Jumlah Anak Tidak Bersekolah di Sulsel Tembus 140 Ribu Orang

- Jumlah anak tidak bersekolah di Sulawesi Selatan mencapai 140 ribu, 3.136 anak telah kembali ke sekolah.
- Dinas Pendidikan Sulsel bekerja sama dengan UNICEF dan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah ini.
- Pj Gubernur Sulsel menekankan pentingnya meningkatkan jumlah anak yang tidak bersekolah menjadi bersekolah, serta mencari solusi terkait faktor-faktor penyebabnya.
Makassar, IDN Times - Jumlah anak yang tidak bersekolah di Provinsi Sulawesi Selatan tembus 140 ribu orang. Hal ini disampaikan Kasubag Program Dinas Pendidikan Sulsel, Arfan Tahir.
Arfan mengatakan dari jumlah tersebut sebanyak 18.181 anak telah terdata. Namun baru 5.573 anak berproses melanjutkan pendidikan.
Arfan menyebutkan anak yang telah kembali ke sekolah sebanyak 3.136 orang. Kemudian ada 2.437 orang yang meninggal dan mengundurkan diri karena menikah ataupun pindah domisili.
"Langkah yang telah dilakukan oleh Cabang Dinas telah melaksanakan sesuai dengan program yaitu Satu ATS (Anak Tidak Sekolah) Satu Guru," katanya dalam siaran pers, Selasa (8/10/2024).
1. Pemprov kerja sama dengan UNICEF untuk menangani

Untuk mengatasi masalah ini, Dinas Pendidikan Sulsel terus meningkatkan kerja sama dengan UNICEF serta pemerintah kabupaten dan kota. Data-data tersebut, kata Arfan, merupakan akumulasi dari semua kabupaten dan kota se-Sulsel.
"Data yang sudah kami sampaikan ke cabang dinas ini dan hasil konsolidasi juga dengan data-data yang ada kabupaten kota," kata Arfan.
2. Zudan tekankan semua anak kembali bersekolah

Terkait hal ini, Pj Gubernur Sulawesi Selatan, Zudan Arif Fakrulloh, menekankan agar masalah anak tidak bersekolah ini bisa ditangani. Dia meminta Disdik agar meningkatkan jumlah anak yang tidak bersekolah menjadi bersekolah.
Zudan menekankan bahwa prinsipnya anak tidak sekolah harus menjadi anak sekolah. Dalam usia sekolah, maka anak harus bersekolah.
"Datanya dilengkapi supaya kita bisa tahu, karena untuk yang kalau pun sudah menikah, dia tetap harus sekolah, lewat paket A,B atau C," kata Zudan.
Dari 18.181 yang telah terkonfirmasi, Zudan menegaskan bahwa mereka harus ditanyai kembali apakah mau sekolah atau tidak.
"Langkah-langkahnya harus kita lakukan percepatan. Kita kerja lebih keras lagi," ujarnya.
3. Zudan minta Disdik petakan penyebab anak putus sekolah

Zudan berharap kepala sekolah atau ASN dapat menjadi orang tua asuh. Satu ASN, satu anak tidak sekolah sehingga anak yang tidak mampu karena biaya bisa dibantu penyelesaiannya.
Namun, pemerintah juga perlu mencari penyebab lainnya. Sekretaris Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) ini mencontohkan, menemukan di NTT dia harus berjalan ke sekolah sekira 1,5 jam sehingga harus ada angkutan sekolah.
"Mereka mau sekolah, tapi angkutannya yang tidak ada. Di kita juga (Sulsel) seingat saya dari SMA 11 Luwu Utara, ada sekira 10 siswa diberikan angkutan gratis oleh sekolahnya, ini bisa menjadi solusi. Dinas Pendidikan dipetakan apa saja faktornya," kata Zudan.