Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Appi Pimpin Pejabat Pemkot Makassar Belajar ke Food Station Jakarta

IMG_9737-1024x691.jpeg
Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin (kiri) memimpin rombongan Pemkot Makassar dalam studi banding di Food Stadion Tjipinang Jaya milik Pemprov DKI Jakarta, Kamis (31/7/2025). (Dok. Humas Pemkot Makassar)

Makassar, IDN Times - Pemerintah Kota Makassar tengah mengupayakan penguatan fondasi ketahanan pangan kota. Dalam rangka mempersiapkan pendirian perusahaan daerah, Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin bersama rombongan melakukan kunjungan kerja ke Food Station Tjipinang Jaya, perusahaan daerah milik Pemprov DKI Jakarta yang sukses membangun model bisnis pangan berkelanjutan.

Pemerintah Kota Makassar tengah mendorong transformasi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menjadi Perseroan Daerah (Perseroda) yang lebih adaptif, mandiri, dan berdampak langsung terhadap kebutuhan masyarakat. Salah satu langkah strategis yang kini ditempuh adalah melakukan studi langsung ke Food Station Tjipinang Jaya di Jakarta Timur, Kamis (31/7/2025).

Rombongan dipimpin langsung oleh Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin, didampingi jajaran strategis lintas OPD dan BUMD. Mereka diterima oleh Direktur Utama Food Station Tjipinang Jaya, Karyawan Gunarso, bersama jajaran direksi lainnya.

“Kenapa kami ke sini? Karena kami melihat ada kemiripan secara geografis. Makassar sebagai kota juga minim lahan pertanian, namun memiliki peran sentral sebagai pusat distribusi pangan di Indonesia Timur,” ujar Munafri.

“Kami ingin belajar bagaimana Food Station mampu menjalankan peran strategis sebagai penyangga pangan di wilayah yang penuh tantangan logistik,” tambahnya.

1. Membangun ketahanan pangan lewat Perseroda

Balai Kota Makassar. (IDN Times/Ashrawi Muin)
Balai Kota Makassar. (IDN Times/Ashrawi Muin)

Munafri menjelaskan bahwa saat ini Pemkot Makassar tengah mempersiapkan dua entitas baru, yakni Perseroda Pangan dan Perseroda Infrastruktur. Kedua lembaga ini dirancang agar BUMD tak hanya menjadi penyedia layanan, tetapi juga menciptakan dampak ekonomi dan sosial bagi warga.

Ia mengungkapkan bahwa Kota Makassar hanya memiliki sekitar 1.400 hektare lahan pertanian aktif, yang hanya mampu memproduksi 10.000–14.000 ton beras dalam kondisi ideal. Karena itu, memperkuat rantai pasok pangan dan distribusi menjadi hal yang krusial.

“Setiap hari orang butuh makan, setiap hari orang bicara soal beras. Maka ini adalah peluang yang tidak bisa kami abaikan,” kata Munafri.

Tak hanya soal pangan, Munafri juga menyinggung soal produk-produk kebutuhan rumah tangga lain seperti pasta gigi yang pasokannya masih didominasi dari luar. Ia melihat ini sebagai peluang produksi bersama yang dapat dimanfaatkan oleh daerah.

2. Food Station menyasar model bisnis pangan modern

Ilustrasi pangan. (Unsplash.com/Megan Thomas)
Ilustrasi pangan. (Unsplash.com/Megan Thomas)

Food Station dinilai berhasil menjawab tantangan keterbatasan lahan di DKI Jakarta dengan membangun ekosistem kemitraan dengan kelompok tani dari berbagai daerah. Model ini dianggap cocok untuk diadopsi di Makassar, yang juga menghadapi kendala serupa.

“Bayangkan jika kita bisa menjadi simpul distribusi dan bahkan produksi untuk wilayah Indonesia Timur. Tantangannya memang ada di biaya transportasi antar pulau, tetapi ini sekaligus membuka peluang untuk membangun bisnis model yang kuat dan adaptif,” ujar Munafri.

Dalam pertemuan tersebut, Pemkot Makassar juga menjajaki peluang kerja sama lebih lanjut dan pembelajaran bisnis proses yang diterapkan oleh Food Station. Munafri berharap dialog teknis lintas instansi dapat terus dilanjutkan pasca kunjungan.

“Kami berharap, pasca kunjungan ini akan ada kolaborasi lanjutan. Bukan sekadar meniru, tapi menyesuaikan dengan kondisi riil Makassar,” katanya.

3. Belajar dari transformasi BUMD Pemprov DKI Jakarta

Ilustrasi pasar tradisional. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Ilustrasi pasar tradisional. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Direktur Utama Food Station Tjipinang Jaya, Karyawan Gunarso, memaparkan sejarah panjang dan strategi yang membawa perusahaan itu tumbuh sebagai BUMD pangan unggulan. Gunarso menjelaskan bahwa Food Station awalnya hanya mengandalkan pemasukan dari pengelolaan pasar dan kios, namun kini telah bertransformasi total.

“Sebelum 2014, kami (Food Station) masih berbentuk korporasi biasa. Setelah menjadi BUMD, barulah kami melakukan pembenahan menyeluruh, terutama dalam aspek model bisnis dan penguatan tata kelola,” jelasnya.

Saat ini, sekitar 75 persen dari omzet Food Station berasal dari aktivitas perdagangan beras yang diperoleh melalui kemitraan dengan kelompok tani. Perusahaan juga telah memperluas distribusinya ke luar wilayah DKI Jakarta dan memiliki merek dagang sendiri.

“Kami menyadari bahwa percepatan hanya bisa dicapai dengan sumber daya manusia yang kompeten. Jadi kami hijack talenta-talenta terbaik dari perusahaan besar,” ujar Gunarso.

Food Station juga tetap memegang teguh misi sosial. Salah satunya melalui program pangan murah keliling yang menyasar 20 kelurahan setiap hari, sebagai upaya menjaga stabilitas harga dan daya beli warga.

“Kami keliling tiap hari ke 20 titik dengan program pangan murah. Ini wujud konkret dukungan kami terhadap program strategis pemerintah,” tutup Gunarso.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us