Annar Sampetoding Belum Disel, Masih Dirawat di RS Bhayangkara
- Annar Salahuddin Sampetoding masih dirawat di RS Bhayangkara karena kondisi kesehatannya memburuk.
- Koordinasi dengan pihak rumah sakit dilakukan untuk memastikan kondisi terkini Annar.
- Annar ditetapkan sebagai tersangka kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar dan dilarikan ke RS Bhayangkara karena riwayat penyakit jantung dan prostat.
Makassar, IDN Times - Tersangka utama kasus pabrik uang palsu di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Annar Salahuddin Sampetoding (ASS), dikabarkan masih berada dalam perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara.
Hal ini disampaikan oleh Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, yang membantah rumor bahwa tersangka telah keluar dari rumah sakit.
"Masih di rumah sakit. Kita lagi koordinasi dengan pihak kedokteran, apakah sudah bisa dihentikan bantarannya (rawat inapnya), dan apakah kami bisa menjemputnya," ujar AKBP Reonald saat dikonfirmasi, Senin (6/1/2025).
1. Polisi terus koordinasi dengan rumah sakit
Kapolres Gowa menambahkan bahwa koordinasi dengan pihak RS Bhayangkara akan dilakukan pada sore hari untuk memastikan kondisi terkini ASS.
"Rencana sore ini koordinasi ke pihak rumah sakit (Bhayangkara)," tandas Reonald.
Kasus ini menjadi perhatian publik setelah terbongkarnya pabrik uang palsu yang beroperasi di dalam lingkungan kampus UIN Alauddin Makassar.
2. Penyakit jantung Annar kambuh saat akan ditahan
Sebelumnya diberitakan, pengusaha sekaligus politikus Annar Salahuddin Sampetoding (ASS), yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar, dilarikan ke RS Bhayangkara Makassar, Sabtu (29/12/2024) malam.
Annar mengalami penurunan kondisi kesehatan akibat riwayat penyakit jantung dan prostat yang dideritanya. Dia dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Bhayangkara pada pukul 23.00 Wita.
3. Hak perawatan medis tersangka
Kapolres Gowa, AKBP Rheonald Simanjuntak, menjelaskan bahwa langkah ini dilakukan untuk memastikan tersangka mendapatkan hak perawatan medis yang layak sesuai hukum.
"Tersangka memiliki hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk membantarkan (mengantar) tersangka ke rumah sakit. Ini tidak mengganggu proses penyelidikan sama sekali,” ujar AKBP Rheonald.
