Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ritual Tolak Bala Jadi Simbol Perjuangan Buruh KIBA di PN Makassar

-
Buruh KIBA gelar ritual songkala bala atau tolak bala di PN Makassar, Selasa (14/10/2025). IDN Times/Darsil Yahya

Makassar, IDN Times- Puluhan buruh Kawasan Industri Bantaeng (KIBA) yang tergabung dalam Serikat Buruh Pertambangan dan Industri (SBIPE) Bantaeng menggelar ritual songkabala atau tolak bala di depan Pengadilan Negeri (PN) Makassar di Jl RA Kartika, Makassar, Selasa (14/10/2025).

Pantauan IDN Times di lokasi, massa aksi tampak membawa pisang, bijih nangka/salak, baje atau wajik bugis, onde-onde dan beppa tori dalam prosesi tolak bala. Bagi masyarakat Bugis-Makassar tradisi songkabala dimaknai sebagai permohonan keselamatan dan penolak bala.

1. Ritual untuk mengusir roh-roh jahat dan energi negatif di PN Makassar

-
Makanan dan buah yang sajikan buruh KIBA saat ritual tolak bala di PN Makassar, Selasa (14/10/2025). IDN Times/Darsil Yahya

Makanan-makanan ini disimpan di tengah massa aksi yang duduk melingkar. Setelah dibacakan doa, salah satu buruh KIBA kemudian mengambil wadah berisi air, lalu berjalan sambil mengibaskan air tolak bala di depan PN Makassar dan ke massa aksi. Usai prosesi itu, massa kemudian melakukan sesi makan bersama.

Dalam aksinya massa juga membawa spanduk bertuliskan “Jangan robohkan benteng terakhir keadilan dengan putusan yang tidak berkeadilan bagi buruh” . Serta sejumlah petaka bertuliskan tuntutan pemenuhan hak-hak buruh KIBA, mulai dari upah lembur, cuti haid dan melahirkan, hingga hak beribadah dan keselamatan kerja.

Divisi Departemen Advokasi SBIPE KIBA, Junaedi Hambali menuturkan songkabala ini dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat dan energi negatif yang ada di PN Makassar.

"Kehadiran kami di depan Pengadilan Negeri Makassar untuk meminta perlindungan supaya bencana dan segala potensi-potensi yang membahayakan kaum buruh atau kaum pekerja segera berakhir," ucap Junaedi dalam orasinya.

2. Masyarakat dan buruh mengaku sudah lama merasakan bencana kemanusiaan

-
Buruh KIBA gelar ritual songkala bala atau tolak bala di PN Makassar, Selasa (14/10/2025). IDN Times/Darsil Yahya

Dia mengatakan aksi ini sekaligus untuk mengawal persidangan 20 buruh KIBA yang digugat oleh PT. Huadi Nickel Alloy Indonesia (HNAI) di Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) PN Makassar.

"Buruh PT. Huadi dan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri Banteang di tengah-tengah pabrik-pabrik smelter Bantaeng, sudah lama merasakan bencana yang berkepanjangan bencana kemanusiaan, pelanggaran terhadap keadilan," ungkapnya.

Junaedi menjelaskan bahwa ritual songkabala ini sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan para leluhurnya dalam menolak bala atau menolak bencana. Serta memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Ritual ini agar persidangan bisa menghentikan seluruh bencana yang terjadi di sekitar kawasan industri Bantaeng," tuturnya.

3. Buruh berharap hakim memberikan putusan seadil-adilnya

-
Buruh KIBA gelar ritual songkala bala atau tolak bala di PN Makassar, Selasa (14/10/2025). IDN Times/Darsil Yahya

Ia mengungkapkan beberapa bencana yang terjadi selama hadirnya PT. Huadi Nickel Alloy Indonesia (HNAI) pertama, pelanggaran terhadap ruang atau lingkungan yang sehat di sekitar kawasan industri Bantaeng.

"Selama perusahaan berdiri, warga yang tinggal di sekitar pabrik merasakan udara yang sudah tidak lagi bersih, yang dihirup adalah partikel-partikel debu yang mengganggu kesehatan ribuan warga di beberapa desa di Kecematan Pajukukang," kata Junaedi.

Kemudian, kata Junaedi, bencana yang lain adalah bencana yang dialami oleh ribuan kaum buruh yang ada di smelter atau di pabrik-pabrik smelter di kawasan industri Bantaeng.

"Sudah 12 tahun lamanya, sejak kawasan industri ditetapkan oleh pemerintah, bencana bermula dari sana (PT. Huadi Nickel Alloy Indonesia)," ucapnya.

Ia pun berharap majelis hakim yang menangani perkara tersebut dapat memberikan putusan seadil-adilnya bagi para buruh yang selama ini dirampas haknya.

"Kehadiran kami di sini adalah bentuk dukungan kepada para hakim agar menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya," kata dia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us

Latest News Sulawesi Selatan

See More

Merekam Jejak Mimika: Ketika Sejarah, Fotografi, dan Cinta Daerah

14 Okt 2025, 16:54 WIBNews