Pakar Gizi Unhas: Dapur MBG Bermasalah Harus Ditindak Tegas

- Perlu penindakan tegas terhadap temuan ulat dalam menu MBG
- Guru Besar Unhas menekankan pentingnya pemberian sanksi bagi pengelola atau dapur SPPG yang tidak menjaga kebersihan makanan
- Dampak buruk ulat, diare hingga sebabkan kematian jika tidak ditangani serius
Makassar, IDN Times - Menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, kembali menjadi sorotan publik setelah beberapa siswa menemukan ulat dalam nampan makanannya. Insiden ini terjadi di dua sekolah, yakni Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Makassar dan SD Maricaya II, Kecamatan Makassar.
Kasus pertama terjadi di MAN 3 Makassar pada Rabu (1/10/2025). Seorang siswa kelas XI menemukan ulat dalam nampan menu MBG-nya. Dalam video yang tersebar, siswa laki-laki itu tampak kaget saat melihat ulat di menu sayurnya.
"Ihhh... Ada ulatnya," ucap siswa itu dalam video.
Insiden serupa juga terjadi di SD Maricaya II pada Kamis (2/10/2025). Seorang siswi kelas V menemukan ulat dalam wadah menu MBG miliknya, lalu merekamnya hingga videonya viral di media sosial.
Dalam video berdurasi 30 detik yang dilihat IDN Times, tampak siswi itu memperlihatkan seekor ulat di nampan makanannya. "Ada ulat, Bu. Ulatnya di brokoli. Mati mi iya, tapi joroki deh, Ibu, ada ulatnya," ucapnya dalam logat Makassar.
1. Perlu penindakan tegas

Menanggapi temuan ulat dalam menu MBG, Guru Besar Gizi Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Aminuddin Syam menegaskan bahwa seharusnya tidak boleh ada serangga dalam makanan yang dikonsumsi penerima manfaat MBG.
“Itu tidak boleh terjadi, karena pada saat proses pencucian sayur harus benar-benar bersih,” ujarnya saat dikonfirmasi, Minggu (5/10/2025).
Aminuddin menilai perlu dilakukan evaluasi terhadap dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk mengetahui kekurangan dan hal yang perlu diperbaiki dalam produksi menu MBG.
“Menurut saya, para pengambil keputusan harus tegas, jangan cuma foto-foto. Turun langsung, lihat apa yang mesti diperbaiki. Perlu dilakukan sidak di dapur SPPG, apakah sudah memenuhi syarat ahli gizi atau belum,” katanya.
2. Guru Besar Unhas tekankan pemberian sanksi

Ia juga menekankan pentingnya pemberian sanksi bagi pengelola atau dapur SPPG yang tidak menjaga kebersihan makanan.
“Harus ada sanksi, minimal permintaan maaf dan mengakui kekeliruan. Juru masak harus hati-hati karena bisa mencelakai orang,” tegasnya.
Menurut Aminuddin, ulat dalam makanan berpotensi menyebabkan keracunan, bahkan kematian, jika tidak ditangani serius. “Bayangkan kalau dikonsumsi anak-anak, bagaimana dampaknya. Ini berbahaya,” ujarnya.
Ia menjelaskan, meskipun tidak semua ulat beracun, tetap tidak boleh ada serangga dalam makanan.
“Sayur itu sumber vitamin dan mineral, bukan sumber protein. Jangan sampai ulatnya jadi pengganti ikan. Kalau ulatnya beracun, nyawa taruhannya,” katanya.
3. Dampak buruk ulat, diare hingga sebabkan kematian

Aminuddin mengingatkan agar setiap dapur SPPG memperhatikan proses pembersihan bahan makanan sebelum disalurkan ke sekolah.
“Kita makan untuk hidup, bukan untuk sakit. Kalau makan malah bikin sakit, berarti ada yang salah. Kebersihan bahan makanan itu penting,” tegasnya.
Ia menambahkan, banyaknya bahan sayur yang diolah sering kali membuat pengelola lalai dalam mencucinya.
"Kemungkinan ulat muncul karena sayurnya tidak dicuci bersih. Kalau dibersihkan dengan benar, tidak akan ada ulat. Ulat beracun bisa menyebabkan sakit, bahkan kematian,” jelasnya.
Selain itu, Aminuddin juga mengingatkan potensi bahaya lain dari sisa pestisida yang mungkin masih menempel pada sayuran.
“Kalau tidak dibersihkan dengan baik, dampaknya bisa muncul nanti. Bisa jadi racun, bahkan memicu kanker. Paling ringan bisa menyebabkan diare,” pungkasnya.