Kebakaran Hanguskan Rumah Adat Kerajaan Bone

Belum diketahui penyebab kebakaran Bola Soba

Makassar, IDN Times - Kebakaran menghanguskan rumah adat peninggalan Kerajaan Bone atau Bola Soba, di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Peristiwa terjadi pada Sabtu dini hari (20/3/2021).

"Kami berjuang kurang lebih setengah jam untuk memadamkan api," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran Bone Akbar saat dihubungi IDN Times, Sabtu.

Baca Juga: Polda Sulsel Gerebek Kampung Narkoba di Bone, Bandar Sabu Ditangkap

1. Api menghanguskan seluruh bangunan

Akbar mengatakan, Damkar mengerahkan enam unit armada serta petugas segera setelah mendapatkan laporan. Meski petugas sudah berupaya, api tetap menghanguskan bangunan.

"Total seluruh personel kurang lebih 100 orang, makanya alhamdulillah apinya juga tidak begitu lama untuk kita upayakan untuk padamkan," ucap Akbar.

2. Api cepat menjalar karena material kayu

Kebakaran Hanguskan Rumah Adat Kerajaan BoneIlustrasi Kebakaran (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Akbar, api cepat menjalar karena semua bangunan terbuat dari material kayu. Selain itu, sebagian kayu sudah lapuk.

Tidak ada korban dari kejadian kebakaran ini. Sedangkan penyebab kebakaran masih diselidiki oleh polisi. "Karena yang berwenang setelah kami kan, polisi untuk cari dan selidiki kira-kira apa sebabnya," kata Akbar. 

Baca Juga: UNICEF dan Tulodo Mulai Gerakan Pencegahan Perkawinan Anak di Bone

3. Rumah adat yang terbakar pernah jadi kediaman Raja Bone

Kebakaran Hanguskan Rumah Adat Kerajaan Bonekemdikbud.go.id

Bola Soba, dalam Bahasa Bugis berarti rumah persahabatan. Bangunan itu juga disebut sebagai Saoraja atau rumah besar, yang merupakan salah satu peninggalan sejarah kerajaan Bone di masa lalu.

Bola Soba berdiri di Jalan Latenritatta, Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Bone, rumah itu dibangun pada masa pemerintahan Raja Bone ke-31, La Pawawoi Karaeng Sigeri MatinroE ri Bandung (1895-1905).

Awalnya rumah diperuntukkan sebagai kediaman raja pada waktu itu sehingga disebut Saoraja. Selanjutnya, ditempati oleh putra La Pawawoi Karaeng Sigeri yang bernama Baso Pagilingi Abdul Hamid yang kemudian diangkat menjadi Petta Ponggawae (Panglima Perang) Kerajaan Bone oleh raja dengan persetujuan Ade’ Pitue.

Seiring dengan ekspansi Belanda yang bermaksud menguasai Nusantara, termasuk Kerajaan Bone pada masa itu, maka Saoraja Petta Ponggawae ini pun jatuh ke tangan Belanda dan dijadikan sebagai markas tentara. Tahun 1912, difungsikan sebagai penginapan dan untuk menjamu tamu Belanda. Dari sinilah awal penamaan Bolasoba yang berarti rumah persahabatan atau dalam bahasa Bugis Sao Madduppa to Pole.

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya