Hujan saat Musim Kemarau di Makassar, BMKG Jelaskan 3 Penyebab

- Hujan masih tinggi di Sulawesi Selatan meski musim kemarau telah dimulai
- Fenomena atmosfer seperti gelombang Rossby, gelombang Kelvin, dan MJO mempengaruhi kondisi cuaca
- BMKG memperkirakan hujan akan menurun hingga 6 Juni 2025, namun diperkirakan meningkat lagi pada 7-11 Juni 2025
Makassar, IDN Times - Curah hujan masih tinggi di sejumlah wilayah Sulawesi Selatan meski periode musim kemarau telah dimulai. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar menyebut kondisi ini dipengaruhi oleh tiga fenomena atmosfer yang terjadi bersamaan.
“Untuk kondisi beberapa hari terakhir, hujan dipicu tiga fenomena oleh gelombang Rossby, gelombang Kelvin, dan MJO (Madden-Julian Oscillation) yang aktif di saat bersamaan,” kata Bagus Tri Muhadi, prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Selasa (3/6/2025).
1. Tiga fenomena sebabkan gangguan cuaca

Gelombang Rossby adalah gangguan atmosfer di lapisan atas yang terbentuk karena rotasi bumi dan perbedaan tekanan udara lintang tinggi dan rendah. Saat aktif di wilayah tropis, gelombang ini bisa meningkatkan pertumbuhan awan dan memicu hujan.
Sementara gelombang Kelvin merupakan gelombang atmosfer ekuatorial yang bergerak cepat dari barat ke timur membawa massa udara lembap. Kehadirannya dapat memperkuat pembentukan awan konvektif yang berpotensi menurunkan hujan.
Adapun MJO adalah gangguan cuaca skala besar yang berasal dari perbedaan uap air di Samudera Hindia dan Pasifik, bergerak perlahan ke arah timur. Saat fase basahnya melintasi Indonesia, aktivitas pembentukan awan meningkat dan memicu hujan meski di musim kemarau.
Ketiganya merupakan gangguan cuaca yang terjadi di lapisan atmosfer atas. Ketika aktif bersamaan, sistem ini menyebabkan peningkatan pembentukan awan dan potensi hujan, terutama di wilayah Indonesia bagian tengah seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, dan Kalimantan bagian timur.
"Itu wilayah-wilayah cakupan yang saat ini sedang tinggi hujannya. Itu cukup intens di beberapa wilayah. Karena kan fenomena tersebut terus bergerak di dinamika atmosfer," kata Bagus.
2. BMKG prediksi kemarau penuh mulai pertengahan Juni

Di Sulawesi Selatan, hujan masih sering turun dengan intensitas sedang hingga tinggi. Wilayah yang terdampak antara lain Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Makassar, dan Gowa.
Menurut BMKG, intensitas hujan akan menurun hingga tanggal 6 Juni 2025, lebih rendah dibandingkan beberapa hari sebelumnya. Namun, hujan diperkirakan meningkat kembali pada periode 7 -11 Juni 2025.
"Setelah tanggal 11, hingga akhir bulan Juni, pantauan analisis kami hari ini, itu sudah full musim kemarau. Jadi, minim curah hujan. Kalau pun terjadi hujan, itu hujan sangat-sangat lokal yang diakibatkan adanya peningkatan udara di pegunungan," kata Bagus.
3. Hujan di musim kemarau sebagai fenomena anomali cuaca

Fenomena ini disebut sebagai anomali karena terjadi di luar pola iklim tahunan. Menurut BMKG, gangguan udara dari belahan bumi utara turut memicu perubahan suhu dan distribusi uap air di wilayah tropis.
"Ini tidak normal sebenarnya karena fenomenanya terjadi di saat periode musim kemarau. Jadi kalau di kami menyebutnya fenomena anomali atau fenomena akibat adanya gangguan di bagian bumi yang lain sehingga dampaknya di kita di Indonesia atau wilayah tropis," kata Bagus.