Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Anak 9 Tahun Jadi Korban Pelecehan Seksual Pengajar TPA di Makassar

Ilustrasi pelecehan pada anak (IDN Times/Sukma Shakti)
Intinya sih...
  • Anak 9 tahun di Makassar menjadi korban pelecehan seksual dan kekerasan oleh pengajar TPA.
  • TPA di masjid tempat kejadian diduga minim pengawasan, memudahkan pelaku melakukan aksinya.
  • Keluarga korban menyatakan anak mengalami trauma psikologis serius pasca kejadian pelecehan seksual.

Makassar, IDN Times - Seorang anak berinisial A (9) menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual yang diduga dilakukan oleh pengajar Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) di salah satu masjid di Kecamatan Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan.

Pelaku diduga berinisial IH (15) telah dilaporkan ke pihak berwajib oleh keluarga korban dengan laporan polisi dengan nomor LP/270/II/2025/Polda Sulsel/Restabes Mks telah diterima pada tanggal 17 Februari 2025.

1. Lingkungan yang seharusnya aman, justru menjadi ancaman

Ilustrasi kekerasan (Ilustrasi/IDN Times)

S (45), ayah korban, mengungkapkan TPA yang menjadi lokasi pelecehan merupakan tempat belajar mengaji bagi sekitar 150 siswa. Namun, lingkungan yang seharusnya menjadi tempat aman untuk anak-anak belajar agama justru menjadi lokasi kejadian pelecehan seksual.

"Anak saya tidak berani bercerita karena dia takut diancam oleh pelaku. Pelaku mengancam akan memukulnya jika dia melapor," ungkap S kepada awak media, Kamis (27/2/2025).

Kejadian pelecehan seksual ini diduga terjadi di lantai dua masjid dan di area tangga. Meskipun terdapat CCTV di masjid, kamera pengawas tersebut tidak menjangkau lokasi kejadian.

Minimnya pengawasan di area tersebut diduga menjadi faktor yang memudahkan pelaku melakukan aksinya. "Lokasinya di lantai dua dan di tangga masjid. Ada CCTV, tapi tidak terjangkau," jelas S.

2. Orangtua korban ungkap kronologi kejadian

ilustrasi pelecehan (IDN Times/Aditya Pratama)

Adapun kronologi kejadian yang menimpa korban berawal pada Minggu (16/2/2025), ketika korban meminta izin kepada neneknya untuk mengikuti kegiatan futsal yang diklaim sebagai bagian dari kegiatan TPA.

Namun, ternyata kegiatan tersebut bukanlah agenda resmi TPA, melainkan inisiatif pribadi anak-anak yang diduga dipengaruhi oleh pelaku, IH.

"Anak saya keluar rumah pukul 7 pagi dan belum kembali hingga pukul setengah 10. Saya meminta istri saya untuk mencarinya," ujarnya.

Setelah bertanya kepada anaknya dan istri, nama IH muncul sebagai sosok yang sering dekat dengan korban. S sempat berkomunikasi dengan IH melalui telepon, namun IH memberikan informasi yang tidak akurat tentang keberadaan korban.

3. Pelaku diduga memanipulasi situasi

Ilustrasi pelecehan seksual. (IDN Times/Arief Rahmat)

Istri S akhirnya menemukan korban di lapangan futsal bersama IH. Saat itu, istri seorang polisi yang menjaga lapangan futsal menegur IH karena membawa pulang lima orang anak, termasuk korban.

"Istri polisi itu marah dan mengatakan, 'Bodohlah kamu sebagai orangtua kalau mau kasih bergaul sama Ustaz (IH) tersebut'," ungkapnya

Setelah kejadian tersebut, keluarga korban melakukan interogasi terhadap anaknya. Korban mengaku telah menjadi korban sodomi oleh IH sejak kelas 1 SD.

"Anak saya mengaku sudah sering disodomi oleh pelaku. Bahkan, penjelasan anak saya ini sudah dilakukan berkali-kali semenjak tahun 2024 sampai terakhir 11 Februari 2025 kemarin," kata S sambil menangis.

Selain dampak fisik, S mengungkapkan perilaku anaknya mengalami trauma psikologis yang serius pasca menjadi korban pelecehan.

"Anak kami cenderung menjadi pemalu dan lebih sering menyendiri. Ketika kami bertemu dengan keluarga, dia memilih untuk tetap di dalam kamar," tuturnya.

4. Dampak psikologis yang mengkhawatirkan

Foto hanya ilustrasi (IDN Times/Sukma Shakti)

S menyatakan bahwa kekhawatiran terbesarnya adalah anaknya menjadi korban perundungan di sekolah. "Dia diejek oleh teman-temannya, dan itu sangat memengaruhi mentalnya. Bukan hanya mental anak kami yang drop, tapi kami sebagai orangtua dan keluarga juga merasa sangat terpukul," ujarnya dengan nada prihatin.

Dia juga menyatakan kekecewaan dan penyesalan mendalam atas kejadian yang menimpa putranya. "Yang saya sesalkan, seharusnya anak saya berada di tempat yang aman, yaitu TPA, malah menjadi korban kekerasan seksual," tandasnya.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Devi Sujana, mengaku baru akan mengecek laporan dugaan pelecehan seksual tersebut. "Saya cek dulu (laporannya)," ujar AKBP Devi Sujana saat dikonfirmasi oleh media.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us