Bincang Circular Economy di Makassar Soroti Pengolahan Sampah Plastik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Ancora Foundation menggelar Bincang Circular Economy dan permasalahan kemasan plastik bekas pakai di kehidupan sehari-hari. Diskusi ini mengusung gerakan Berani Mengubah yang digelar di Bikin-bikin Creative Hub, Nipah Park Makassar, Kamis (09/11/2023).
Kegiatan ini menghadirkan narasumber Executive Director of Ancora Foundation, Ahmad Zakky Habibie, Kepala Pusat Studi Perubahan Iklim LPPM Universitas Hasanuddin Rijal M Idrus, dan Dosen Teknik Lingkungan Unhas, Nurul Masyiah Rani Harusi.
“Edukasi menjadi kunci dalam pelaksanaan inisiasi penanaman pengetahuan circular economy terkait pengelolaan kemasan plastik bekas pakai dan dampaknya yang berkelanjutan," kata Ahmad Zakky Habibie.
1. Dampak circular economy
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2022 menyebut, sampah di Indonesia yang tidak terkelola sebanyak 37 persen atau 13,45 juta ton.
Dari data tersebut, kata Zakky, jika sampah dikelola dengan baik akan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2023 sebesar Rp593 triliun sampai Rp638 triliun.
“Ini jika dikelola dengan penerapan circular economy, ada dampak ekonomi yang luar biasa,” katanya.
2. Mendorong implementasi circular economy di tengah masyarakat
Sementara data pada tahun 2021 menunjukkan bahwa Kota Makassar menghasilkan timbulan sampah sebesar 1.023,71 ton per harinya yang mana 21,51% dari sampah tersebut merupakan kemasan plastik bekas pakai
Dosen Teknik Lingkungan Unhas, Nurul Masyiah Rani Harusi, pun mendorong lahirnya perubahan perilaku masyarakat dalam pengumpulan dan daur ulang botol plastik bekas pakai yang merupakan hal penting dilakukan dalam upaya penanganan sampah, khususnya kemasan bekas pakai, agar bisa kembali mendapatkan kehidupan kedua.
"Penerapan prinsip circular economy akan bermanfaat bukan hanya terhadap sektor ekonomi, melainkan juga dapat memberikan dampak ke sosial serta lingkungan,” katanya.
3. Minimnya ketersediaan sarana dan prasarana persampahan
Kepala Pusat Studi Perubahan Iklim LPPM Universitas Hasanuddin, Rijal M Idrus menyebut, di Sulsel secara umum, pengelolaan sampah masih kurang dilakukan karena minimnya ketersediaan sarana dan prasarana persampahan.
Dari penelitian, katanya, sebagian besar desa di Sulsel memiliki penduduk yang dominan masih membuang sampah bukan di tempatnya. Kebiasaan masyarakat diduga menjadi penyebab masih buruknya kualitas tempat pembuangan sampah.
“Hanya di wilayah perkotaan yang menunjukkan potret tempat pembuangan sampah yang lebih baik,” Kata Rijal M Idrus.
Baca Juga: Startup MallSampah, Mendaur Ulang Sampah Plastik Agar Tidak Menggunung
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.