Pengamat Nilai Ada Pembiaran dalam Kasus Bentrok Organda di Makassar

- Serangan beruntun ke sejumlah kampus
- Polisi dinilai kurang tanggap dan tidak tegas
- Butuh aksi nyata, bukan sekadar wacana
Makassar, IDN Times- Makassar kembali diwarnai aksi kekerasan yang memicu keresahan publik. Pengamat hukum menilai, penanganan polisi dinilai masih setengah hati dan justru terkesan ada pembiaran terhadap aksi premanisme dan serangan kelompok orang tak dikenal (OTK) yang diduga dari kelompok organda yang menyasar sejumlah kampus.
Pada Kamis (23/7/2025), sedikitnya lima kampus di Makassar menjadi sasaran penyerangan OTK. Empat kampus swasta dan satu kampus negeri diserang, termasuk kampus yang terletak di Jalan Sultan Alauddin, Jalan Pendidikan, Jalan Urip Sumoharjo, hingga Jalan Perintis Kemerdekaan.
1. Serangan beruntun ke sejumlah kampus

Ironisnya, penyerangan ini terjadi di tengah momen peresmian Rumah Sakit Universitas Negeri Alauddin (UIN) Makassar yang dihadiri Menteri Agama, Prof. Nasaruddin Umar.
Meski beberapa kampus berada dekat kantor polisi, kelompok OTK tetap nekat beraksi, bahkan sempat memasang spanduk undangan perang di dekat Pos Polisi Fly Over, Jalan AP Pettarani.
Kabar yang beredar menyebut aksi mereka didorong misi balas dendam atas penikaman salah satu rekan mereka. Namun, informasi ini masih didalami kebenarannya oleh pihak kepolisian.
2. Polisi dinilai kurang tanggap dan tidak tegas

Pakar Hukum Pidana UIN Alauddin Makassar, Dr. Rahman Syamsuddin, menilai aparat kepolisian, khususnya Kapolrestabes Makassar, perlu menunjukkan ketegasan nyata. Menurutnya, situasi yang berulang ini muncul karena pelaku merasa tidak ada tindakan tegas yang menghalangi mereka.
"Kesannya ada pembiaran. Kalau seperti ini, Kapolda seharusnya ambil sikap, apalagi ini masih wilayahnya," kata Rahman, Sabtu (26/7/2025).
Rahman juga menyoroti lambatnya respons polisi, meski markas kepolisian berada tak jauh dari lokasi kampus yang diserang. "Dekat Polsek, harusnya ketika ada laporan dari kampus langsung turun ke lapangan. Jangan membiarkan begitu saja. Akhirnya justru kampus jadi tempat yang ditakuti," ujarnya.
3. Butuh aksi nyata, bukan sekadar wacana

Lebih jauh, Rahman mengatakan pendekatan kepolisian sejauh ini belum berhasil memberikan efek jera bagi para pelaku. Ia menilai seruan tembak di tempat pun hanya menjadi wacana tanpa diikuti aksi konkret.
"Kalau dibiarkan terus, kondisi Makassar bisa makin parah. Masyarakat sebenarnya sudah mendukung upaya tembak di tempat, tapi kita butuh aksi nyata dari Kapolrestabes. Ini yang tidak jalan," tandasnya.
Sementara itu, Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mengantongi identitas OTK yang diduga terlibat dalam penyerangan tersebut.
"Sudah ada informasi yang masuk ke kami, masih dilakukan penyelidikan terkait hal tersebut. Kami masih memantau pergerakan orang-orang tersebut lewat CCTV," kata Arya, Sabtu (26/7/2025).
Arya menjelaskan, pihak kepolisian tidak serta-merta bisa menangkap orang hanya berdasarkan dugaan atau informasi awal dari grup tertentu. Semua informasi harus terlebih dulu diverifikasi petugas di lapangan.
"Jadi tidak bisa langsung melakukan penangkapan tanpa konfirmasi detail identitasnya," jelas Arya.