Sidang Kasus Uang Palsu Digelar Langsung di Kampus UIN Alauddin

- Mesin cetak dan uang palsu disimpan di toilet kampus UIN Alauddin
- Periksa beberapa ruangan di gedung perpustakaan Kampus II UIN
- Deretan terdakwa turut hadir dalam pemeriksaan setempat
Makassar, IDN Times - Pengadilan Negeri (PN) Sungguminasa menggelar sidang pemeriksaan setempat (PS) atau descente untuk mengusut kasus dugaan percetakan uang palsu yang melibatkan sindikat di lingkungan Kampus UIN Alauddin Makassar, Rabu (23/7/2025).
Sidang ini berlangsung di lokasi yang diduga jadi tempat percetakan uang palsu, yakni gedung Perpustakaan Kampus II UIN Alauddin, Samata, Kabupaten Gowa.
Setelah meninjau langsung tempat kejadian perkara, majelis hakim, jaksa, dan tim kuasa hukum melanjutkan persidangan di Polres Gowa yang menjadi tempat penyimpanan mesin cetak yang palsu.
1. Mesin cetak dan uang palsu disimpan di toilet kampus

Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Pidum) Kejari Gowa, Siti Nurdaliah, menjelaskan bahwa PS dilakukan untuk memeriksa langsung tempat dugaan tindak pidana tersebut.
“Agenda hari ini, pagi tadi kita sudah melakukan PS di tiga tempat. Pertama itu di UIN, kedua di Polres Gowa, dan terakhir di Kejaksaan Gowa,” kata Nurdaliah.
2. Periksa beberapa ruangan

Di gedung perpustakaan Kampus II UIN, rombongan memeriksa lokasi penyimpanan mesin cetak dan barang bukti lainnya. “PS-nya mengenai tempat penyimpanannya mesin-mesin, uang-uang yang sudah dicetak, serta barang-barang lainnya. Ada dua mesin cetak, satu besar dan satu kecil,” tambahnya.
Tak hanya di ruang utama, pemeriksaan juga menjangkau empat titik di dalam gedung, termasuk area toilet bawah. “Di UIN itu ada empat ruangan, satu di bawah itu di WC, ada dua di situ,” ungkapnya.
3. Deretan terdakwa turut hadir dalam pemeriksaan

Dalam pemeriksaan setempat, jaksa juga menghadirkan sejumlah terdakwa. Mereka adalah Andi Ibrahim (mantan Kepala Perpustakaan UIN), Syahruna, Ambo Ala, Annar Sampetoding, John Biliater, Sukmawati, dan Sataria.
“Ya, terdakwa diturunkan ikut PS, ada Annar, ada Ambo Ala, Syahruna, Andi Ibrahim, John Biliater, Sukmawati, dan Sataria,” pungkas Nurdaliah.