Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menjajal Infrastruktur Kendaraan Listrik di Jalur Wisata Makassar–Bira

Seorang pengendara mobil listrik sedang mengisi daya kendaraannya di SPKLU PLN Bulukumba, Kamis (11/12/2025). (IDN Times/Aan Pranata)
Seorang pengendara mobil listrik sedang mengisi daya kendaraannya di SPKLU PLN Bulukumba, Kamis (11/12/2025). (IDN Times/Aan Pranata)

Makassar, IDN Times – Jarum jam digital di dasbor Hyundai Ioniq 5 baru menunjukkan pukul 07.16 WITA ketika kami bergerak dari Jalan Letjen Hertasning, Makassar, pada Kamis (11/12/2025). Indikator baterai mobil tertera di angka 90 persen, dengan estimasi jarak tempuh tersisa mencapai 471 kilometer.

Pagi itu, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sulselrabar mengajak sejumlah jurnalis menempuh perjalanan menuju kawasan wisata Tanjung Bira, di Kabupaten Bulukumba. Misi perjalanan bertajuk Jurnal EV itu sederhana: membuktikan kesiapan infrastruktur kendaraan listrik (EV) di jalur selatan Sulawesi Selatan.

Rute yang kami tempuh adalah jalur klasik para pelancong, sebuah etape berjarak total sekitar 190 kilometer. Perjalanan sekitar lima jam melintasi Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, dan Bantaeng, sebelum berakhir di Bulukumba.

1. Efisiensi di tengah senyapnya kabin mobil listrik

Menjajal mobil listrik pada rute wisata Makassar menuju Tanjung Bira di Bulukumba. (IDN Times/Aan Pranata)
Menjajal mobil listrik pada rute wisata Makassar menuju Tanjung Bira di Bulukumba. (IDN Times/Aan Pranata)

Keluar dari Makassar, arus lalu lintas relatif lancar. Aspal mulus di beberapa ruas berganti dengan jalan bergelombang di titik lain. Di balik kemudi, sensasi berkendara mobil listrik terasa hening. Tidak ada getaran mesin, hanya suara ban dan angin yang sesekali masuk ke kabin.

Setelah menempuh jarak 84 kilometer, kami tiba di pemberhentian pertama: Kabupaten Jeneponto. Kami memarkir kendaraan di halaman Kantor PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Jeneponto, di Balang Toa, Kecamatan Binamu. Indikator baterai memperlihatkan angkanya turun menjadi 73 persen.

Di sinilah kalkulasi ekonomi dimulai. Berdasarkan data perjalanan di dasbor, mobil ini mengonsumsi daya rata-rata 15,7 kWh per 100 kilometer. Artinya, dalam jarak tersebut, konsumsi daya berkisar 17 persen. Rata-rata penggunaan energi tercatat 15,7 kWh per 100 kilometer.

Jika dihitung sederhana, perjalanan Makassar–Tanjung Bira sejauh kurang lebih 190 kilometer membutuhkan energi sekitar 29,83 kWh. Dengan tarif listrik Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN senilai Rp2.400 per kWh, biaya yang dikeluarkan hanya sekitar Rp71.592.

Angka ini kontras jika dibandingkan dengan mobil konvensional berbahan bakar Pertamax. Dengan asumsi konsumsi rata-rata dan harga BBM saat ini, biaya perjalanan yang sama mencapai sekitar Rp161.543. Selisihnya mencolok: kendaraan listrik lebih hemat sekitar 55,7 persen.

Pengisian kendaraan listrik di SPKLU pun sesederhana mencolokkan kabel dan menunggu penuh. Pengguna bisa memilih skema prabayar atau pascabayar. Untuk prabayar, estimasi kebutuhan daya dibayar di awal. Sementara pada layanan pascabayar, konsumsi listrik dicatat secara real time dan ditagihkan sesuai pemakaian aktual.

Kedua skema itu terhubung penuh dengan aplikasi PLN Mobil. Aplikasi yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran, melainkan juga media identifikasi kendaraan, pemilihan konektor, hingga otorisasi transaksi. Aplikasi ini juga berperan sebagai peta perjalanan. Pengguna dapat melihat sebaran SPKLU terdekat, mengecek ketersediaan konektor, hingga melakukan pemesanan terlebih dahulu.

2. Ruang Teduh SPKLU Jeneponto terintegrasi UMKM lokal

Hadirkan kenyamanan isi daya EV di Jeneponto, PLN resmikan Ruang Teduh dan kafe UMKM lokal. (IDN Times/Aan Pranata)
Hadirkan kenyamanan isi daya EV di Jeneponto, PLN resmikan Ruang Teduh dan kafe UMKM lokal. (IDN Times/Aan Pranata)

Pemberhentian di Jeneponto bukan sekadar untuk mendinginkan ban. Hari itu, General Manager PLN UID Sulselrabar, Edyansyah, meresmikan pengoperasian SPKLU di lokasi tersebut yang terintegrasi dengan sebuah kedai kopi bernama Ruang Teduh yang bekerja sama dengan Cora Cafe. Sebuah area lounge yang menyediakan suasana nyaman bagi pelanggan sambil menunggu proses pengisian kendaraan listriknya.

Konsep ini menarik. SPKLU tidak lagi dipandang sebagai mesin kaku yang berdiri sendiri di pojok parkiran, melainkan menjadi bagian dari gaya hidup. Sembari menunggu mobil terisi daya, pengemudi bisa beristirahat sambil menikmati minuman

Ramli Usman, pengelola Cora Cafe, menjelaskan bahwa tempat ini adalah hasil kolaborasi lintas sektor. Kopi yang disajikan berasal dari petani binaan di kawasan Madaya, Sinjai, dan diseduh oleh barista lokal yang telah dilatih khusus.

"Hadirnya Cora Cafe ini diharapkan dapat menyerap kopi-kopi lokal. Ini kerja sama hulu ke hilir; petaninya kami bina, pengolahannya kami lakukan, dan penyajiannya pun di sini," ujar Ramli. Baginya, transisi energi juga membawa dampak ikutan bagi ekonomi kerakyatan.

Edyansyah, usai prosesi pengguntingan pita, menegaskan bahwa pola kemitraan seperti ini adalah strategi PLN untuk mendekatkan infrastruktur EV kepada masyarakat. Tujuannya agar sambil mengisi daya, masyarakat bisa menikmati fasilitas yang nyaman.

"Ini inisiasi PLN bersama UMKM. Model seperti ini sudah kami terapkan di Parepare dan Watampone," kata Edyansyah.

Di lokasi ini, tersedia mesin pengisian berkapasitas daya 22 kW (medium charging). Untuk mobil listrik dengan kapasitas baterai standar sekitar 38 kWh, pengisian penuh membutuhkan waktu kurang dari dua jam, durasi yang pas untuk makan siang atau sekadar mengobrol santai.

3. Infrastruktur tumbuh sejalan dengan pemanfaatan kendaraan listrik

General Manager PLN UID Sulselrabar, Edyansyah saat meresmikan SPKLU PLN Jeneponto, Kamis (11/12/2025). (IDN Times/Aan Pranata)General Manager PLN UID Sulselrabar, Edyansyah saat meresmikan SPKLU PLN Jeneponto, Kamis (11/12/2025). (IDN Times/Aan Pranata)
General Manager PLN UID Sulselrabar, Edyansyah saat meresmikan SPKLU PLN Jeneponto, Kamis (11/12/2025). (IDN Times/Aan Pranata)

Dari Jeneponto, perjalanan berlanjut ke arah Timur, melaju melintasi kawasan pesisir Selatan Sulawesi. Kekhawatiran utama pengguna mobil listrik biasanya adalah range anxiety atau kecemasan akan kehabisan daya di tengah jalan. Namun untuk perjalanan dari Makassar menuju Tanjung Bira, itu bukan masalah.

PLN telah menyediakan SPKLU di sepanjang perjalanan. Masing-masing di Kantor PLN ULP Takalar, PLN ULP Jeneponto, PLN ULP Bantaeng, PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bulukumba, serta Paduppa Resort di Tanjung Bira. "Bagi pengguna kendaraan listrik tidak perlu khawatir jika ingin bepergian ke Bira," kata Edyansyah.

Edyansyah menambahkan saat ini, PLN UID Sulselrabar resmi mengoperasikan 65 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang tersebar di 51 lokasi di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Ditargetkan di akhir tahun 2025 akan ada tambahan 14 unit SPKLU yang beroperasi.

"PLN juga akan menambah jumlah titik SPKLU di wilayah ini, termasuk di kawasan kampus dan area perkantoran, sebagai bagian dari strategi jangka panjang mendukung transisi energi bersih serta memperluas akses fasilitas kendaraan listrik yang ramah lingkungan," ucapnya.

Berdasarkan data PLN UID Sulselrabar, saat ini terdapat 1.019 unit kendaraan listrik yang beredar di wilayah ini, dengan rasio 1:11 dengan mesin pengecasan SPKLU. Angka ini lebih ideal dibandingkan rasio nasional yang berada di angka 1:25.

Asisten Manajer Niaga dan Pemasaran UP3 Bulukumba, Mallombassi, yang memberikan penjelasan di sela perjalanan, memaparkan bahwa pertumbuhan infrastruktur memang dikebut untuk mengimbangi tren penjualan mobil listrik nasional yang melonjak drastis. Menurut data, jumlahnya naik dari 28.190 unit pada 2023 menjadi 117.694 unit hingga September 2025.

"Sebaran SPKLU kini sudah menjangkau jalur-jalur utama Trans Sulawesi," jelas Mallombassi. "Kehadiran SPKLU di jalur wisata menjadi bagian upaya mendukung mobilitas kendaraan listrik, khususnya bagi wisatawan."

Lebih jauh, PLN memiliki peta jalan yang agresif. Tahun 2025 ini, jumlah SPKLU eksisting yang sebanyak 56 unit sedang ditambah lagi dengan 14 unit yang dalam proses pengerjaan. Target jangka panjangnya pun sudah dipatok. Pada tahun 2030, ditargetkan akan ada 685 unit SPKLU yang terpasang di seluruh wilayah kerja UID Sulselrabar.

Peningkatan infrastruktur ini berbanding lurus dengan pemanfaatannya. Data transaksi menunjukkan lonjakan signifikan. Jika pada tahun 2021 hanya tercatat 54 transaksi di SPKLU, angka tersebut meroket menjadi 9.459 transaksi hingga Agustus 2025. Nilai rupiah dari transaksi listrik ini pun telah menembus angka Rp1 miliar secara kumulatif.

4. Nyaman berwisata dengan mobil listrik

Wisatawan mengabadikan momen liburan di Paduppa Resort, di Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, yang tersedia Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). (IDN Times/Aan Pranata)
Wisatawan mengabadikan momen liburan di Paduppa Resort, di Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, yang tersedia Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). (IDN Times/Aan Pranata)

Setelah menempuh total jarak 190 kilometer, kami akhirnya tiba di kawasan wisata Tanjung Bira, Bulukumba pada petang hari. Tujuan akhir kami adalah Paduppa Resort. Di pelataran parkir resort yang menghadap laut ini, satu unit SPKLU berkapasitas 22 kW berdiri siap melayani.

Keberadaan SPKLU di dalam area penginapan adalah kunci kenyamanan berwisata dengan mobil listrik. Pengunjung bisa tidur nyenyak di malam hari, sementara mobil mereka mengisi daya hingga penuh, siap digunakan kembali esok pagi.

Andi Faiz Fadillah, pemilik Paduppa Resort, menyambut kami. Sebagai pelaku bisnis pariwisata, ia melihat kehadiran infrastruktur ini sebagai solusi atas keluhan tamu-tamunya.

"Bira ini posisinya di ujung kaki Sulawesi. Sebelumnya, banyak tamu yang khawatir membawa mobil listrik ke sini karena takut tidak bisa balik ke Makassar. Dengan adanya SPKLU ini, kami menjawab kekhawatiran itu," ungkap Andi Faiz.

Ia mengakui, kerja sama dengan PLN ini saling menguntungkan. Pihak resort menyediakan lahan, sementara PLN menyediakan mesin dan sistem kelistrikan.

"Biaya perjalanan tamu jadi jauh lebih murah. Cukup Rp50 ribu sampai Rp60 ribu sudah bisa sampai ke sini. Ini peluang besar untuk green tourism," tambahnya. Andi bahkan berencana menambah satu unit lagi jika antusiasme komunitas EV terus meningkat, serta menyiapkan promo khusus seperti voucher kopi atau diskon menginap bagi pengguna mobil listrik.

Perjalanan satu hari ini jadi gambaran bahwa infrastruktur kendaraan listrik di jalur selatan Sulawesi Selatan bukan lagi sekadar proyek percontohan. Ia telah menjadi ekosistem yang hidup. Stasiun pengisian yang terintegrasi di sepanjang rute membentuk jejaring yang solid. Perjalanan lintas kota dengan kendaraan listrik kini bukan lagi perjudian nasib, melainkan sebuah pilihan logis yang hemat dan nyaman.

Share
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us

Latest News Sulawesi Selatan

See More

Bea Cukai Sulbagsel Musnahkan 13,8 Juta Rokok Ilegal di Makassar

15 Des 2025, 14:22 WIBNews