Pemilu 2024: Pengamat Sebut Banyak Pemilih Bersikap Pragmatis

Makassar, IDN Times - Pemungutan suara Pemilihan Umum 2024 tersisa sepekan. Masyarakat sebaiknya memilih calon pemimpin berdasarkan rekam jejaknya, kompetensi maupun program yang digagas setiap calon.
Masyarakat sebaiknya tidak memilih calon pemimpin hanya berdasarkan keuntungan pribadi. Pemilih jenis ini dikenal dengan sebutan pemilih pragmatis.
Sayangnya sebagian pemilih cenderung pragmatis dan memutuskan pilihan hanya berdasarkan pertimbangan transaksional. Mana yang memberikan paling banyak, itu yang dipilih. Hal itu disampaikan pengamat Komunikasi Politik Universitas Hasanuddin, Hasrullah, dalam Talkshow Pemilu di Makassar, Selasa (6/2/2024).
1. Faktor tingkat pendidikan sangat berpengaruh

Hasrullah mengatakan 60 persen pemilih di Indonesia masih bersikap pragmatis. Mereka tidak bisa membedakan mana sumbangan dan mana politik uang.
Walaupun kerap disosialisasikan, namun tampaknya masih sulit untuk menghilangkan kebiasaan tersebut. Menurut Hasrullah, banyak faktor yang bisa mengakibatkan masyarakat cenderung menjadi pemilih pragmatis, termasuk tingkat pendidikan masyarakat.
"Biasanya didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah atau tidak tamat sekolah dasar (SD). Mereka itulah yang masuk kelompok pemilih pragmatis," kata Hasrullah.
2. Bisa berimbas pada partisipasi pemilih

Karena kondisi itu, maka praktek tim dari peserta pemilu kerap dijumpai menyumbang berbagai kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng dan gula. Mereka paham bahwa kebutuhan pokok sangat lekat dengan kehidupan masyarakat.
"Karena mereka memang mau belanja juga sehingga jadi pragmatis. Itu juga terjadi karena pendidikan poitik dan demokrasi yang masik minim," kata Hasrullah.
Adanya pemilih pragmatis ini juga berimbas pada partisipasi pemilih. Tak menutup kemungkinan partisipasi pemilih bisa menurun karena pemilih yang mencoblos asal-asalan.
"Misalnya mereka menerima semua sumbangan dari caleg, tim capres dan lainnya. Akhirnya saat masuk ke bilik suara, semuanya dicoblos," kata Hasrullah.
3. KPU terus gencarkan sosialisasi pemilih

Komisioner KPU Sulsel Koordinator Divisi Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat, Hasruddin Husain, tak menampik soal pemilih pragmatis. Untuk itu, pihaknya terus gencar menyosialisasikan perihal pentingnya berpatisipasi dalam pemilu.
Dalam Pemilu 2024 ini, KPU Sulsel menargetkan 80 persen partisipasi pemilih. Untuk mencapai target tersebut KPU mengencarkan sosialisasi terutama di media sosial.
KPU menyosialisasikan tentang pentingnya memberikan suara dalam pemilu hingga konten-konten positif yang menarik perhatian publik.
"Jika tidak datang memilih, kita sendiri yang salah. Kita sendiri yang rugi karena inti dari demokrasi itu adalah kita," katanya.