Sulsel Andalkan Hilirisasi dan Ketahanan Pangan Hadapi Perang Dagang

- Sektor pertanian, terutama produksi padi, menjadi penopang utama ekonomi Sulsel dengan peningkatan hasil panen mencapai 139 persen.
- Inflasi tetap menjadi isu penting di tengah upaya pemulihan ekonomi, terutama akibat kenaikan harga energi dan bahan makanan seperti cabai rawit dan beras.
- Hilirisasi sektor industri seperti kakao, rumput laut, dan perikanan menjadi strategi jangka panjang yang membutuhkan kehadiran investor, perbaikan infrastruktur, dan pemberian insentif fiskal.
Makassar, IDN Times - Menghadapi tantangan perang dagang global 2.0 dan ketidakpastian ekonomi, Sulawesi Selatan (Sulsel) semakin mengandalkan hilirisasi industri. Ketahanan pangan juga menjadi pilar utama yang diprioritaskan untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah.
Hal ini menjadi pembahasan dalam acara Sulsel Talk Triwulan II 2025 yang diselenggarakan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Rabu (14/5/2025).
Kepala Divisi Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah Bank Indonesia Sulsel, Sakti Arif Wicaksono, mengungkapkan sektor pertanian, terutama produksi padi, tetap menjadi penopang utama ekonomi Sulsel di awal 2025. Hal ini didorong oleh peningkatan hasil panen yang tercatat mencapai 139 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Saya kira ditopang oleh sisi produksi padi kita karena kita kan lumbung beras nasional yang menyuplai beras di luar Sulsel," kata Sakti.
1. Tidak terlepas dari inflasi

Namun, di tengah upaya pemulihan ekonomi, inflasi tetap menjadi isu penting yang perlu segera diatasi. Kenaikan harga energi, terutama setelah pencabutan diskon tarif listrik oleh PLN pada awal tahun, turut memperburuk angka inflasi.
"Untuk diskon tarif listrik PLN ini kan dua bulan, Januari dan Februari. Ketika Maret ada prabayar dan April ada pascabayar. Jadi memang ketika ini dilepas, tentunya tarif listrik ini meningkat dari bulan sebelumnya," kata Sakti.
Selain itu, harga bahan makanan seperti cabai rawit dan beras juga terus mengalami tekanan. Cabai rawit kerap menjadi salah satu komoditas yang paling berpengaruh terhadap inflasi di Sulsel.
BI pun mendorong gerakan pangan murah (GPM)dan pengembangan mini distribution center (MDC) untuk mengurangi lonjakan harga. Selain itu, BI mendorong kerja sama antar daerah pemasok seperti Enrekang dan Bone untuk memastikan pasokan tetap stabil.
"Kita coba apakah mereka bisa kerja sama antar daerah untuk pasokan ini supaya misalnya ada daerah yang kekurangan cabai rawit, bisa disuplai dari sumber-sumber produksi utama di Sulsel," kata Sakti.
2. Hilirisasi sektor industri perlu jadi strategi jangka panjang

Selain ketahanan pangan, hilirisasi sektor industri juga menjadi strategi jangka panjang yang dicanangkan untuk menghadapi tantangan ekonomi global. Sektor-sektor seperti kakao, rumput laut, dan perikanan diyakini memiliki potensi besar untuk dikembangkan melalui pengolahan produk lokal.
"Kita mendorong rumput laut misal kita datangkan investor dari luar negeri, potensi mendirikan pabrik pengolahan rumput laut sehingga kita tidak hanya mengekspor barang mentah tapi juga mulai pada next step level 1 untuk produksi pengolahan rumput laut," kata Sakti.
Namun, menurutnya, upaya tersebut membutuhkan kehadiran investor dan perbaikan infrastruktur. Selain itu, diperlukan pula pemberian insentif fiskal guna menarik minat investasi.
"Karena saat ini memang namanya investor mencari untung. Apa yang bisa diberikan dari Sulsel untuk mendorong investasi. Ke depan mungkin perlu dicari insentif yang berupa fiskal daerah yang bisa diberikan ke investor," katanya.
3. Urgensi perbaikan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan industri

Sakti juga menyoroti urgensi perbaikan infrastruktur dan konektivitas untuk mendukung pertumbuhan industri pengolahan. Pasalnya, ini menjadi kendala dalam menjalankan hilirisasi dan industri pengolahan.
Di sisi lain, Sulsel menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen pada 2029. Untuk itu, kondisi jalan dan fasilitas pendukung lainnya perlu diperbaiki.
"Beberapa infrastruktur di Sulsel masih belum mendukung seperti Pulau Jawa, interkonektivitasnya juga masih kendala seperti jalan-jalan yang masih belum baik. Tapi Pak Gubernur sudah mendorong perbaikan infrastruktur," kata Sakti.