya akan kembali maju pada kontestasi politik Sulsel. Hal itu disampaikannya saat puncak Peringatan Hari Koperasi Nasional ke-74 di lapangan Sinjai Bersatu Kabupaten Sinjai pada Sabtu (11/12/2021) lalu.

"Kontestasi Pilgub 2024 masih lama. Tetapi upaya 'menyalakan api' persaingan telah dilakukan beberapa pihak. Setiap tokoh politik sebaiknya mengatur ritme persaingan itu," kata Luhur.

1. Nurdin Halid punya banyak pengalaman politik

Geliat Politik Pilgub Sulsel 2024 Lebih Terbuka tanpa Nurdin AbdullahKetua DPD I Golkar Sulsel Nurdin Halid. YouTube

Luhur menyebut NH merupakan politisi senior yang telah mempunyai pengamalan panjang berkompetisi di pentas politik. Itu dimulai sejak pemilihan DPRD 2003 silam. Di Pilgub 2018, NH kembali tampil di panggung kontestasi politik dengan berpasangan Aziz Qahar Muzakkar (AQM). 

"Sekarang masih sebagai elit DPP Partai Golkar. Soal peluang maju lagi, semua kekuatan kandidat akan terlihat setelah konstelasi Pileg 2024," kata Luhur.

Luhur menyebut konstalasi politik di internal Partai Golkar telah mengalami perubahan. Faksi politik NH di partai berlambang beringin itu juga telah beralih ke faksi lain. 

Posisi seperti itu membuat kedekatan NH dan basis politik dan pemilih di Sulsel semakin berjarak. NH tidak lagi bisa menggunakan struktur organisasi Partai Golkar untuk pergerakan politiknya.

"Statement-statement politiknya pun justru rilis di luar agenda resmi partai. Seperti di momen peringatan Hari Koperasi," kata Luhur.

Dia menambahkan Partai Golkar juga memiliki banyak kader dan kepala daerah berprestasi yang juga layak berkontestasi di arena Pilgub 2024. 

"Partai politik perlu mempertimbangkan regenerasi kepemimpinan, demi pencapaian politik di masa depan," katanya.

2. Sejumlah kepala daerah punya potensi

Geliat Politik Pilgub Sulsel 2024 Lebih Terbuka tanpa Nurdin AbdullahBupati Gowa Adnan Puritha Ichsan. Humas Pemkab Gowa

Dalam kontestasi pilgub, jangan lupakan kepala daerah. Menurut Luhur, mereka punya keistimewaan untuk bisa merebut simpati publik dalam jangka waktu yang lama, melalui kinerja kepemimpinan yang inovatif dan minim resistensi. Dia mengambil contoh Wali Kota Makassar dan Bupati Gowa Adnan Puritha Ichsan.

"DP dan Adnan berada di magnitude sorotan media yang sama. Tentu berbeda panggung media NH yang lebih bermain isu dan pengalaman. Publik sangat mudah menilai performa kepemimpinan mereka dari media," kata Luhur.

Bupati Gowa Adnan Puritha Ichsan memang pernah terang-terangan mengungkapkan kesiapannya apabila suatu waktu diberikan kepercayaan dan amanah oleh masyarakat untuk memimpin Sulsel. Sementara itu, Danny masih malu-malu kucing jika berbicara soal pilgub.

Secara komunikasi politik, kata Luhur, sebenarnya mereka sedang bersaing merebut simpati publik yang lebih luas. Hal itu termasuk dalam mengemas panggung politik di penanggulangan COVID-19 ini. 

"Ada beberapa perbedaan, untuk tidak menyebut sebagai perlawanan, kebijakan terkait penanganan COVID-19 antara Makassar dan Gowa. Meskipun pada titik tertentu, mereka juga tetap memperkuat sinergi kawasan Makassar-Gowa," kata Luhur.

Selain Danny dan Adnan, masih ada figur-figur kepala daerah lain yang tak boleh dipandang sebelah mata. Sebut saja, Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani, Bupati Bone Andi Fashar Padjalangi, dan Wali Kota Parepare, yang juga dipandang layak bersaing di Pilgub.

"Soal peluang di Pilgub 2024, masih terlalu dini. Mereka harus sukses dulu mengarahkan gerbong politiknya di Pileg dan Pilpres 2024. Arah dan formasi dukungan partai politik baru akan mengerucut pasca Pileg 2024 nanti," kata Luhur.

Baca Juga: Indah, Adnan, Danny Berpotensi Rebut Kursi Gubernur Sulsel pada 2024

3. Andi Sudirman belum tentukan sikap

Geliat Politik Pilgub Sulsel 2024 Lebih Terbuka tanpa Nurdin AbdullahGubernur Sulsel Nurdin Abdullah (kiri) bersama Wakil Gubernur Andi Sudirman Sulaiman (kanan) usai menghadiri perayaan hari jadi Sulsel ke-351 di Kantor DPRD Sulsel, Senin (19/10/2020). IDN Times/Istimewa

Sementara itu, Plt Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman tampaknya belum menentukan sikap politiknya. Hingga kini, dia juga masih enggan menjawab jika disinggung mengenai Pilgub Sulsel 2024.

Sudirman yang notabene adalah Wakil Gubernur sebelum Nurdin Abdullah terjerat kasus hukum, berpotensi menjadi gubernur definitif, apalagi kasus Nurdin telah inkrah. Jika dia menjadi gubernur definitif maka dia akan berstatus petahana kalau maju di pilgub.

Meskipun demikian, kata Luhur, dengan formasi politik dan birokrasi peninggalan Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman Sulaiman masih harus mengkonsolidasi kekuatan. 

"Segala previlege politik kini berada di tangan ASS. Dia hanya perlu memperlihatkan talenta kepemimpinannya, termasuk dalam melihat Sulsel yang lebih beragam," katanya.

Baca Juga: Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan Persiapkan Diri Jadi Gubernur Sulsel

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya