(Update) Korban Bencana Sulsel: 78 Meninggal, 3 Hilang

Makassar, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan mengeluarkan pembaruan data dampak bencana banjir, longsor, dan puting beliung di daerahnya, Rabu (30/1). Menurut data terbaru yang dirilis pukul 10.09 Wita, jumlah korban meninggal bertambah menjadi 78 orang.
“Terdapat tiga korban hilang yang masih dalam pencarian di Kabupaten Jeneponto,” kata Kepala BPBD Sulsel Syamsibar.
Saat ini sebagian besar banjir telah surut, seiring berkurangnya curah hujan dibandingkan pekan lalu. Adapun sebagian pengungsi di berbagai posko sudah mulai kembali ke rumah.
1. Korban terbanyak di Gowa, kerusakan terbesar di Jeneponto

BPBD Sulsel mencatat bahwa bencana pekan lalu melanda 14 kabupaten/kota. Korban meninggal terbanyak terdapat di kabupaten Gowa, yakni 53 orang. Disusul Jeneponto, 15 orang, Maros, empat, Takalar dan Selayar masing-masing dua, serta Makassar dan Pangkep masing-masing satu.
Saat ini sebagian besar banjir telah surut, disusul kembalinya para pengungsi ke rumah. Namun bencana menimbulkan berbagai kerusakan, baik rumah, perkantoran, sekolah, hingga sarana publik seperti jalan dan jembatan.
Kerusakan terberat diketahui terjadi di Kabupaten Jeneponto. Di daerah ini 438 rumah warga rusak berat, 32 rumah hanyut, 15 jembatan dan 41 sekolah rusak, serta mengakibatkan ribuan hektar sawah dan tambak gagal panen. Kerugian ditaksie mencapai Rp123 miliar lebih.
“Total kerugian akibat bencana di Sulsel, sejauh ini ditaksir senilai Rp125 miliar lebih,” ujar Syamsibar.
2. Masyarakat diimbau waspadai berbagai potensi bencana susulan
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah IV Makassar menyebut kondisi atmosfer di wilayah Sulsel relatif labil hingga awal Februari 2019. Itu berarti potensi pembentukan awan konvektif cukup signifikan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang disertai angin kencang, diperkirakan masih dapat terjadi khususnya di wilayah pesisir barat Sulsel. Sedangkan hujan lebat dan angin kencang diprediksi terjadi di Sulsel bagian utara. Selain itu , masyarakat diimbau mewaspadai gelombang tinggi di perairan sekitar Sulsel, dengan ketinggian mencapai 1,25 - 2,5 meter.
“Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan. Antara lain potensi banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin,” kata prakirawan BBMKG IV Makassar Siswanto.
3. Sulsel tanggap darurat bencana hingga 6 Februari

Sebelumnya, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyatakan perpanjangan status masa tanggap darurat di daerahnya. Status tersebut dimulai sejak 23 Januari hingga 6 Februari mendatang.
Gubernur mengatakan, status tersebut untuk mempermudah dan mempercepat penanganan dampak bencana banjir, longsor, puting beliung, dan abrasi di sebagian wilayah Sulsel. Tanggap darurat berarti ada kemudahan akses, baik penggunaan anggaran, pengerahan personel, logistik, peralatan, dan administrasi. Dengan begitu diharap penanganan dampak bencana bisa cepat, tepat, dan akurat.
Gubernur menyatakan berbagai pemangku kepentingan telah turun ke lapangan untuk mendata berbagai kerusakan dan dampak bencana. Selain membuka akses daerah terisolir akibat longsor, serta memenuhi kebutuhan masyarakat terdampak, pemerintah memprioritaskan pemulihan segera sarana publik dan fasilitas umum.
“Sekarang lagi mencoba. Kan, masing-masing-masing ini ada anggaran. Yang mana kira-kira bisa dilaihkan ke daerah-daerah yang harus dipulihkan segera,” ujar Nurdin.