Merekam Jejak Mimika: Ketika Sejarah, Fotografi, dan Cinta Daerah

- Pameran foto "Mimika Photo Exhibition 2025" di Diana Mall Timika menarik antusiasme masyarakat dan memperpanjang waktu tayang hingga 13 Oktober 2025.
- Lebih dari seratus foto bersejarah dipajang, menghidupkan kembali sejarah Mimika dan memberikan edukasi visual bagi generasi muda.
- Pameran ini memunculkan gagasan perlunya museum foto atau arsip sejarah visual Mimika sebagai upaya kolektif membangun kesadaran sejarah masyarakat.
Timika, IDN Times — Ada yang berbeda di lantai dua Diana Mall Timika pada akhir pekan ini. Di tengah hiruk-pikuk pengunjung pusat perbelanjaan, suasana hangat dan penuh rasa ingin tahu terasa begitu kuat.
Dari anak-anak sekolah hingga orang tua, dari warga lokal hingga warga negara asing — semuanya larut dalam satu ruang waktu yang memutar balik perjalanan panjang Kabupaten Mimika.
Pameran foto bertajuk “Mimika Photo Exhibition 2025" dengan tema " Merekam Jejak Mimika” yang diselenggarakan oleh Pewarta Foto Indonesia (PFI) Timika telah menjadi magnet baru bagi masyarakat.
Semula dijadwalkan hanya berlangsung tiga hari, 10–12 Oktober 2025, namun karena antusiasme pengunjung yang luar biasa, panitia dan pihak Diana Mall sepakat memperpanjangnya satu hari lagi — hingga Senin, 13 Oktober 2025.
Bagi sebagian orang, ini mungkin hanya sekadar pameran foto. Namun bagi masyarakat Mimika, pameran ini adalah perjalanan batin — menelusuri jejak sejarah, pembangunan, dan transformasi daerah yang tumbuh dari tanah penuh cerita di selatan Papua itu.
Sejarah yang Hidup Kembali dalam Gambar

Lebih dari seratus foto dipajang rapi di sepanjang dinding 25 partisi. Setiap bingkai menghadirkan potongan waktu yang membeku: dari masa awal pembangunan infrastruktur di Mimika, potret para perintis pendidikan dan pemerintahan, hingga wajah-wajah para bupati yang pernah memimpin Mimika dari masa ke masa.
Bagi generasi muda yang datang, ini bukan sekadar gambar — melainkan lembaran sejarah hidup yang baru mereka kenal.
“Pameran ini bagus. Kami generasi muda jadi tahu bagaimana perkembangan Mimika. Ada juga tokoh-tokoh yang dulunya cuma tahu nama, tapi sekarang kita jadi tahu mukanya seperti apa,” tutur seorang siswa SMA Taruna Mimika kepada panitia yang mendampingi melihat rangkaian foto-foto, Senin (13/10/2025).
Bupati Mimika, Johannes Rettob, yang hadir membuka acara secara resmi pada Jumat (10/10/2025) menyampaikan apresiasi tinggi kepada PFI Timika. Ia menyebut kegiatan ini bukan hanya bernilai seni, tapi juga bernilai sejarah dan edukatif bagi masyarakat.
"Saya berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut. Saya tantang PFI Timika menghadirkan foto-foto sejarah yang lebih lengkap, karena sejarah ini tidak bisa sepotong-sepotong. Ini awal yang baik,” ujar Johannes.
Dukungan senada datang dari Wakil Bupati Mimika, Emanuel Kemong; Perwakilan PT Freeport Indonesia, Kerry Yarangga; Ketua Pengurus YPMAK, Leonardus Tumuka; dan sejumlah pimpinan Forkopimda Mimika.
Dari Obrolan Kopi Menjadi Gerakan Kolektif

Ketua Panitia, Joe Situmorang, mengungkapkan bahwa ide pameran ini bermula dari percakapan sederhana di warung kopi.
“Awalnya kami cuma ngobrol santai. Dari situ muncul keinginan untuk memberikan sesuatu yang spesial di HUT Mimika ke-29. Akhirnya tercetuslah ide membuat pameran dengan tema Merekam Jejak Mimika,” ujarnya, Minggu (12/10/2025).
Namun perjalanan mewujudkan ide tersebut tidak mudah. Dengan waktu persiapan yang sangat singkat, panitia harus bekerja ekstra keras mengumpulkan foto-foto bersejarah yang tersebar di berbagai arsip pribadi dan institusi.
“Kesulitannya adalah mengumpulkan foto-foto lama. Kami harus mencari tahu siapa yang menyimpan, di mana kami bisa mendapatkannya. Ini butuh waktu dan energi. Tapi Puji Tuhan, semua bisa terlaksana berkat dukungan dari banyak pihak,” kata Ketua PFI Timika, Sevianto Pakiding, Minggu (12/10/2025).
Dukungan tersebut datang dari Pemerintah Kabupaten Mimika, PT Freeport Indonesia, YPMAK, Diana Mall Timika, Kuala Oriental, PT Srikandi Mitra Karya, serta sejumlah sponsor lokal lainnya.
PT Freeport Indonesia bahkan membantu pembuatan partisi dan juga pengiriman foto-foto dari Jakarta dengan berat total lebih dari 200 kilogram.
Antusiasme yang Tak Terduga

Sejak hari pertama, antusiasme masyarakat di luar dugaan. Ruang pameran tak pernah sepi. Ribuan pengunjung datang — sebagian besar membawa keluarga, sebagian lainnya datang bersama teman atau rekan kerja.
“Di hari pertama saja sudah lebih dari seribu pengunjung. Hari-hari berikutnya ruang pameran ini tidak pernah kosong. Selalu ramai,” tutur Sevianto.
Menariknya, tak hanya warga Mimika yang hadir. Beberapa warga negara asing yang kebetulan berada di Timika juga tampak menikmati pameran. Mereka dengan seksama mengamati foto-foto lama Mimika dan bertanya tentang sejarah di baliknya.
“WNA yang datang juga penasaran. Mereka ingin tahu bagaimana Mimika dulu dan sekarang. Mereka sangat senang,” tambah Sevianto.
Ruang Edukasi dan Cinta Daerah

Lebih dari sekadar nostalgia, pameran ini juga menjadi ruang edukasi visual bagi masyarakat. PFI Timika secara khusus mengundang pelajar dari sejumlah sekolah di Mimika untuk melihat langsung dokumentasi sejarah daerahnya.
“Kami ingin generasi muda belajar dari sejarah, supaya tumbuh rasa cinta dan tanggung jawab terhadap daerahnya,” ujar Sevianto.
Bagi banyak siswa, pengalaman itu terasa berbeda. Mereka tidak hanya membaca sejarah dari buku, tapi melihat langsung wajah-wajah, tempat, dan peristiwa yang membentuk Mimika hari ini.
Harapan untuk Sebuah Museum Sejarah Visual

Dari pameran ini muncul satu gagasan besar: perlunya museum foto atau arsip sejarah visual Mimika. Gagasan itu disampaikan langsung oleh Ketua PFI Timika dan disambut positif oleh Bupati Mimika.
“Saya sepakat, sudah waktunya Mimika memiliki tempat khusus untuk menyimpan arsip sejarah. Apa yang ditampilkan hari ini harus dijaga dan diwariskan untuk generasi berikutnya,” kata Bupati Johannes Rettob, di hari pertama pameran.
Pernyataan itu memantik harapan baru — bahwa pameran ini bukan sekadar agenda tahunan, melainkan awal dari upaya kolektif membangun kesadaran sejarah masyarakat Mimika.
Lebih dari Sekadar Pameran

Selain menghadirkan karya foto dokumenter, Mimika Photo Exhibition 2025 juga menyuguhkan kegiatan interaktif seperti kuis dan door prize dari sponsor Diana Mall. Voucher belanja dan hadiah menarik dibagikan setiap hari kepada pengunjung.
Namun bagi banyak orang, hadiah terbesar bukanlah kupon atau souvenir — melainkan pengalaman menyelami perjalanan panjang daerah mereka sendiri.
Seorang siswi SMA Negeri 1 Mimika mengungkapkan, "Mungkin ke depan bisa ditambahkan foto-fotonya biar lebih menarik lagi. Tapi ini juga sudah sangat berkesan. Kami jadi lebih menghargai daerah kami.”
Menghidupkan Arsip, Merawat Ingatan

Ketika pameran ini berakhir pada Senin, 13 Oktober 2025, mungkin lampu-lampu di ruang pameran akan padam. Namun jejak yang ditinggalkan tidak akan hilang.
Foto-foto itu — yang membingkai perjuangan, pembangunan, dan kehidupan masyarakat Mimika — kini menjadi bagian dari ingatan kolektif. Sebuah kesadaran baru tumbuh: bahwa sejarah tidak hanya disimpan dalam arsip, tetapi juga dirayakan dalam ruang publik.
Dan di situlah makna terdalam dari Mimika Photo Exhibition 2025: sebuah ajakan untuk mencintai daerah lewat cahaya dan lensa, untuk merawat masa lalu agar generasi mendatang tak kehilangan arah.
Karena pada akhirnya, seperti dikatakan oleh Ketua PFI Timika, “Karya foto bukan sekadar gambar. Ia adalah bahasa universal yang mampu berbicara lebih kuat dari kata-kata.”