Universitas Bosowa dan UMI Latih Warga Olah Sampah Rumahan di Maros

- Warga Kompleks PPR Moncongloe belajar cara mencegah dan meminimalisir sampah dari sumbernya. Mereka juga diajarkan teknologi sederhana mengolah sampah sisa makanan.
- Inisiatif ini lahir dari fakta bahwa warga masih mengandalkan cara pemindahan sampah ke TPA.
- Rencananya, biopori akan dipasang di beberapa titik kompleks serta setiap rumah mendapat gentong komposter.
Makassar, IDN Times - Universitas Bosowa (Unibos) berkolaborasi dengan Universitas Muslim Indonesia (UMI) untuk pelatihan pengolahan sampah pada hari Minggu lalu (3/8/2025). Kegiatan yang menyasar warga Kompleks Pesona Pelangi Regency (PPR) Moncongloe, Kabupaten Maros ini bertujuan mengatasi masalah sampah yang masih konvensional di wilayah tersebut.
Pelatihan ini melibatkan Kelompok Ibu-Ibu dan perangkat organisasi Rukun Tetangga (RT). Selama ini, banyak area pembuangan sampah ilegal muncul karena fasilitas pembuangan dan layanan pengangkutan sampah belum memadai. Warga juga belum memiliki pengetahuan mengolah sampah rumahan.
1. Warga Kompleks PPR Moncongloe belajar cara mencegah dan meminimalisir sampah dari sumbernya

Para peserta pelatihan dikenalkan dengan model hirarki piramida terbalik pengolahan sampah. Melalui model ini, fokus utama ditaruh pada cara mencegah dan meminimalisir sampah dari sumbernya. Dengan begitu, tidak semua sampah harus berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Selain teori, warga juga diajarkan teknologi sederhana mengolah sampah sisa makanan. Mereka dilatih menggunakan biopori dan gentong komposter. Teknologi ini diharapkan bisa dipakai setiap rumah tangga untuk mengolah sampahnya sendiri.
2. Inisiatif ini lahir dari fakta bahwa warga masih mengandalkan cara pemindahan sampah ke TPA

Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), Zulkhair Burhan, menjelaskan inisiatif ini lahir dari fakta bahwa pengolahan sampah warga kompleks masih menggunakan pendekatan konvensional yang bertumpu pada pemindahan sampah ke TPA. Padahal, sampah sisa makanan diproduksi setiap hari dan bisa menimbulkan bau busuk jika menunggu truk sampah.
"Warga PPR memiliki potensi untuk mengembangkan model pengolahan sampah rumah tangga berbasis partisipasi warga. Mereka telah terbiasa menjalankan program secara kolektif," jelasnya. Zulkhair menambahkan bahwa yang dibutuhkan hanyalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
3. Rencananya, biopori akan dipasang di beberapa titik kompleks serta setiap rumah mendapat gentong komposter

Setelah pelatihan, tim akan mendampingi warga dalam pemanfaatan biopori dan gentong komposter. Rencananya, biopori akan dipasang di beberapa titik fasilitas umum kompleks. Sementara setiap rumah tangga akan mendapat gentong komposter beserta pendampingan dalam penggunaannya.
Mursalim Kasim, Ketua RT setempat, menyambut baik program ini. Ia berharap kolaborasi dengan perguruan tinggi bisa terus dikembangkan untuk mengatasi persoalan warga, salah satunya pengelolaan sampah. Mursalim juga menyebut program ini jadi bagian dari rangkaian perayaan HUT RI ke-80 di lingkup Kompleks PPR Moncongloe.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini didukung penuh oleh Direktorat Riset dan Pengembangan melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Republik Indonesia.