Pemkot Makassar dan BEM Lintas Kampus Sepakat Jaga Situasi Kondusif Kota

- Munafri ajak mahasiswa jaga idealisme
- Munafri ajak mahasiswa jadi mitra strategis
- Mahasiswa tegaskan insiden 29 Agustus bukan cerminan gerakan kampus
Makassar, IDN Times - Pemerintah Kota Makassar menggelar pertemuan bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari berbagai perguruan tinggi di Rumah Jabatan Wali Kota, Kamis (4/9/2025) malam. Mereka yakni perwakilan BEM Unibos, BEM UMI, BEM UNM, BEM UIN Alauddin, BEM Unifa, BEM Unismuh, serta beberapa perwakilan aktivis BEM Kampus lainya.
Pertemuan dipimpin Wali Kota Munafri Arifuddin dan dihadiri Sekda Kota Makassar Andi Zulkifly Nanda, Plt Kadispora Fadli Wellang, Kepala Kesbangpol Fatur Rahim, dan Kasatpol PP Hasanuddin.
Munafri menyampaikan perlunya ruang interaksi berkelanjutan agar mahasiswa dapat menyalurkan aspirasi, mengasah potensi, serta terlibat dalam pembangunan kota. Dia menilai pandangan mahasiswa sebagai generasi muda menjadi bagian penting dalam menjaga arah kebijakan daerah.
"Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Kami butuh masukan dan pemikiran dari adik-adik mahasiswa. Karena itu, ruang komunikasi seperti ini harus terus kita jaga, bahkan bisa kita lakukan rutin setiap bulan," kata Munafri.
1. Munafri ajak mahasiswa jaga idealisme

Peran mahasiswa dipandang Munafri sebagai bagian penting dari generasi muda sekaligus aset bangsa. Dia menilai mahasiswa perlu menjaga idealisme serta menghidupkan gerakan moral yang berpihak pada aspirasi masyarakat.
"Yang paling penting dari pertemuan ini bukan sekadar diskusi, tapi bagaimana hasil tukar pikiran bisa diimplementasikan bersama. Bukan hanya jadi catatan, tetapi harus nyata memberi manfaat bagi masyarakat," jelas Munafri.
Dia menyoroti perlunya keselarasan pandangan antara pemerintah dan mahasiswa dari berbagai kampus. Dia juga menyebut tidak setiap kebijakan mendapat penerimaan luas sehingga dialog terbuka menjadi ruang bertukar gagasan.
"Dari sudut pandang pemerintah, bisa jadi yang kami anggap baik, belum tentu baik menurut masyarakat atau mahasiswa. Karena itu kita harus bertemu, berdiskusi, lalu mencari titik temu. Yang terpenting, hasilnya bisa kita jalankan bersama-sama," katanya.
2. Munafri ajak mahasiswa jadi mitra strategis

Munafri menekankan rencana ke depan untuk menjaga ketenangan kota. Dia menyebut Pemkot Makassar akan melibatkan mahasiswa sebagai mitra strategis dalam upaya tersebut.
"Kami pemerintah Kota Makassar akan hadir. Pertemuan seperti ini harus rutin, supaya kita bisa sama-sama menjaga kota ini tetap aman, kondusif, dan berkembang dengan baik," kata Munafri.
Dia menyambut baik sikap terbuka yang ditunjukkan para aktivis kampus. Dia pun menuturkan pemerintah siap berdampingan dengan mahasiswa untuk menjaga ketenangan kota sekaligus menyalurkan aspirasi masyarakat.
"Yang paling penting adalah kita sama-sama menjaga Makassar tetap aman, demokratis, dan menjadikan setiap aspirasi mahasiswa sebagai masukan untuk pembangunan. Pemerintah tidak akan menutup diri, dan kami ingin ruang diskusi ini bisa rutin dilakukan," katanya.
3. Mahasiswa tegaskan insiden 29 Agustus bukan cerminan gerakan kampus

Aksi demontrasi ricuh pada Jumat 29 Agustus 2025 itu berujung pada pembakaran gedung pemerintahan yaitu gedung DPRD Makassar, gedung DPRD Sulsel dan Kejati Sulsel. Namun kasus di DPRD Makassar mengakibatkan 3 korban meninggal dunia dan 1 orang meninggal sat aksi ricuh depan kampus UMI.
Perwakilan mahasiswa menanggapi insiden 29 Agustus dengan pernyataan tegas. Mereka menilai peristiwa itu tidak merepresentasikan gerakan mahasiswa yang sebenarnya.
Ketua BEM Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin, Muh Alwi Nur, menyebut gerakan mahasiswa lahir dari idealisme dan nilai moral, bukan dari tindakan kekerasan. Dia menilai demonstrasi yang berakhir dengan pembakaran Gedung DPRD bukan cerminan murni gerakan mahasiswa.
"Itu adalah tindakan oknum yang merusak nama baik Makassar dan mencederai citra gerakan ideal mahasiswa. Kota Makassar sejak dulu dikenal sebagai rahim aktivis bangsa, sehingga kejadian ini harus diusut tuntas," kata Alwi.
Ashabul Kahfi dari Universitas Negeri Makassar menyampaikan pandangan serupa. Dia menegaskan mahasiswa dari kampusnya tidak terlibat dalam insiden tersebut.
"Kota Makassar adalah kota demokrasi. Kami selalu terbuka dengan semua kalangan. Namun perlu ditegaskan, pembakaran di Gedung DPRD bukan berasal dari kami. Saat insiden terjadi, mahasiswa dari kampus kami tidak berada di lokasi," katanya.