Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Curhat Pedagang Thrift Makassar: Kalau Dilarang, Kami akan Mengaggur

1001287496.jpg
Bahar (56), pedagang thrift saat ditemui di lapaknya di Pasar Toddopuli, Makassar, Rabu (29/10/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Makassar, IDN Times - Di antara deretan los sempit di Pasar Toddopuli, deretan pakaian bekas impor berjejal tanpa jeda. Kaos, jaket denim, hingga hoodie tersusun rapi di lapak Bahar (56). Lelaki asal Makassar, Sulawesi Selatan, itu sudah hampir tiga dekade menggantungkan hidupnya dari menjual pakaian bekas, atau yang kini populer disebut thrifting.

Bahar mengaku sempat gelisah saat mendengar berita di televisi mengenai rencana Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang ingin melarang impor pakaian bekas. Di tengah pasar yang makin sepi, kabar itu terasa seperti ancaman baru bagi lapaknya yang sudah lama merana.

"Saya mulai tahun 1996. Dulunya keliling, sekarang disewa. Kami ini menjual begini, pemerintah tidak melihat bahwa kita betul-betul hanya mencari sesuap nasi," kata Bahar saat ditemui IDN Times di kiosnya, Rabu (29/10/2025).

1. Memulai usaha thrift dari nol

1001287497.jpg
Deretan pakaian thrift dipajang di lapak Bahar di Pasar Toddopuli, Makassar, Rabu (29/10/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Bahar mengaku mulai berjualan pakaian bekas setelah berhenti bekerja di kapal. Saat itu, dia baru menikah dan mencari cara cepat untuk menafkahi keluarga. Ide itu datang dari iparnya yang lebih dulu terjun ke bisnis cakar (pakaian bekas).

"Modal nol. Awalnya kan kenal sama penjual bal. Dia bilang ambil saja, nanti dapat pembeli baru kita setor. Lama-kelamaan punya modal sendiri sedikit demi sedikit kita bikin usaha juga," katanya.

Bahar menuturkan pakaian-pakaian di lapaknya bukan sembarang barang. Sebagian besar memang datang dari luar negeri seperti Korea, Jepang, hingga Eropa yang lebih dulu transit di Singapura sebelum akhirnya tiba di Makassar.

Dia menghela napas saat ditanya kesulitan terbesar dalam berjualan pakaian bekas. Menurutnya, bukan stok atau modal yang jadi masalah, melainkan pembeli yang makin jarang datang meski lapak tetap dia jaga setiap hari.

Keadaan makin berat karena Bahar tetap harus membayar sewa los. Satu petak kecil di Pasar Toddopuli dia sewa seharga Rp1 juta per bulan, sementara pendapatannya terus menipis. Pernah, tiga hari berturut-turut tak ada satu pun pembeli yang datang.

"Tidak bisa sekarang diprediksi. Bahkan pernah dalam 3 hari tidak dapat sama sekali pembeli. Kadang Rp50 ribu, kadang Rp100 ribu. Syukur-syukur masih ada bisa dipakai bayar los, atau untuk makan. Kalau untuk mau dikumpulkan seperti dulu, tidak ada cerita itu," ucapnya lirih.

2. Bertahan di tengah lesunya pasar

1001287501.jpg
Deretan pakaian thrift dipajang di lapak Bahar di Pasar Toddopuli, Makassar, Rabu (29/10/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Bahar lantas mengenang masa-masa ketika lapaknya ramai dikunjungi pembeli. Dulu, dia bisa membawa pulang Rp3 juta hingga Rp4 juta sebulan. Sekarang, katanya, semua berubah. Harga barang naik, pembeli turun, dan sewa tempat tetap jalan.

"Sekarang sudah tidak bisa. Dulu enak karena murah harga barang. Lalu, banyak pengunjung. Sekarang, kalau dapat Rp100 ribu, kadang dapat Rp50 ribu, mana cukup. Cuma bertahan saja ini," katanya.

Bahar melihat perubahan wajah pasar yang dia tempati selama puluhan tahun. Kini pembelinya didominasi anak muda, sementara pelanggan lama yang dulu setia datang satu per satu pergi, banyak di antaranya sudah tiada.

"Dulu banyak pelanggan tetap, tapi sudah banyak yang meninggal. Jadi sekarang kebanyak anak-anak baru semua yang belanja. Tidak sama dulu, sekarang betul-betul. Sepi. Seandainya kita duduk satu hari di sini, belum tentu ada orang masuk belanja," katanya.

3. Berharap usaha thrift tidak dimatikan

1001287376.jpg
Deretan pakaian thrift yang dipajang di Pasar Toddopuli, Makassar, Rabu (29/10/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Soal rencana pelarangan impor pakaian bekas, Bahar bereaksi keras. Dia menilai kebijakan itu tidak memperhitungkan nasib puluhan ribu pedagang kecil seperti dirinya.

"Kita sudah lama menjual, mulai dari zaman Pak Soeharto. Terus kalau memang sekarang pemerinath mau matikan begini, mikir enggak pemerintah itu, berapa banyak kira-kira ini penjual pakaian bekas dirugikan. Berapa banyak masyarakat menganggur," tegasnya.

Dia mengaku tak menolak aturan, tapi hanya meminta solusi yang adil. Misalnya, dengan mengenakan pajak terhadap pihak yang memasukkan barang impor bekas ke Indonesia. 

"Kalau saranku, lebih baik dicarikan jalan solusinya. Kalau memang mau dikasih kenaikan pajak, kasih kenaikan saja yang memasukkan itu barang kan, balpres itu,"  katanya.

Menurut Bahar, thrifting justru membantu masyarakat. Selain membuka lapangan kerja, juga memberi pilihan bagi warga berpenghasilan rendah untuk tetap bisa berpakaian layak. 

"Jualan thrifting ini membantu masyarakat kecil juga. Pasarnya untuk golongan menengah ke bawah. Harganya murah dan terjangkau. Dulu waktu belum ada pakaian begini banyak pencuri pakaian. Sekarang sudah tidak ada," katanya.

4. Pendukung Prabowo dalam empat kali Pilpres

1001287375.jpg
Deretan pakaian thrift dipajang di lapak Bahar di Pasar Toddopuli, Makassar, Rabu (29/10/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Kekecewaan Bahar terasa lebih dalam karena dia selama ini merupakan pendukung setia Prabowo Subianto. Sejak pertama kali Prabowo maju ke Pilpres pada 2009 hingga 2024 lalu, Bahar tak pernah berpaling memberi dukungannya.

"Empat kali Prabowo mencalonkan jadi presiden, saya pendukungnya terus. Tidak pernah saya berubah. Tapi terus terang, satu tahun ini saya tidak dapat apa-apa. Kenapa sekarang kita mau dimatikan pasarannya," ucapnya.

Bayangan pelarangan usaha thrifting membuat wajah Bahar tampak muram. Dia tak yakin bisa bertahan jika satu-satunya sumber penghidupan itu benar-benar ditutup. Bukan dia saja, kebijakan pelarangan itu akan berdampak pada banyak pedagang lainnya.

"Banyak orang menganggur, hancur. Karena ini seluruh Indonesia. Bukan cuma 10.000 orang menjual begini. Puluhan ribu. Kira-kira bisa enggak menjamin pemerintah kalau menganggur orang begitu," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us

Latest News Sulawesi Selatan

See More

YBM PLN UIP Sulawesi Salurkan Listrik Gratis untuk 21 Keluarga di Sulsel

30 Okt 2025, 08:14 WIBNews