Satgas: Penularan COVID-19 Sering Terjadi karena Orang Teledor

Orang bisa saja tertular saat dia merasa sudah aman

Makassar, IDN Times – Satuan Tugas Penanganan COVID-19 terus mengingatkan masyarakat agar menerapkan protokol kesehatan 3M untuk mencegah tertular virus corona. Penularan COVID-19 di masyarakat sering kali terjadi karena keteledoran.

Dr. Muhammad Fajri Adda’l, dokter relawan COVID-19 dan edukator kesehatan mengungkapkan, penularan sering terjadi di saat orang justru merasa aman, sehingga abai terhadap kebiasaan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Terutama pada momen kumpul atau makan bersama.

“Laporan WHO mengatakan penularan terjadi cukup tinggi saat makan bersama kolega, keluarga, karena dipikir aman,” kata Fajri pada dialog yang digelar Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) secara virtual, Jumat (29/1/2021).

Baca Juga: Menkes Nilai COVID-19 Melonjak karena Dulu Orang Enggan Pakai Masker

1. Praktik 3M bisa menurunkan risiko tertular hingga 85 persen

Satgas: Penularan COVID-19 Sering Terjadi karena Orang TeledorDok. IDN Times/Istimewa

Menurut Satgas COVID-19, orang sangat berisiko tertular COVID-19 tanpa perilaku 3M. Tapi mencuci tangan menurunkan risiko sebesar 35 persen. Jika memakai masker kain, risiko turun hingga 45 persen, sedangkan memakai masker bedah bisa menurunkan risiko tertular hingga 70 persen.

Jika dua kebiasaan itu diikuti praktik menjaga jarak, risiko penularan bisa diturunkan sampai 85 persen. Makanya pemerintah selalu mengimbau kepatuhan terhadap 3M karena masyarakat memegang peranan penting dalam upaya menekan angka penularan COVID-19.

“Kita harus terus bersama-sama dengan pemerintah melakukan kewajiban 3T (Testing, Tracing, Treatment), dan masyarakat menjalankan 3M. Kita sama-sama ambil bagian sebagai subjek penanganan pandemi ini,” ucap dr. Fajri.

2. Lebih baik menghindari pertemuan fisik, terutama di ruang tertutup

Satgas: Penularan COVID-19 Sering Terjadi karena Orang TeledorProtokol kesehatan di sebuah kedai kopi di Tangsel (ANTARA FOTO/Fauzan)

Dr. Fajri menyarankan masyarakat menghindari pertemuan secara fisik untuk mencegah tertular COVID-19. Jika memungkinkan, interaksi selama pandemik digelar melalui pertemuan secara virtual. Sedangkan jika terpaksa, pertemuan fisik harus memerhatikan protokol jaga jarak dan menghindari ruangan tertutup.

“Apabila harus terpaksa bertemu, cari tempat yang ventilasinya baik, kalau perlu bertemu di luar ruangan, dan usahakan jangan sembari makan, terus jaga jarak,” kata dr. Fajri.

Lebih lanjut, dr. Fajri juga menjelaskan pentignya sering mencuci tangan untuk menghindari kuman atau virus yang tidak sengaja tertempel. Apalagi droplet atau percikan di ruangan ber-AC bisa bertahan lebih lama. “Ini bisa menginfeksi apabila kita tidak sengaja mengucek mata, sehingga saya menyarankan cuci tangan dengan sabun di air mengalir,” dia melanjutkan.

3. Penyintas ingatkan dampak panjang COVID-19

Satgas: Penularan COVID-19 Sering Terjadi karena Orang TeledorDok. IDN Times/Istimewa

Dialog yang bertema “Prokes Dijalankan, COVID-19 Kita Kalahkan” turut menghadirkan penyintas COVID-19. Salah satunya Saffri Sitepu asal Makassar, yang mengisahkan pengalamannya saat tertular virus corona beberapa bulan lalu.

“Saya rasa saya tertular waktu itu karena kurang menjaga jarak atau bertemu orang banyak,” katanya.

Saffri kemudian menceritakan dampak COVID-19 terhadap dirinya. Pengalaman yang paling berat, kata dia, adalah sepuluh hari pertama di mana mengalami sesak berat hingga batuk berdarah. Efek yang dirasakan juga bertahan meski dia sudah dinyatakan sembuh.

“Setelah pulang dinyatakan negatif pun saya merasa fisik masih berat, gampang lemas, hampir tiga bulan saya rasakan pengalaman tersebut,” ucapnya.

Kini Saffri mengaku sangat serius menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Dia yang hobi bersepeda tak pernah lagi gowes dengan teman-teman komunitas. “Saya bersepeda sendiri, saya jauhi kerumunan. Karena masih ada rasa takut terinfeksi kembali. Hingga kini saya melaksanakan protokol kesehatan yang benar dan tepat,” dia melanjutkan.

Baca Juga: Mengenal COVID Tongue, Bercak di Lidah yang Jadi Gejala Baru COVID-19

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya