Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

OPM Klaim Bertanggung Jawab atas Penyerangan di Yahukimo

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB) Kodap XVI Yahukimo mengakui melakukan penyerangan pada 25—26 Desember 2025. (IDN Times/Tangkapan layar video pernyataan TPNPB Kodap XVI Yahukimo)
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB) Kodap XVI Yahukimo mengakui melakukan penyerangan pada 25—26 Desember 2025. (IDN Times/Tangkapan layar video pernyataan TPNPB Kodap XVI Yahukimo)

Yahukimo, IDN Times — Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat–Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Kodap XVI Yahukimo, yang oleh aparat keamanan disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), mengakui bertanggung jawab atas dua aksi kekerasan yang terjadi di Kota Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, pada 25 dan 26 Desember 2025.

Pengakuan tersebut disampaikan secara terbuka oleh Komandan Batalyon Sisibia TPNPB Kodap XVI Yahukimo, Mayor Yosua Sobolim, melalui sebuah video pernyataan yang diterima IDN Times pada Jumat (26/12/2025) malam.

Dalam pernyataannya, Yosua menyebut penyerangan dilakukan sebagai bagian dari operasi militer sekaligus pembalasan atas kematian salah satu anggotanya. “Hari ini saya dan seluruh pasukan Sisibia melaksanakan operasi sejak tanggal 25 hingga hari ini, tanggal 26,” kata Yosua Sobolim dalam video tersebut.

Ia mengklaim penyerangan tersebut menyasar aparat keamanan Indonesia. “Kami melakukan penyerangan terhadap anggota organik yang dikirim oleh Prabowo. Eksekusi pertama dilakukan pada tanggal 25 pukul 18.00 WIT di Kali Bonto,” ujarnya.

Penyerangan kedua, menurut Yosua, dilakukan pada Jumat pagi. “Penyerangan kedua kami lakukan pagi ini pukul 09.00 WIT, di lokasi belakang Bank Papua, kawasan perumahan kantor DPR lama,” katanya.

Yosua juga menyampaikan bahwa dalam rangkaian penyerangan tersebut, seluruh pasukan Batalyon Sisibia tidak mengalami pertumpahan darah. Pernyataan itu disertai ancaman terbuka terhadap siapa pun yang dianggap bagian dari struktur pemerintahan Indonesia.

“NKRI—baik orang Indonesia, pejabat, maupun petinggi siapa pun—yang menggunakan lambang Garuda, termasuk rakyat sipil, tidak akan ada kompromi,” ujarnya.

Ia bahkan menegaskan bahwa warga sipil tidak lagi menjadi pengecualian dalam konflik bersenjata. “Ke depan, siapa pun, termasuk keluarga, tidak menjadi pertimbangan. Tidak ada konsekuensi lain selain revolusi. Perang sedang berjalan,” kata Yosua.

Namun demikian, klaim TPNPB tersebut bertolak belakang dengan fakta lapangan yang diungkap aparat keamanan. Polisi memastikan bahwa dua korban dalam rangkaian peristiwa kekerasan di Yahukimo merupakan warga sipil pendatang yang tidak memiliki keterkaitan dengan aparat militer maupun kepolisian.

Peristiwa pertama terjadi pada Kamis malam, 25 Desember 2025, sekitar pukul 20.45 WIT, di Jalan Sosial Matoa, Distrik Dekai. Seorang pria bernama Ramli S (51 tahun) ditemukan tewas di badan jalan dengan luka bacok serius.

“Korban bernama Ramli S, usia 51 tahun, ditemukan meninggal dunia di tempat kejadian perkara dengan luka bacok pada bagian leher. Korban diduga menjadi korban penganiayaan oleh lima orang pelaku tidak dikenal yang menggunakan senjata tajam,” ujar Kepala Operasi Damai Cartenz-2025, Brigjen Faizal Ramadhani, dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Faizal, korban juga mengalami sejumlah luka lain di tubuhnya. “Korban mengalami luka bacok pada telapak tangan serta luka robek pada pergelangan tangan kiri. Berdasarkan keterangan saksi di lokasi, sebelum kejadian korban sempat meminta air minum, kemudian tidak lama berselang ditemukan tersungkur di jalan dalam kondisi bersimbah darah,” jelasnya.

Kurang dari 12 jam berselang, kekerasan kembali terjadi. Pada Jumat pagi, 26 Desember 2025, sekitar pukul 09.00 WIT, seorang warga pendatang bernama Ardi (45 tahun) diserang di sebuah bengkel motor di Jalan Papua, Distrik Dekai.

“Korban mengalami luka tusuk atau sobek pada bagian leher belakang sebelah kiri serta luka sobek pada tangan kanan akibat serangan senjata tajam,” kata Wakil Kepala Operasi Damai Cartenz-2025, Kombes Pol. Adarma Sinaga.

Aparat keamanan menilai kedua peristiwa tersebut saling berkaitan dan mengarah pada aktivitas kelompok bersenjata TPNPB Kodap XVI Yahukimo. Pengamanan di Kota Dekai pun diperketat melalui patroli gabungan, olah tempat kejadian perkara lanjutan, serta razia di sejumlah titik rawan.

Satgas Operasi Damai Cartenz menegaskan komitmennya untuk menindak tegas pelaku kekerasan terhadap warga sipil.

“Kami akan terus mengidentifikasi dan memburu para pelaku guna menegakkan hukum, memberikan keadilan bagi para korban, serta menjamin rasa aman bagi seluruh masyarakat Kabupaten Yahukimo,” tegas Kombes Adarma.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us

Latest News Sulawesi Selatan

See More

35 KK dari Jawa Transmigrasi ke Sidrap, Permukiman Baru Siap Huni

27 Des 2025, 21:18 WIBNews