Terbongkar! Operator Mesin Cetak Beberkan Proses Produksi Uang Palsu

- Polisi mengungkap sindikat produksi uang palsu di UIN Alauddin Makassar
- Proses pencetakan uang palsu memerlukan hingga 19 tahap, menggunakan mesin cetak khusus dengan tingkat presisi tinggi
- Produksi uang palsu dimulai pada September, terkait pesanan besar senilai miliaran rupiah untuk pilkada
Makassar, IDN Times - Polisi berhasil mengungkap sindikat produksi uang palsu yang beroperasi di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Salah satu pelaku, Syahruna, yang berperan sebagai operator mesin cetak, mengungkapkan proses dan modus operandi dalam menjalankan kegiatan ilegal ini.
Menurut Syahruna, mereka awalnya bereksperimen di rumah Annar Salahuddin Sampetoding (ASS) di Jalan Sunu untuk mempelajari bahan dan teknik pembuatan.
Namun, aktivitas produksi penuh dilakukan di kampus UIN Alauddin Makassar.
"Kalau di UIN, kami fokus produksi. Tapi tidak semua hasilnya bagus. Dari setiap 50-60 persen hasil produksi, banyak yang rusak dan tidak dapat diedarkan." ujarnya.
1. Diperlukan 19 tahap pencetakan uang palsu

Untuk menghasilkan uang palsu yang siap diedarkan, diperlukan hingga 19 tahap pencetakan. Tahap pertama mencetak tali air (watermark) dan benang dengan metode sablon, diikuti pencetakan UV dan money picture agar uang palsu lolos deteksi mesin.
"Kalau ada satu kesalahan, proses harus diulang dari awal. Dalam sehari, kami bisa memproduksi hingga 1 rim atau 1.000 lembar uang pecahan Rp100 ribu, setara dengan Rp100 juta," bebernya.
Syahruna mengungkapkan bahwa mereka menggunakan mesin cetak khusus dengan tingkat presisi tinggi. Kertas dan tinta diimpor dari China, berbahan dasar katun atau konstruk.
Meski alat canggih tersedia, Syahruna mengaku belum mahir sepenuhnya, sehingga produksi membutuhkan waktu lebih lama. "Jika mesin dioperasikan dengan baik, bisa memproduksi hingga Rp200 juta per jam," ungkapnya.
2. Belajar autodidak mencetak uang palsu

Dia mengaku, bahan baku, seperti kertas khusus berbahan cotton dan tinta, diimpor dari China. "Semua saya pelajari sendiri dengan arahan dari bos ( ASS)," ungkapnya.
Syahruna tidak bekerja sendiri. Dia dibantu oleh Ambo, sementara koordinasi tempat dan situasi diatur oleh Andi Ibrahim. Aktivitas mereka disamarkan dengan dalih mencetak brosur kampus.
"Kami buka pintu saat mencetak brosur, tapi itu hanya untuk mengelabui. Setelah itu, kami mencetak uang palsu," ujarnya.
3. Pesanan uang palsu untuk Pilkada

Produksi uang palsu ini baru dimulai pada September, dan salah satu pesanan besar senilai miliaran rupiah dikaitkan dengan kebutuhan pilkada. Namun, Syahruna mengaku tidak terlalu serius menangani pesanan tersebut karena hasil cetakannya belum sempurna.
"Itu pesanan dari Pak Ibrahim," ucap Syahruna.
Syahruna mengaku tergiur karena dijanjikan keuntungan besar oleh Andi Ibrahim yang merupakan koordinator sindikat uang paslu. "Kami dijanjikan katanya nanti 1 banding 10. Dan dijanjikan dibelikan tanah dan rumah," pungkasnya.