Kisah Kuco, Penyintas Gempa Palu Jalani Ramadan di Huntara

Tiga kali puasa di hunian sementara, berharap segera pindah

Palu, IDN Times - Ini tahun ketiga bagi Kuco, wanita 66 tahun, menjalani Ramadan di Hunian Sementara (Huntara) Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Kuco adalah korban gempa dan likuefaksi 28 September 2018 lalu. Rumahnya di Jalan Pue Sula, Kecamatan Palu Selatan hancur tak tersisa. Beruntung ia selamat dan masih menikmati bulan puasa bersama keluarga.

“Alhamdullilah saya masih diberikan kesempatan sama Allah untuk hidup,” ucapnya, Selasa (13/4/2021).

Baca Juga: Dua Tahun Pascabencana, Pembangunan Huntap Palu Temui Banyak Masalah

1. Bertahan di huntara dengan keterbatasan fisik

Kisah Kuco, Penyintas Gempa Palu Jalani Ramadan di HuntaraIDN Times/M Faiz Syafar

Kuco memiliki keterbatasan fisik. Sudah lama kedua kakinya tidak lagi mampu berjalan normal. Ia lumpuh dan hanya mengandalkan kedua tangannya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Beruntung ada anak perempuannya yang membantu menjalani aktivitas sehari-hari. Anak tunggalnya itu tinggal bersamanya di bilik Huntara Petobo yang dibangun oleh pemerintah untuk korban bencana 28 September 2018.

Nama Kuco keluar sebagai penerima Hunian Tetap (Huntap) Tondo II dan diinformasikan akan pindah tahun 2021.

Tiga kali puasa, tiga kali lebaran dijalani Kuco di Huntara Petobo. Ia juga sudah tiga kali dijanji pemerintah pindah huntap.

“Tidak tau ini kapan pindah, katanya tahun ini. Kalau di huntara ini tidak ada kendala apa-apa, air ada dan listrik kita yang tanggung juga, hanya saja tetap kami menginginkan tinggal di rumah tetap bukan di huntara begini,” cerita Kuco.

2. Makan dari gaji sebagai kupas bawang

Kisah Kuco, Penyintas Gempa Palu Jalani Ramadan di HuntaraIDN Times/Kristina Natalia

Usai berbuka puasa, Kuco duduk di depan pintu bilik huntaranya. Kedua tangannya mulai membersihkan bawang putih yang ada di dalam karung.

Sudah beberapa bulan ini, Kuco makan gaji dari mengupas bawang putih milik pedagang di Pasar Tradisional Masomba. Dari mengupas satu karung bawang putih, dia diberi upah Rp35 ribu.

“Tidak sendiri juga kupas, dibantu anakku dan saudaraku, jadi kami kupas bertiga. Upahnya bagi tiga juga,” tutur Kuco.

Sehari, Kuco hanya bisa membersihkan dan mengupas bawang putih sebanyak satu karung. Pekerjaan ini juga tidak ada setiap hari. “Kerjaku hanya ini saja, tidak ada lagi. Dicukup-cukupkanlah uang yang ada di tangan,” kata Kuco.

Sebelum bencana melanda Kota Palu, Kuco membuka usaha kecil-kecilan di depan rumahnya. Ia menjual hasil pangan dari pekarangan rumahnya. Dari hasil itulah Kuco bisa menghidupi dirinya dan anak cucunya.

“Anak cucuku juga kerja kecil-kecilan jadi baku bantu kita beli kebutuhan dalam rumah. Kalau di huntara ini juga kita jual pisang dengan kacang, yah seribu dua ribu adalah setiap hari,” ucap Kuco.

Selama berada di Huntara Petobo, beberapa kali Kuco dan keluarga mendapat bantuan sembako dari pemerintah maupun dari pihak lain. Bantuan itulah yang dimanfaakan keluarganya pada masa awal-awal bertahan hidup di huntara.

“Kalau sekarang hampir tidak ada lagi bantuan begitu jadi kita harus bekerja meski pun dalam keadaan tidak mampu lagi jalan,” kata dia.

3. Berharap segera pindah dari huntara

Kisah Kuco, Penyintas Gempa Palu Jalani Ramadan di HuntaraANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Besar keinginan Kuco lebaran tahun ini ia dan keluarganya pindah dari huntara ke huntap. Semenjak menjanda pada 2002, Kuco menyatakan lebih banyak berserah dalam menghadapi kehidupan.

Ia berharap pemerintah secepatnya menyelesaikan pekerjaan huntap untuk korban bencana. “Sudah beberapa penghuni huntara ini pindah, kami menunggu saja,” tuturnya.

“Kalau mau pindah kita tidak ada lagi rumah, yah kalau dibongkar ini huntara kita tidak tau mau tinggal di mana lagi,” dia menambahkan.

Baca Juga: Petani Palu Mulai Tanam Padi Pascabencana Gempa dan Tsunami 2018

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya