Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Inflasi Sulsel Agustus 2025 Tercatat 3,12 Persen, Parepare Tertinggi

Ilustrasi inflasi (Foto: IDN Times)
Ilustrasi inflasi (Foto: IDN Times)

Makassar, IDN Times – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan melaporkan inflasi year on year (y-on-y) pada Agustus 2025 mencapai 3,12 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,91. Dari delapan kabupaten/kota yang dipantau, inflasi tertinggi tercatat di Kota Parepare sebesar 4,46 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Palopo sebesar 2,75 persen.

Kenaikan harga yang meluas di berbagai kelompok pengeluaran menjadi faktor utama pendorong inflasi. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau naik hingga 5,72 persen, sementara kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya melonjak 9,81 persen. Sebaliknya, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan justru mencatat deflasi sebesar 0,51 persen.

1. Emas perhiasan masih menjadi penyumbang terbesar

Ilustrasi emas batangan dan emas perhiasan (bareksa.com/Shutterstock)
Ilustrasi emas batangan dan emas perhiasan (bareksa.com/Shutterstock)

Sejumlah komoditas tercatat memberi kontribusi besar terhadap inflasi tahunan di Sulawesi Selatan. Emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar dengan andil 0,6 persen. Selain itu, beras juga memiliki andil signifikan sebesar 0,39 persen, disusul tomat (0,25 persen), bawang merah (0,18 persen), serta beberapa jenis ikan konsumsi seperti bandeng, cakalang, dan layang.

Selain bahan makanan pokok, beberapa kebutuhan rumah tangga juga memberikan andil terhadap inflasi. Minyak goreng menyumbang 0,1 persen, sementara produk konsumsi sehari-hari lain seperti kopi bubuk, telur ayam ras, dan air kemasan turut memberikan sumbangan meski dalam persentase lebih kecil. Berbagai komoditas ini menunjukkan bahwa inflasi di Sulsel banyak dipicu oleh kenaikan harga kebutuhan pokok dan barang konsumsi masyarakat sehari-hari.

2. Ini perbandingan data inflasi antarwilayah

Ilustrasi bps IDN Times/Hana Adi Perdana
Ilustrasi bps IDN Times/Hana Adi Perdana

Data BPS menunjukkan bahwa inflasi tidak merata di seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Kota Parepare mencatat inflasi tertinggi sebesar 4,46 persen dengan IHK 110,85. Selain itu, Kabupaten Sidenreng Rappang dan Luwu Timur juga menembus angka 4 persen, masing-masing 4,17 persen dan 4,03 persen. Kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan tekanan harga di tiap wilayah, dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan dan pola konsumsi lokal.

Sebaliknya, inflasi terendah terjadi di Kota Palopo sebesar 2,75 persen, disusul Kota Makassar dengan 2,91 persen. Bulukumba dan Watampone juga mencatat inflasi di bawah rata-rata provinsi, yakni 2,87 persen dan 2,93 persen. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa meskipun secara umum Sulsel mengalami inflasi 3,12 persen, faktor lokal di tiap daerah memberi dampak yang cukup berbeda terhadap laju harga.

3. Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi

Ilustrasi Inflasi (Foto: IDN Times)
Ilustrasi Inflasi (Foto: IDN Times)

Jika dilihat dari kelompok pengeluaran, makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi dengan andil sebesar 1,74 persen. Kelompok ini dipicu terutama oleh kenaikan harga beras, tomat, dan bawang merah. Selain itu, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran turut menyumbang 0,23 persen, yang mencerminkan adanya kenaikan harga di sektor jasa penyedia makanan seperti ayam goreng, nasi lauk, dan martabak.

Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga mencatat kontribusi yang signifikan dengan andil 0,75 persen. Lonjakan harga emas perhiasan menjadi faktor utama di kelompok ini, disusul kebutuhan sehari-hari seperti pasta gigi, sabun mandi, dan sampo. Sementara itu, kelompok transportasi, pendidikan, serta rekreasi juga mencatat inflasi, meski sumbangannya relatif kecil. Gambaran ini menunjukkan bahwa inflasi Sulsel didorong oleh kenaikan harga pada kebutuhan pokok, jasa, hingga barang konsumsi rumah tangga.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us