Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Cara Dampingi Anak Speech Delay dengan Tenang dan Supportif

Ilustrasi seseorang anak dan ibu (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Setiap anak punya waktu tumbuh yang berbeda, fokus pada kemajuan kecil dan rayakan setiap progresnya.
  • Komunikasi rutin bisa merangsang kemampuan bahasa anak dengan speech delay, seperti menyebutkan nama benda saat bermain.
  • Jangan takut untuk konsultasi ke dokter tumbuh kembang atau terapis wicara, karena deteksi dini akan membuat terapi lebih efektif.

Punya anak atau keponakan yang mengalami speech delay kadang bikin cemas. Gak jarang juga muncul rasa bersalah, takut dibanding-bandingkan, atau khawatir dikomentari orang sekitar. Tapi satu hal yang perlu diingat: speech delay bukan aib, dan anakmu tetap berharga seperti anak-anak lainnya.

Dengan pendampingan yang sabar dan penuh dukungan, anak bisa tumbuh optimal sesuai versinya sendiri. Berikut lima cara sederhana tapi bermakna yang bisa kamu lakukan untuk mendampingi anak dengan speech delay.

1. Fokus ke perjalanan anak, bukan perbandingan

Ilustrasi seseorang anak mengalami speech delay (freepik.com/user18526052)

Salah satu hal yang paling melelahkan adalah saat mulai membandingkan anak sendiri dengan anak lain. Padahal, setiap anak punya waktu tumbuh yang berbeda.

Alih-alih sibuk mengejar standar, fokuslah ke proses dan kemajuan kecil yang anak capai. Sekecil apa pun progresnya, itu layak dirayakan.

Pendekatan ini bukan berarti menyepelekan, tapi memberi ruang agar anak tumbuh tanpa tekanan yang gak perlu.

2. Bangun komunikasi rutin, meski anak belum balas bicara

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Mikhail Nilov)

Anak yang speech delay tetap butuh diajak ngobrol. Justru komunikasi rutin bisa merangsang kemampuan bahasanya perlahan.

Kamu bisa mulai dari hal simpel: sebutkan nama benda saat bermain, jelaskan aktivitas harian, atau ajak anak ‘ngobrol’ sambil mandi.

Mungkin anak belum menjawab, tapi dia sedang menyerap banyak. Suara, intonasi, ekspresi semuanya jadi bekal penting untuk perkembangan bahasanya.

3. Jauhi label, dekati dukungan

ilustrasi ibu dan anak bernyanyi pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Kalimat seperti “anaknya lambat ya?” atau “kok belum bisa ngomong sih?” bisa bikin orangtua patah hati. Kadang tanpa sadar, kita sendiri juga memberi label ke anak, misalnya “anak ini memang susah diajak ngomong”.

Yuk, ubah label jadi dukungan. Katakan hal-hal yang positif seperti “anak ini sedang belajar”, atau “dia punya caranya sendiri”. Kata-kata kita punya kekuatan, terutama buat anak yang sedang tumbuh.

4. Libatkan profesional tanpa rasa malu

ilustrasi seseorang berkonsultasi (pexels.com/cottonbro studio)

Kalau kamu mulai merasa khawatir, gak ada salahnya konsultasi ke dokter tumbuh kembang atau terapis wicara. Justru langkah ini menunjukkan kamu peduli dan siap mendampingi anak dengan cara terbaik.

Banyak orangtua menunda karena takut “dicap”. Padahal, deteksi dini bisa bikin terapi berjalan lebih efektif. Ingat, meminta bantuan bukan tanda lemah itu tanda sayang.

5. Rawat diri sendiri agar gak burnout

ilustrasi ibu dan anak (freepik.com/prostooleh)

Dampingi anak dengan speech delay itu perjalanan panjang. Bisa naik-turun, dan gak selalu mudah. Karena itu, kamu juga perlu jaga energi, emosi, dan kesehatan mentalmu sendiri.

Luangkan waktu buat istirahat, ngobrol dengan support system, atau sekadar menikmati hal-hal kecil yang kamu suka. Karena orangtua atau pengasuh yang bahagia akan lebih siap mendampingi anak dengan penuh kasih.

Speech delay bukan akhir dari segalanya. Dengan dukungan yang hangat dan tanpa tekanan, anak bisa berkembang dengan versi terbaiknya sendiri.

Jadi jangan biarkan komentar orang lain atau standar sosial mengaburkan cara kamu mencintai dan mendampingi anakmu.

Pelan-pelan saja. Satu langkah kecil, satu kata, satu senyuman semuanya berarti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us