Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Makassar Tata Kota Lewat Proyek Ducting SJUT, Investasi Awal Rp33,4 M

IMG-20250925-WA0185.jpg
Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin memimpin rapat koordinasi perencanaan ducting Sarana Jaringan Utilitas Terpadu (SJUT) di Balai Kota Makassar, Kamis (25/9/2025). (Dok. Pemkot Makassar)

Makassar, IDN Times - Pemerintah Kota Makassar mulai menyiapkan rencana pembangunan Sarana Jaringan Utilitas Terpadu (SJUT) dengan sistem ducting sharing. Proyek ini bertujuan merapikan kabel udara yang selama ini semrawut sekaligus mendukung langkah menuju smart city.

Konsep ducting sharing adalah sistem penataan jaringan utilitas (seperti kabel listrik, telekomunikasi, internet, dan lain-lain) dengan cara menempatkan kabel-kabel tersebut ke dalam satu jalur pipa atau saluran bawah tanah yang bisa dipakai bersama oleh banyak operator/provider. Pemerintah kota atau pengelola menyediakan jalurnya, lalu para provider tinggal menyewa atau memanfaatkan jalur itu.

Hal ini kembali dibahas dalam rapat koordinasi di Balai Kota Makassar, Kamis (25/9/2025). Rapat tersebut dipimipin langsung Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin bersama Sekretaris Daerah Andi Zulkifly Nanda, Komisaris PT Tiga Permata Bersinar Ricky Fandi, serta sejumlah kepala dinas dan camat terkait.

Munafri menekankan perlunya perencanaan yang matang agar proyek bisa berkelanjutan dan tidak menimbulkan monopoli. Dia menyebut keterlibatan banyak pihak penting untuk mempercepat progres sekaligus menjaga estetika kota.

"Kalau menyanggupi, kami akan menggandeng provider dan investor lain untuk membangun di ruas lainnya," kata Munafri.

1. Bertujuan menghadirkan wajah kota yang lebih rapi

Ilustrasi jaringan kabel utilitas. (IDNTimes/Dicky)
Ilustrasi jaringan kabel utilitas. (IDNTimes/Dicky)

Program SJUT menjadi strategi Pemerintah Kota Makassar dalam menata jaringan utilitas, termasuk kabel listrik dan telekomunikasi, agar terintegrasi di bawah tanah. Hal ini ditujukan untuk menghadirkan wajah kota yang lebih rapi, aman, dan modern.

Munafri menilai partisipasi banyak pihak dapat mendorong percepatan progres pembangunan. Kehadiran berbagai unsur juga dianggap mampu menjaga keindahan kota.

"Dengan begitu, proyek ini bisa diselesaikan secara bersamaan. Relawan di lapangan juga harus turun untuk menambah estetika kota dan berkontribusi pada pendapatan asli daerah (PAD)," jelasnya.

Sejak awal menjabat, Munafri menyoroti kabel-kabel utilitas yang selama ini diletakkan di dalam saluran drainase. Kondisi tersebut kerap menjadi penyebab tersumbatnya aliran air.

2. Belajar dari model ducting di Singapura

Ilustrasi kabel semrawut. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)
Ilustrasi kabel semrawut. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Sekda Kota Makassar Andi Zulkifly Nanda mengatakan skema kerja sama investasi harus dirancang sesuai regulasi terbaru. Permendagri Nomor 7 Tahun 2024 menegaskan mekanisme pembiayaan tidak lagi melalui sewa, melainkan retribusi daerah. Pengelolaan pun beralih ke Dinas Pekerjaan Umum sebagai pemilik aset jalan.

Menurut Zulkifly, forum kerja sama dengan investor penting untuk memastikan regulasi pusat terimplementasi. Dia mencontohkan model Singapura, di mana beberapa pipa ditempatkan dalam satu jalur sehingga lebih efisien dan tidak menimbulkan penggalian ulang.

"Nilai investasinya memang lebih besar, tetapi hasilnya rapi dan efisien. Kita harus menyiapkan model serupa agar tidak ada lagi penggalian ulang di masa depan," jelasnya.

3. Investasi awal senilai Rp33,4 miliar

Ilustrasi investasi (Foto: IDN Times)
Ilustrasi investasi (Foto: IDN Times)

PT Tiga Permata Bersinar yang menjadi mitra Pemkot Makassar memaparkan rencana teknis pembangunan SJUT. Tahap pertama akan dikerjakan awal 2026, mencakup enam ruas jalan utama sepanjang 15 kilometer. 

Nilai investasi tahap pertama diperkirakan mencapai Rp33,4 miliar. Angka itu setara dengan Rp2,1 miliar per kilometer atau sekitar Rp2,1 juta untuk setiap meter pembangunan.

Komisaris PT Tiga Permata Bersinar Ricky Fandi menjelaskan, setiap 50 meter akan dipasang handhole dengan pipa HDPE berdiameter enam inci yang berisi tiga jalur mikroduct yakni akses, backbone, dan distribusi. Desain ini diproyeksikan menampung kebutuhan jaringan hingga lima sampai enam tahun mendatang.

"Skema ini kami sebut sebagai jalan tol menuju smart city. Dasar awalnya adalah membangun infrastruktur bawah tanah agar tidak ada lagi kabel udara yang semrawut," kata Ricky.

Share
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us

Latest News Sulawesi Selatan

See More

Kapolda Sulsel Diganti usai Kerusuhan dan Pembakaran Gedung DPRD

26 Sep 2025, 13:26 WIBNews