Perjuangan Guru di Gorontalo Lewati Sungai Deras untuk Mengajar Luring

Tak jarang para guru harus terpeleset dan basah

Gorontalo, IDN Times - Menjalani proses belajar-mengajar bagi guru dan anak sekolah di masa pandemik COVID-19 memang tak semulus apa yang diharapkan pemerintah. Pembelajaran secara online atau daring dan luring (luar jaringan), memiliki segudang kendala, mulai dari kurangnya fasilitas maupun efektivitas belajar murid dan guru.

Guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 6 Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, misalnya, untuk melaksanakan pembelajaran luring, guru dan murid harus melewati medan sulit dengan menyeberangi Sungai Polanggua yang arusnya cukup deras. Hal itu terpaksa mereka lakukan karena memang tidak ada akses jembatan memasuki Dusun III, Desa Langge tersebut.

“Seperti ini kondisi kami mengajar, lewat sungai jalannya licin ada lumpur yang harus kami lewati,” kata Yuniarti Utina (30) salah seorang guru kontrak di SDN 6 Tapa saat mengunjungi kelompok belajar yang diadakan di rumah salah satu murid di Dusun III Desa Langge, Rabu (5/8/2020).

Tak jarang para guru harus terpeleset dan basah saat menyeberangi Sungai Polanggua, salah satu anak Sungai Bolango yang dikenal berarus deras. Walau demikian, para guru mengaku tetap bersemangat demi jalannya proses belajar siswa.

1. Siswa antusias mengikuti pembelajaran luring

Perjuangan Guru di Gorontalo Lewati Sungai Deras untuk Mengajar LuringSiswa SDN 6 Tapa di Gorontalo harus dibantu menyeberangi sungai menuju lokasi pembelajaran di salah satu rumah siswa, IDN Times/Elias

Yuniarti mengatakan, meski akses jalan menuju lokasi kelompok belajar siswa, rasa lelah akibat medan berat terbayar dengan antusiasme belajar para siswa.

“Kami datang itu murid sangat antusias belajar ya. Walaupun dalam keadaan yang sangat terbatas ini,” kata Yuniarti yang telah mengabdi selama 7 tahun sebagai guru kontrak di SDN 6 Tapa.

Diceritakan Yuniarti, kondisi Sungai Polanggua dengan arusnya saat ini masih mudah untuk dilewati. Hal itu akan lebih berat apabila air sungai lebih tinggi. Akibatnya, proses belajar pun harus dihentikan sementra waktu.

Pembelajaran luring dengan mendatangi langsung para siswa, berlangsung sejak wabah COVID-19 masuk di Gorontalo, “Dari awal tahun pelajaran 2020-2021 ini."

2. Keterbatasan fasilitas pembelajaran

Perjuangan Guru di Gorontalo Lewati Sungai Deras untuk Mengajar LuringIDN Times/Elias

Sementra itu Kepala Sekolah SDN 6 Tapa, Salma Rajak mengatakan, proses pembelajaran saat pandemik virus corona memang sangat menyulitkan. Belum lagi dengan beragam protes orangtua siswa bahwa anaknya tidak mengikuti pembelajaran di sekolah.

“Kadang kalanya orangtuanya datang ke sekolah, katanya anaknya tidak belajar. Jadi guru turun ke rumah yang kebetulan sudah ada kelompok belajar dari rumah. Nah pada hari ini, kami memantau lagi kelompok belajar yang menyeberang sungai,” kata Salma.

Ia juga menuturkan, memang untuk pembelajaran secara daring di Desa Langge sangat terbatas, terkendala dengan tidak meratanya kepemilikan handphone maupun perangkat komputer. Terlebih tidak adanya akses jaringan internet dan listrik di Dusun II, Desa Langge.

“Daring itu cuma dua kelompok (belajar daring) karena itu yang memiliki fasilitas handphone android,” tutur Salma.

Baca Juga: Satu Jembatan di Gorontalo Ambruk, Jalan Trans Sulawesi Terputus

3. Siswa menyeberang sungai tak hanya pada masa pandemik COVID-19

Perjuangan Guru di Gorontalo Lewati Sungai Deras untuk Mengajar LuringYuniarti Utina mendatangi rumah siswa melakukan proses pembelajaran luring, IDN Times/Elias

Siswa SDN 6 Tapa melintasi sungai tidak hanya pada masa pandemik saja, namun pada pembelajaran normal para siswa juga harus melintasi sungai tersebut. Sehingga para guru dan orangtua harus membantu para siswa untuk melintasi sungai.

“Jadi berangkat sekolah itu harus diantarkan orangtuanya dan pulang tidak ada orangtua yang menjemput ada guru yang membantu melintasi sungai,” kata Salma.

Ia melanjutkan, memang ada akses jembatan yang dapat dilewati namun jaraknya sekitar 2 kilometer, belum lagi untuk menjangkau sekolah bisa menempuh jarak yang cukup jauh. Sehingga melintasi sungai merupakan cara yang lebih cepat mencapai sekolah, hanya dengan menempuh waktu lima menit.

Baca Juga: Sungai di Gorontalo Meluap, Gedung Sekolah dan Puskesmas Terseret Arus

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya