MIWF Mengecam Razia Buku di Makassar

Dinilai sebagai kemunduran bagi dunia literasi

Makassar, IDN Times - Penyelenggara festival sastra tahunan Makassar International Writers Festival (MIWF) mengecam keras razia buku yang ramai jadi pembicaraan. Razia dilakukan sekelompok orang mengatasnamakan diri Brigade Muslim Indonesia (BMI) di Toko Buku Gramedia Trans Mall Makassar, 3 Agustus 2019 lalu.

Direktur MIWF Lily Yulianti Farid menyatakan, pemerintah bersikap atas kejadian itu. Razia buku dianggap sebagai kemunduran bagi dunia literasi.

"Kami meminta Presiden Jokowi untuk bersuara terkait kejadian ini. Di mana gerangan negara saat buku sebagai produk intelektual dirazia?" kata Lily, Selasa (6/8).

1. Sekelompok masyarakat tidak bisa seenaknya merazia buku

MIWF Mengecam Razia Buku di MakassarIstimewa

MIWF hadir sebagai festival sastra terbesar di Indonesia timur, sejak digelar rutin sembilan tahun terakhir. Acara ini menggelar festival berskala internasional, dengan target meningkatkan minat baca dan literasi. Penyelenggara mendatangkan para penulis nasional hingga manca negara.

Lily menilai razia buku sebagai kemunduran, di tengah semangat berbagai pihak untuk memajukan dunia literasi. Apalagi, razia bertentangan dengan dasar hukun yang berlaku.

"Penetapan pelarangan buku menurut perundangan haruslah melalui pengadilan. Sejak 2010, MK memutuskan prosedurnya harus melalui pengadilan. Tidak bisa langsung dirazia begitu saja, apalagi oleh sekelompok masyarakat,” kata Lily.

Baca Juga: LBH Makassar: Razia Buku adalah Pelanggaran Konstitusi

2. Razia dilakukan tanpa paham isi buku

MIWF Mengecam Razia Buku di MakassarDok.IDN Times/Istimewa

Lily mengaku belum pernah mendengar kelompok bernama Brigade Muslim Indonesia. Hal yang menarik, kata dia, salah satu buku yang dirazia seperti yang ditunjukkan dalam video yang telah beredar luas, adalah karya Franz Magnis-Suseno berjudul Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme yang isinya justru mengkritik Marxisme.

Hal itu menunjukkan kelompok tersebut tak paham isi buku yang mereka razia. "Buku Franz Magnis-Suseno itu yang justru mengkritik ajaran komunis, Marxisme dan Leninisme" ucapnya.

3. MIWF mengedepankan kebebasan berpendapat

MIWF Mengecam Razia Buku di MakassarDok. IDN Times/Istimewa

MIWF bukan hanya sekali ini menyatakan sikap terhadap upaya kemunduran literasi dari pihak manapun. Pada razia dan pelarangan buku sejak 2016 silam, bertepatan dengan MIWF ke-6, ribuan orang di Makassar juga turut mengecam.

Saat itu peserta dan hadirin MIWF menyatakan perlawanan dengan gerakan simbolis mengacungkan buku ke angkasa. Lily menyatakan pihaknya menolak segala bentuk pelarangan maupun pembatasan terhadap kebebasan berkumpul dan berpendapat.

"Saat itu marak pelarangan buku dan diskusi. Apa yang kami lakukan saat itu relevan lagi untuk konteks Makassar hari ini," kata Lily.

Topik:

  • Aan Pranata
  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya