Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mushola Mahabbah, Keindahan Arsitektur Islam di Tengah Gemerlap Mal

Musholah Mahabbah di Mal Panakkukang, Makassar. (IDN Times/Asrhawi Muin)
Intinya sih...
  • Mushola Mahabbah di Mall Panakkukang Makassar merupakan mushola megah dengan desain Timur Tengah yang mewah dan nyaman.
  • Mushola ini mampu menampung 2.800 jamaah, namun hanya buka sesuai jam operasional mal dan tidak melaksanakan salat lima waktu.
  • Mushola ini dibangun oleh pengusaha non-Muslim, Benny Lukman, sebagai lambang kebersamaan dan cinta kasih sesama manusia.

Makassar, IDN Times - Cahaya keemasan memantul dari ukiran kayu yang megah, menyambut setiap langkah menuju ruang ibadah yang luas dan nyaman. Di tengah kesibukan Mall Panakkukang, Mushola Mahabbah berdiri sebagai oase spiritual yang tidak hanya megah, tetapi juga sarat akan makna.

Musala ini tak sulit ditemukan. Posisinya berada di tepat di atas gerai Gramedia yang terletak di lantai tiga. Untuk menjangkaunya, ada dua tangga di sebelah kiri dan kanan. 

Musala ini bukan sekadar tempat salat biasa. Setiap detailnya dirancang dengan teliti, menggabungkan unsur Timur Tengah dan Eropa. Ini lantas menghadirkan nuansa kejayaan Islam di masa lalu dalam sentuhan modern.

1. Terinsipirasi arsitektur Islam di Turki

Suasana bagian dalam ruang salat pria di Musholah Mahabbah. (IDN Times/Asrhawi Muin)

Hardy Marannu, arsitek sekaligus pengurus Mushola Mahabbah, bercerita bahwa pembangunan mushola ini bukanlah proyek instan. Pemilik mall, Benny Lukman, telah lama merencanakannya dan bahkan mengadakan perjalanan ke berbagai negara untuk mencari inspirasi.

“Beliau pergi survei ke Cina, Spanyol, Turki, hingga Dubai dan Konstantinopel (Istanbul). Dari sana, beliau mempelajari bagaimana arsitektur Islam berkembang dan ingin membawa keindahan itu ke sini,” ungkap Hardy, Selasa (18/3/2025).

Inspirasi itu kemudian diwujudkan dalam bangunan berkonsep Timur Tengah, lebih tepatnya Turki. Saat memasuki area dalam musala, ingatan seolah langsung tertuju pada kemegahan arsitektur bangunan-bangunan bersejarah Islam di Turki.

Di bagian luar, tampak langit-langit megah dari kaca patri. Di bagian dalam, terlihat pilar-pilar dengan aksen emas tampak kokoh walau tidak tinggi, serta ukiran kayu Jepara yang rumit menghiasi setiap sudut pintunya.

2. Musala, bukan masjid

Suasana bagian dalam ruang salat wanita di Musholah Mahabbah. (IDN Times/Asrhawi Muin)

Dengan luas total 1.950 meter persegi, Musala Mahabbah mampu menampung 2.800 jamaah. Ruang salat pria yang luasnya 1.500 meter persegi bisa menampung hingga 2.200 orang, sementara ruang salat wanita seluas 450 meter persegi dapat menampung sekitar 500 hingga 600 jamaah.

Meskipun besar dan mewah, Mushola Mahabbah nyatanya tetap disebut musala, bukan masjid. Hal ini karena Musholah Mahabbah tidak melaksanakan lima waktu salat wajib sebagaimana yang diyakini umat Islam. 

“Masjid itu harus ada salat lima waktu, sementara musala ini hanya buka sesuai jam operasional mal. Jadi hanya mulai dari Zuhur, Asar, Magrib, hingga Isya,” jelas Hardy.

3. Kemewahan yang tetap nyaman

Area wudu laki-laki di Musholah Mahabbah. (IDN Times/Asrhawi Muin)

Saat memasuki area dalam musala, suasana tenang langsung terasa. Karpet merah bermotif membentang luas menutupi seluruh permukaan lantai. Ini tentu memberikan kenyamanan bagi jamaah. 

Pilar-pilar berwarna krem dengan ukiran emas menambah kesan megah. Sementara cahaya lampu yang lembut menghadirkan nuansa hangat dan khusyuk.

Ruang salat pria memiliki mihrab megah, sementara ruang salat wanita dirancang lebih tertutup untuk menjaga privasi. Nantinya, televisi akan dipasang agar jemaah perempuan dapat melihat imam saat berjemaah.

Di area wudu, kejutan lain menanti. Tidak seperti tempat wudu pada umumnya, di sini deretan keran berbentuk ceret emas menjadi daya tarik tersendiri. Lantainya dihiasi ubin geometris, sementara langit-langitnya menampilkan motif warna-warni khas arsitektur Islam klasik.

"Jadi istilahnya kita membangun musala itu tidak setengah-setengah. Biasa kalau ada tempat salat, asal dibuat kan. Kalau di sini tidak, kita juga memperhatikan itu estetika dan pertama kenyamanan," kata Hardy.

4. Nama 'Mahabbah' dan filosofinya

Pintu depan ruang salat pria Musholah Mahabbah. (IDN Times/Asrhawi Muin)

Kata Mahabbah berarti cinta kasih dalam Bahasa Arab. Nama ini diberikan oleh Prof Zakir Sabara, Guru Besar Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia (FTI-UMI), yang pertama kali memviralkan musala ini di media sosial.

Menariknya, musala ini justru dibangun oleh seorang non-Muslim. Adalah Benny Lukman, yang tidak lain adalah pengusaha Tionghoa Kristen sekaligus pemilik Mal Panakkukang ini.

"Jadi diharapkan dengan adanya nama ini merupakan lambang dari kebersamaan, cinta, kasih sesama manusia," kata Hardy.

Meskipun telah digunakan, pembangunan musala ini sebenarnya masih dalam tahap penyempurnaan. Beberapa ornamen masih dalam proses pemasangan, termasuk televisi di ruang salat perempuan untuk menampilkan imam saat berjemaah. Pasalnya, area salat laki-laki dan perempuan memang berada di ruang terpisah.

"Musala kami ini masih 80 persen, belum 100 persen karena masih ada beberapa bagian belum kami isi ornamen. Tapi sejauh ini, sudah banyak yang merasa nyaman dan kagum dengan keberadaannya,” kata Hardy.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
Ashrawi Muin
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us