Ekonomi Sulsel Triwulan II 2025 Tumbuh Positif, Namun Melambat

- Sektor pertanian tumbuh 3,36 persenDari sisi lapangan usaha, sektor pertanian tumbuh 3,36 persen, melambat tajam dari 15,73 persen di triwulan I 2025 akibat normalisasi musim panen dan kontraksi produksi padi.
- Konsumsi rumah tangga melambat 4,08 persenDari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga melambat ke 4,08 persen, pasca momen Ramadan dan Idulfitri. Namun, konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap menjadi kontributor utama pertumbuhan.
- Inflasi Juli tercatat 0,6 persenInflasi Juli 2025 tercatat 0,61 persen
Makassar, IDN Times - Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada Triwulan II 2025 tercatat 4,94 persen secara tahunan (yoy). Angka ini mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,78 persen.
Data Bank Indonesia mencatat posisi Sulsel berada di peringkat ke-22 pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dipaparkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda saat kegiatan Bincang Bareng Media terkait Perkembangan Ekonomi Sulsel Terkini dan Respons Kebijakan Bank Indonesia di The Backyard, Makasar, Selasa (26/8/2025).
"Pertumbuhan ekonomi Sulsel sempat naik di triwulan I 2025, lalu melambat di triwulan II," kata Rizki.
1. Sektor pertanian tumbuh 3,36 persen

Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian tumbuh 3,36 persen, melambat tajam dari 15,73 persen di triwulan I 2025 akibat normalisasi musim panen dan kontraksi produksi padi. Sektor perdagangan meningkat 4,67 persen, didorong kenaikan penjualan kendaraan baru sebesar 11 persen yoy.
Industri pengolahan juga tumbuh 4,01 persen, khususnya pada subsektor makanan-minuman, kayu, kulit, dan furnitur. Sementara konstruksi mencatat pertumbuhan 5,83 persen, sejalan dengan konsumsi dan investasi semen yang naik 5,76 persen.
Kemudian, pertambangan melonjak 9,69 persen, terutama karena produksi nikel matte naik 12 persen dan gas alam 8,4 persen. Kontributor terbesar terhadap pertumbuhan tetap berasal dari perdagangan, industri pengolahan, dan pertanian.
2. Konsumsi rumah tangga melambat 4,08 persen

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga melambat ke 4,08 persen, pasca momen Ramadan dan Idulfitri. Namun, konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap menjadi kontributor utama pertumbuhan
Ekspor luar negeri tumbuh 7,46 persen, lebih rendah dibanding 13,4 persen pada triwulan I. Sementara itu, impor mengalami kontraksi 11,65 persen.
Sementara belanja pemerintah turun 8,8 persen. Belanja pemerintah mulai dari desa kabupaten/kota, provinsi dan pemerintah pusat di triwulan II 2025 mengalami penurunan pada semua jenis komponen belanja dibandingkan triwulan II 2024 sebagai dampak dari kebijakan efisiensi.
3. Inlfasi Juli tercatat 0,6 persen

Inflasi Juli 2025 tercatat 0,61 persen (mtm), dengan angka tahunan 2,25 persen (yoy). Inflasi dipengaruhi kenaikan harga beras, tomat, cabai rawit, ikan bandeng, dan emas perhiasan. Kota Parepare mencatat inflasi tertinggi 4,05 persen, sedangkan Palopo tertinggi secara bulanan 0,94 persen.
"Inflasi secara tahunan masih terkendali, tetapi secara month to month perlu diwaspadai. Harga beras menunjukkan tren meningkat sejak awal tahun, dengan kenaikan tertinggi di Agustus. Kita harus bekerja keras untuk mengendalikan inflasi di Sulawesi Selatan," kata Rizki.
Harga beberapa komoditas pangan pada Agustus 2025 juga mengalami kenaikan, antara lain beras, daging ayam, dan bawang merah. Sementara bawang putih, cabai merah, dan cabai rawit mengalami penurunan, dan beberapa komoditas lainnya stabil. Untuk beras, harganya tetap di bawah rata-rata nasional, yaitu Rp14.116 per kilogram dibanding Rp15.930 per kilogram nasional.
Meski begitu, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sulsel sepanjang 2025 berada di kisaran 4,7-5,5 persen secara tahunan. Sementara inflasi diperkirakan tetap terkendali dalam sasaran 2,5 persen ±1 persen.