Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Broken Heart Syndrome, Patah Hati yang Dapat Memengaruhi Kesehatan

seorang pria meringis kesakitan sambil memegang dada (Pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Ketika mendengar istilah "broken heart", banyak orang akan membayangkannya sebagai ungkapan emosional untuk rasa sedih yang mendalam akibat kehilangan seseorang yang dicintai. Namun, dalam dunia medis, Broken Heart Syndrome (sindrom patah hati) adalah kondisi nyata yang memengaruhi kesehatan fisik seseorang, khususnya pada jantung, dan perlu mendapatkan perhatian serius.

Dalam artikel ini, kita akan menyelami lebih dalam tentang apa itu broken heart syndrome, bagaimana kondisi ini terjadi, dan mengapa hal ini lebih dari sekadar patah hati biasa. Yuk, simak!

1. Apa itu broken heart syndrome?

seorang pria memegang dadanya (ayosehat.kemkes.go.id)

Broken heart syndrome, atau yang dikenal sebagai Kardiomiopati Takotsubo, adalah kondisi medis di mana otot-otot jantung melemah secara tiba-tiba setelah mengalami stres fisik atau emosional yang berat, seperti kehilangan orang terkasih, perceraian, atau bahkan kabar baik yang mengejutkan. Kondisi ini sering kali menyerupai serangan jantung karena memiliki gejala yang sama.

Dalam keadaan ini, sebagian dari jantung mengalami pembesaran dan tidak dapat memompa darah dengan efektif, sementara bagian lainnya berfungsi secara normal atau bahkan bekerja lebih keras. Meskipun tampak serupa dengan serangan jantung, sindrom ini berbeda karena tidak melibatkan penyumbatan pada arteri koroner. 

2. Perbedaan serangan jantung dengan broken heart syndrome

seorang pria mengalami serangan jantung (Pixabay.com/Tumisu)

Beberapa tanda dan gejala broken heart syndrome berbeda dengan serangan jantung. Pada broken heart syndrome, gejala muncul secara tiba-tiba setelah mengalami stres emosional atau fisik yang ekstrem. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara keduanya: 

  • Tes darah tidak menunjukkan tanda-tanda kerusahan jantung.
  • Angiogram tidak menunjukkan adanya penyumbatan pada arteri koroner. 
  • Adanya pembengkakan dan gerakan yang tidak biasa pada ruang jantung kiri bawah (ventrikel kiri). 
  • Waktu pemulihan biasanya berlangsung dalam beberapa hari atau minggu, dibandingkan dengan waktu pemulihan lebih dari satu bulan pada serangan jantung. 

3. Penyebab broken heart syndrome

ilustrasi memegang kepala (pexels.com/David Garrison)

Dilansir Cleveland Clinic, ketika tubuh merespons stres fisik atau emosional, ia akan melepaskan hormon stres ke dalam aliran darah yang dapat menganggu fungsi jantung. Berbagai peristiwa yang menyebabkan stres emosional atau fisik seperti kesedihan akibat kematian orang yang dicintai, kabar buruk, peristiwa traumatis, ketakutan yang intens, kemarahan yang ekstrem, atau bahkan kabar yang mengejutkan dapat memicu sindrom ini.

Pada beberapa individu, terutama wanita yang berusia di atas 50 tahun, kondisi ini dapat menyebabkan stunning miokardium atau otot jantung yang tertegun, sehingga sebagian dari jantung melemah sementara dan menyebabkan gejala yang mirip dengan serangan jantung. 

4. Tanda dan gejala

seorang pria merasakan nyeri dada (Pexels.com/freestock.org)

Gejala broken heart syndrome dapat muncul dalam waktu yang singkat setelah peristiwa stres. Beberapa gejala yang mungkin dialami meliputi:

  • Nyeri dada mendadak (angina)
  • Sesak napas
  • Detak jantung tidak teratur (aritmia)
  • Melemahnya ventrikel kiri jantung
  • Tekanan darah rendah (hipotensi)
  • Pingsan (sinkop)

Meskipun gejala ini mirip dengan serangan jantung, penting untuk diingat bahwa tidak semua kasus broken heart syndrome mengakibatkan kerusakan jantung permanen. Sebagian besar pasien dapat pulih dengan cepat melalui pengobatan yang tepat. 

5. Komplikasi

seorang tenaga medis sedang melihat monitor pasien (Pexels.com/ RDNE Stock project)

Komplikasi broken heart syndrome jarang terjadi, tetapi bukan berarti kondisi ini bebas risiko. Beberapa komplikasi yang mungkin timbul meliputi:

  • Edema paru
  • Robekan ventrikel kiri jantung
  • Gagal jantung
  • Gumpalan darah di dinding ventrikel kiri
  • Hipotensi (tekanan darah rendah)
  • Gangguan irama jantung (aritmia)
  • Syok kardiogenik
  • Kematian 

6. Diagnosis dan penanganan

seorang pria sedang melakukan pemeriksaan EKG (Pexels.com/ Los Muertos Crew)

Diagnosis broken heart syndrome memerlukan serangkaian tes untuk menilai fungsi jantung, diantaranya:

  • EKG
  • Tes darah
  • Echocardiography
  • Angiografi koroner
  • Rontgen dada
  • MRI jantung

Meskipun sindrom ini tidak memiliki pengobatan khusus, sebagian besar pasien dapat pulih sepenuhnya dalam waktu singkat dengan pengobatan yang tepat dan pemantauan dari dokter.  

7. Pencegahan

Manajemen stres (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Saat ini, tidak ada cara yang diketahui untuk mencegah broken heart syndrome. Namun, mempelajari teknik manajemen stres dan pemecahan masalah dapat membantu Anda mengatasi stres fisik dan emosional. Selain itu, teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, menulis jurnal, mindfulness, mandi air hangat, dan menyalakan lilin aromaterapi juga dapat berkontribusi dalam mencegah terjadinya sindrom ini.

Menerapkan kebiasaan sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, tidur 7-9 jam setiap malam, serta menghindari produk tembakau dan alkohol, juga dapat membantu mengelola stres fisik dan emosional dengan lebih baik. 

Broken Heart Syndrome bukan hanya sekadar ungkapan perasaan, tetapi contoh nyata dari kondisi medis yang menunjukkan bagaimana emosi dapat memengaruhi kesehatan fisik. Mengelola stres dengan baik dan menjaga keseimbangan emosional adalah kunci utama dalam mencegah sindrom ini. Dengan memahami dan merespon secara adekuat terhadap kondisi ini, kita dapat menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kualitas hidup banyak orang.

Sumber Rujukan:

  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17857-broken-heart-syndrome
  • https://www.heart.org/en/health-topics/cardiomyopathy/what-is-cardiomyopathy-in-adults/is-broken-heart-syndrome-real
  • https://ayosehat.kemkes.go.id/misteri-medis-patah-hati-inilah-fakta-di-balik-sindrom-broken-heart
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Yuni Lestari
EditorDwi Yuni Lestari
Follow Us