BMKG Ukur Mikrozonasi Potensi Gempa di Tojo Unauna Sulawesi Tengah

Palu, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Geofisika Palu menganalisis dan mengukur struktur lapisan tanah di Kabupaten Tojo Unauna, Sulawesi Tengah.
Pemantauan dan pengamatan ini dilakukan pascagempa bumi 6,5 magnitudo yang mengguncang wilayah Kecamatan Ampana, Senin, 26 Juli 2021.
“Saat ini BMKG terus memantau, menganalisa dan melakukan pengamatan langsung di Touna,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG stasiun Geofisika Palu, Hendrik Leopatty, Kamis (29/7/2021).
1. Mengukur mikrozonasi bahaya gempa pada 20 titik di Ampana
BMKG membagi empat tim untuk mengamati potensi gempa bumi di Tojo Unauna. Salah satu tim akan mengukur mikrozonasi bahaya gempa di 12 sampai dengan 20 titik di Kecamatan Ampana.
Pengukuran mikrozonasi akan dilanjutkan hingga jalan menuju Kabupaten Banggai, khususnya di Kecamatan Bunta. “Kami pelan-pelan dulu sesuai kebutuhan. Tim lain akan bertugas berkordinasi dengan pemerintah daerah,” tutur Hendrik.
“Tim lainnya akan melakukan edukasi dan sosialisasi di tempat pengungsian dan tim lainnya lagi akan melihat ketusakan ke daerah Banggai. Jadi dibagi-bagi,” tambahnya.
2. Serangkaian gempa susulan berkekuatan dibawah 5,0 magnitudo
Pascagempa bumi 6,5 magnitudo pada 26 Juli 2021, tercatat ada puluhan kali gempa susulan di Kabupaten Tojo Unauna. Terhitung hingga 29 Juli 2021 pukul 15.00 WITA, terjadi gempa susulan sebanyak 50 kali.
Rentetan gempa ini, kata Hendrik, berkekuatan di bawah 5,0 magnitudo. Diprakirakan, kekuatan gempa bumi akan terus melemah hingga hari ke 22 setelah gempa pada 26 Juli 2021.
“Kekuatannya terus menurun dan diperkirakan turun drastis di hari ke 22 sesuai press release BMKG yang terbaru,” jelasnya.
Baca Juga: Sesar Lokal Pemicu Gempa di Ampana Tojo Unauna Sulteng Masih Misterius
3. Pemetaan jalur sesar lokal pemicu gempa di Tojo Unauna
Hendrik menyebutkan, jalur sesar lokal pemicu gempa bumi berada di laut Tojo Unauna. Hal ini menyulitkan para ahli untuk memetakan sesar tersebut dengan jelas.
Meskipun ada yang menyebutnya dengan nama sesar Togean, Hendrik mengaku belum menerima laporan resmi dari BMKG pusat terkait nama dan pemetaan sesar lokal tersebut.
“Di darat ada keseragaman data sesar itu tetapi saya tidak punya kapasitas 100 persen untuk memastikan itu. Namanya juga belum kami terima secara resmi dari BMKG pusat sehingga saya tidak berani, nanti bisa salah informasi,” terangnya.
Baca Juga: Gempa M 6.5 di Ampana Sulteng, Warga Diminta Menjauh dari Pantai