Dipicu Harga Emas, Inflasi Tahunan Sulsel 2,98% pada Oktober 2025

Makassar, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan merilis angka inflasi terbaru untuk periode Oktober 2025. Pada Senin (3/11/2025), BPS mengumumkan bahwa inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) Sulsel tercatat sebesar 2,98 persen.
Angka ini didapat berdasarkan hasil pemantauan BPS di 8 kabupaten/kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulsel. Secara bulanan (month-to-month/m-to-m), Sulsel juga mengalami inflasi tipis sebesar 0,10 persen.
1. Harga emas perhiasan jadi pemicu utama inflasi

BPS Sulsel mencatat, inflasi tahunan (y-on-y) ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada sebagian besar kelompok pengeluaran.
Kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya yang meroket hingga 13,86 persen. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 1,07 persen.
"Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y pada Oktober 2025, antara lain: emas perhiasan sebesar 0,93 persen," tulis BPS dalam rilis resminya.
Selain emas, kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga menjadi penyumbang inflasi besar dengan kenaikan 4,73 persen dan andil 1,43 persen. Komoditas yang dominan dari kelompok ini adalah beras (andil 0,32 persen) , ikan bandeng/ikan bolu (0,13 persen) , dan sigaret kretek mesin (SKM) (0,11 persen).
2. Inflasi bulanan tipis, Sidrap jadi daerah "termahal"

Jika dilihat secara bulanan (m-to-m), atau perbandingan harga Oktober 2025 terhadap September 2025, Sulsel hanya mengalami inflasi tipis sebesar 0,10 persen. Penyumbang utama inflasi bulanan ini lagi-lagi adalah emas perhiasan dengan andil 0,30 persen , diikuti daging ayam ras (0,06 persen) dan sigaret kretek mesin (0,03 persen).
Namun, inflasi bulanan ini berhasil tertahan oleh beberapa komoditas yang mengalami deflasi, seperti tomat (andil -0,08 persen) , beras (andil -0,06 persen) , dan ikan layang/ikan benggol (andil -0,04 persen).
Dari 8 daerah yang dipantau, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) mencatat inflasi tahunan tertinggi di Sulsel, yakni sebesar 3,88 persen. Sebaliknya, inflasi terendah terjadi di Kota Palopo yang hanya mencatat 2,67 persen.
3. Satu kelompok pengeluaran turun harga

Di tengah kenaikan harga, ada juga kabar baik. BPS mencatat ada satu kelompok pengeluaran yang justru mengalami deflasi (penurunan harga) secara tahunan.
Kelompok tersebut adalah informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 0,58 persen. Kelompok ini memberikan andil deflasi y-on-y sebesar 0,04 persen. Penurunan ini salah satunya disumbang oleh deflasi pada subkelompok peralatan informasi dan komunikasi sebesar 3,33 persen.


















