Eks Napi Terorisme Bom Makassar Ungkap Pola Doktrinasi Paham Ekstrem

Penyebab seseorang terpengaruh paham ekstrem tidak tunggal

Makassar, IDN Times - Mantan narapidana terorisme, Muchtar Daeng Lau mengungkap bagaimana pola doktrinasi paham ekstrem hingga menjurus ke aksi terorisme, utamanya di kalangan anak muda. Menurut dia, sejumlah faktor dapat mempengaruhi seseorang terjebak pemahaman ekstrem.

Muchtar merupakan salah satu pelaku kasus bom Makassar pada 5 Desember 2002, tepat di malam takbiran. Kala itu, ada dua lokasi pengeboman, yakni McDonald’s Mall Ratu Indah dan Show Room NK Kalla.

Muchtar menceritakan model perekrutan anggota baru ke dalam jaringan kelompok esktremis. Zaman sekarang, kata dia, perekrutan anggota bahkan lebih mudah karena mereka bisa dibaiat secara daring.

"Bisa (dibaiat) dengan mudah, termasuk lewat online. Ketika orang itu tidak punya pemahaman (agama) yang lengkap akan mudah terpengaruh," ujar Muchtar usai mengikuti pertemuan BNPT dengan Wali Kota Makassar di Jalan Amirullah, Makassar, Selasa (30/3/2021).

1. Ekstremisme tidak berdiri sendiri

Eks Napi Terorisme Bom Makassar Ungkap Pola Doktrinasi Paham EkstremIlustrasi Stop Radikalisme (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut Muchtar, ada sejumlah faktor penyebab munculnya esktremisme. Selain karena pengetahuan dan pemahaman agama yang kurang mendalam, juga karena adanya masalah ekonomi dan ketimpangan sosial.

"Maka ini yang sangat rentan untuk kemudian bisa direkrut dengan cepat. Itu salah satu di antaranya," ucapnya.

Faktor lainnya yakni kedekatan emosional. Para mentor biasanya mempunyai pengaruh dan kedekatan dengan anggota yang direkrut. Misalnya, si mentor pernah berjasa terhadap calon rekrutan sehingga si mentor dengan mudah merekrutnya menjadi anggota baru kelompok esktremis.

"Radikalisme (ekstremisme) tidak berdiri sendiri. Sebelum menjadi teroris, dia harus radikal. Radikal ini tentu yang saya katakan tadi dengan mudah tersentuh paham-paham yang diinginkan para mentor mereka," katanya.

2. Butuh kerja sama semua pihak untuk berantas terorisme

Eks Napi Terorisme Bom Makassar Ungkap Pola Doktrinasi Paham EkstremIlustrasi Aksi Terorisme (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebagai mantan napi terorisme yang digandeng oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Muchtar mengatakan ada tiga cara yang bisa diterapkan untuk memberantas terorisme. Cara itu adalah pendampingan, pembinaan dan pemberdayaan. 

"Ditambah dengan bagaimana kemudian senantiasa ada komunikasi yang baik terhadap mereka," katanya.

Namun menerapkan ketiga cara itu, tambah Muchtar, harus dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua pihak. 

"Karena itu, semua stakeholder harus hadir. Negara harus hadir, untuk bisa ada pembinaan, pendampingan dan pemberdayaan sehingga hal-hal serupa ini kemudian mudah untuk diselesaikan," kata Muchtar.

Baca Juga: Bomber Gereja Katedral Titip Uang untuk Bayar Pinjaman Ibu

3. Peledakan bom di Gereja Katedral sangat disayangkan

Eks Napi Terorisme Bom Makassar Ungkap Pola Doktrinasi Paham EkstremPetugas kepolisian mengamakan lokasi ledakan di Gereja Katedral di Jalan Kajaolalido Makassar, Sulawesi Selatan. IDN Times/Ashrawi Muin

Muchtar sangat menyayangkan kasus ledakan bom kembali terjadi di Makassar. Dia menganggap bom bunuh diri di depan gerbang Gereja Katedral Makassar pada Minggu 28 Maret 2021, sebagai musibah besar terhadap bangsa Indonesia. 

Sebagai mantan napi terorisme, Muchtar memiliki keinginan untuk menjaga Kota Makassar selalu dalam suasana kondusif. Dia ingin Makassar menjadi kota yang damai dan tenteram. Baginya, Makassar adalah miniatur Indonesia karena terdiri dari banyak agama, etnis, bahasa, dan budaya. 

"Maka ketika terjadi bom Makassar ini, saya salah satu orang yang mengecam sekaligus memberi semangat kepada para korban. Semestinya tidak terjadi hal serupa itu," kata Muchtar.

Baca Juga: Jenazah Pasutri Bom Gereja Katedral Dimakamkan di Luar Makassar 

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya