Warga Intan Jaya Mengungsi usai Konflik Bersenjata Tewaskan 18 Orang

- Sejumlah warga Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah mengungsi akibat konflik antara TPNPB-OPM dan militer Indonesia
- Operasi penyerangan Satgas Habema TNI terhadap kelompok TPNPB-OPM menyebabkan 18 korban, yang disebut anggota OPM oleh TNI
- Pihak TNI menegaskan bahwa pengungsian warga terjadi karena propaganda dan hoaks yang menakuti-nakuti masyarakat oleh pihak TPNPB-OPM
Timika, IDN Times – Sejumlah warga dari beberapa kampung di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, telah meninggalkan rumahnya untuk mengungsi menyelamatkan diri dari konflik bersenjata antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dan militer Indonesia.
Pengungsian besar-besaran itu terjadi setelah adanya operasi penyerangan oleh Satuan Tugas Harus Berhasil Maksimal (Satgas Habema) TNI, terhadap kelompok TPNPB-OPM pimpinan Aibon Kogoya dan Undius Kogoya di Distrik Sugapa dan Hitadipa, pada 13 Mei 2025 lalu.
1. Belasan korban tewas dalam serangan bersenjata di Intan Jaya

Dilaporkan, 18 orang menjadi korban dalam operasi serangan itu. TNI mengklaim seluruh korban adalah anggota TPNPB-OPM.
Sedangkan TPNPB menyatakan hanya 5 anggotanya yang menjadi korban. Tiga di antaranya meninggal dunia, sementara dua orang luka-luka. Sisanya disebut korban dari warga sipil.
Beberapa waktu setelah penyerangan itu, warga mulai bergerak mengungsi. Mereka pergi mencari perlindungan dan keselamatan.
2. Warga Intan Jaya mengungsi

Dalam sejumlah video yang beredar di media sosial Facebook, terlihat masyarakat dikumpulkan dan diangkut menggunakan kendaraan roda empat. Adapun yang berjalan kaki di jalan-jalan setapak yang dikelilingi hutan pepohonan.
Sebagian besar pengungsi juga terlihat disatukan pada satu titik tepatnya di halaman Kantor Bupati Intan Jaya.
Menanggapi persoalan ini, Kapuspen TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi, menegaskan bahwa pengungsian itu terjadi akibat propaganda yang kerap dilakukan oleh pihak TPNPB-OPM.
"Ya, (pengungsian) itu kan karena propaganda, hoaks yang diberikan oleh OPM kepada masyarakat. Dia menakuti-nakuti bahwa dia akan balas dendam. Bagi masyarakat yang tidak mengungsi, akan dibunuh, diintimidasi. Nanti setelah kosong kampungnya, datang dia mengambil ternak, mengambil barang-barang milik warga. Itu yang biasa dilakukan (OPM)," ujar Sianturi saat diwawancarai di Rimba Papua Hotel, Timika, Papua Tengah, Rabu (21/5/2025).
"Jadi, makanya kepada warga masyarakat jangan takut. Berikan laporan kepada pihak TNI, yakinlah bahwa TNI akan melindungi mereka dari aksi-aksi intimidasi, ancaman, atau pembunuhan seperti yang kemarin terjadi, nakes, guru juga diancam," imbuhnya.
3. TNI jamin keamanan para pengungsi dari Intan Jaya

Menurut Sianturi, masyarakat Papua di wilayah konflik saat ini lebih mendukung pihak TNI ketimbang OPM. Hal itu terbukti dari laporan-laporan yang diberikan masyarakat kepada TNI untuk menindak OPM.
"Masyarakat sudah makin pintar, bisa melihat mana sih yang benar-benar mendukung untuk kesejahteraan Papua dan mana yang tidak. Toh kemarin juga hasil operasi itu atau hasil penindakan itu kita dapatkan bagian-bagian informasi dari masyarakat. Itu Karena apa? Karena masyarakat sudah mulai muak dengan aksi-aksi atau propaganda dari OPM," tuturnya.
Lebih lanjut Sianturi memastikan pihaknya akan memberikan pengawalan dan perlindungan maksimal kepada para pengungsi. "Ya, selagi mereka mau melaporkan kepada TNI, artinya meminta bantuan, pasti kita ikuti. Kalau dia pergi mengungsi sendiri-sendiri kan kita nggak tahu ke mana posisinya," kata Sianturi.
"Jadi itu, bahwa mari kita bersama-sama membangun Papua, menjaga Papua. Yakin dan percaya bahwa keberadaan prajurit TNI di sini itu untuk mempercepat proses pembangunan Papua dari gangguan-gangguan tadi yang mengancam tidak berlanjutnya pembangunan," pungkasnya.