Pemerintah dan Save The Children Edukasi Anak Mengatasi Krisis Iklim

Merespons dampak krisis iklim pada pemenuhan hak-hak anak

Makassar, IDN Times - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan bersama Save The Children Indonesia berkolaborasi menyelenggarakan acara bertajuk “Satu Hari Bermain Bersama Anak”, Sabtu (10/8/2024).

Acara ini merupakan rangkaian dari Hari Anak Nasional Tahun 2024 yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2024. Sekaligus momentum penting bagi kedua belah pihak untuk mencanangkan rangkaian kampanye nasional Aksi Generasi Iklim di delapan provinsi, termasuk Sulawesi Selatan.

Baca Juga: 5 Tips Membimbing Anak yang Suka Cari Uang, Kecil-kecil Produktif!

1. Upaya membangun kesadaran dan partisipasi anak tentang krisis iklim

Pemerintah dan Save The Children Edukasi Anak Mengatasi Krisis IklimDialog edukasi Deputi Menteri Kemenko PMK, CEO Save the Children dengan perwakilan anak. (Dok. Istimewa)

Laporan global Save the Children ”Born into the Climate Crisis” pada September 2021 menjelaskan bahwa krisis iklim secara global membawa dampak nyata dan dirasakan oleh anak-anak saat ini. Anak-anak yang lahir tahun 2020 akan menghadapi 3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai, 2 kali lebih banyak mengalami kekeringan serta 3 kali lebih banyak gagal panen. Dampak krisis iklim ini membuat jutaan anak dan keluarga jatuh dalam kemiskinan jangka panjang. Untuk itu, upaya bersama dari semua pihak dalam mengatasi dampak iklim perlu dilakukan, termasuk memastikan kesadaran, pemahaman dan partisipasi aktif anak-anak melalui berbagai aksi nyata.

“Satu Hari Bermain Bersama Anak” dihadiri sebanyak 500 peserta yang terdiri dari anak-anak, perwakilan kementerian lembaga, para mitra pembangunan terkait, dan media. Beragam informasi, edukasi mengenai dampak krisis iklim pada anak dan aksi adaptasi iklim ditampilkan dengan cara yang mendidik dan menyenangkan (edutainment) dan mudah dipahami melalui seni budaya, permainan dan pertunjukan yang bertema resiliensi terhadap krisis iklim.  Pesan suara anak terkait urgensi dampak krisis iklim dan tindakan yang harus segera dilakukan juga akan disampaikan secara langsung kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. 

“Kemenko PMK berkomitmen untuk memastikan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan maupun program kementerian/lembaga di bawah koordinasi Kemenko PMK untuk mendukung Aksi Generasi Iklim yang menyertakan anak tidak hanya sebagai objek, melainkan subjek  dan agent of change dari aksi tersebut. Kompleksitas isu perubahan iklim yang berdampak kepada anak juga harus mendorong peran serta seluruh pihak dan menguatkan komitmen kita bersama, bahkan anak dan orang muda untuk melakukan berbagai aksi nyata,” kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam siaran persnya.

2. Anak-anak dan orang muda aktor utama dalam mitigasi krisis iklim

Pemerintah dan Save The Children Edukasi Anak Mengatasi Krisis IklimIlustrasi krisis iklim (pexels.com/pixabay)

Pencanangan rangkaian kampanye nasional Aksi Generasi Iklim di delapan provinsi bertujuan memperkuat partisipasi anak dan peran serta multi-pihak untuk terlibat pada gerakan membangun resiliensi untuk dan bersama anak dalam merespons dampak krisis iklim terhadap pemenuhan hak-hak anak. Rangkaian atau Reli Nasional berlangsung di Provinsi Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, NTT, Bali, dan DI Yogyakarta. Seluruh rangkaian kegiatan akan melibatkan kelompok anak dan orang muda yang tergabung dalam Child Campaigner Save the Children Indonesia di delapan Provinsi.

Keterlibatan anak-anak dan orang muda dalam mengatasi  krisis iklim sangat dibutuhkan. Banyak dari mereka belum menyadari dampak krisis iklim pada kehidupan mereka sekarang dan di masa depan. 

"Oleh karena itu, sangat penting menempatkan anak-anak dan orang muda sebagai aktor utama, sehingga mereka dapat menginspirasi dan mempengaruhi sesama generasinya untuk mitigasi krisis iklim dan adaptasi dengan lingkungan baru.  Kegiatan  hari ini menjadi momentum terbaik untuk mengedukasi krisis iklim anak-anak dan orang muda dan pentingnya berpartisipasi  dalam setiap pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dalam koridor kerja sama dengan pemangku kepentingan dan pihak lainnya," jelas Dessy Kurwiany Ukar, CEO Save the Chilren Indonesia.

3. Krisis iklim memperburuk situasi hak-hak anak

Pemerintah dan Save The Children Edukasi Anak Mengatasi Krisis Iklimilustrasi anak-anak berenang (pexels.com/Juan Salamanca)

Pesan dan dukungan yang serupa juga disampaikan oleh dua Menteri melalui sambutan daring. Di antaranya yakni Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga. Dis menguatkan bahwa anak-anak termasuk kelompok rentan yang menghadapi tantangan dari dampak perubahan Iklim di Indonesia.

"Penting untuk berfokus pada meningkatkan resiliensi anak dengan melibatkan mereka dalam aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk mengintegrasikan dan mempertimbangkan peran anak dan kelompok rentan lainnya dalam kebijakan nasional maupun daerah, terutama bagi anak-anak yang tinggal di daerah rawan bencana. Peluncuran Rally Kampanye Aksi Generasi Iklim di delapan Provinsi menjadi momen bersejarah dalam memperjuangkan hak-hak anak," ucapnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menyampaikan pesan bahwa program pemerintah dalam penguatan peran serta masyarakat termasuk anak-anak dalam mengurangi risiko dampak buruk perubahan iklim.

"Mendorong peran anak-anak untuk dapat berkontribusi dengan cara sederhana seperti mengehmat air, mengurangi penggunaan plastik dan menjaga lingkungan kesehatan, membangung resisliensi kesehatan ditengan tantangan perubahan iklim.”

Krisis iklim telah memperburuk situasi hak-hak anak di Indonesia. Tantangan pada hak kesehatan anak semakin meningkat dengan maraknya kasus diare, pneumonia, dan demam berdarah dengue, serta pemenuhan nutrisi anak yang terhalang akibat kekeringan dan gagal panen. Hak anak atas pendidikan juga terancam terganggu dalam situasi kekeringan ataupun anomali cuaca yang tidak menentu seperti hujan deras yang mengakibatkan banjir dan longsor sehingga akses jalan terputus, membuat anak-anak terancam tidak bisa ke sekolah serta kehilangan hak belajarnya. 


Krisis iklim juga menyebabkan kesulitan ekonomi keluarga yang berdampak langsung pada terganggunya hak-hak anak. Dampak krisis iklim pada anak sudah dirasakan secara nyata saat ini. Seluruh pihak tidak bisa menunda respon lagi untuk bersama anak-anak melewati krisis iklim.

Baca Juga: 7 Ide Hadiah untuk Lomba 17 Agustusan Anak-anak

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya