15 Ekor Burung Endemik Sulawesi Dilepasliarkan di TWA Batuputih

Satwa liar dianggap penting menjaga ekosistem hutan

Manado, IDN Times – Jumat (1/7/2022), sebanyak 15 ekor burung endemik Indonesia dilepasliarkan di Taman Wisata Alam (TWA) Batuputih, Bitung, Sulawesi Utara (Sulut). Pelepasliaran tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (Ditjen KSDAE), Unit Pelaksana Teknis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Lingkup Sulut, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut, dan Pemerintah Daerah.

Sekretaris Ditjen KSDAE, Suharyono, menyatakan bahwa pelepasliaran dilakukan dalam rangka road to Hari Konservasi Alam Nasional Tahun 2022. Pelepasliaran juga dilaksanakan di sela-sela kegiatan penanaman pohon dalam rangka Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030.

“Terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pelestarian beberapa satwa ini hingga bisa dikembalikan lagi ke alam,” ujar Suharyono.

1. Jenis-jenis burung yang dilepasliarkan

15 Ekor Burung Endemik Sulawesi Dilepasliarkan di TWA BatuputihKegiatan penanaman pohon dalam rangka Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 oleh KLHK dan BKSDA Sulut, Jumat (1/7/2022). Dok. Humas BKSDA Sulut

Beberapa satwa yang dilepasliarkan terdiri dari 8 ekor perkici dora (Trichoglossus ornatus), 4 ekor serindit Sulawesi (Loriculus stigmatus), dan 3 ekor betet kepala punggung biru (Tanygnathus sumatranus).

“Ketiga jenis satwa yang dilepasliarkan masuk dalam satwa yang dilindungi berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MenLHK/Setjen/Kum.I/12/2018,” terang Suharyono.

Ketiga satwa tersebut diketahui sering diperjualbelikan sebagai binatang peliharaan karena memiliki warna yang indah. Bahkan, ketiga jenis burung ini dijual hingga ke Pulau Jawa.

2. Pemilihan TWA Batuputih mempertimbangkan distribusi alami satwa

15 Ekor Burung Endemik Sulawesi Dilepasliarkan di TWA BatuputihKegiatan penanaman pohon dalam rangka Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 oleh KLHK dan BKSDA Sulut, Jumat (1/7/2022). Dok. Humas BKSDA Sulut

Pemilihan TWA Batuputih sebagai lokasi pelepasliaran berdasarkan pertimbangan distribusi ketiga jenis burung tersebut. “TWA Batuputih sudah sesuai dengan habitat yang dimiliki ketiga jenis burung tersebut. Ketersediaan pakan cukup dan aman dari ancaman serta gangguan,” ujar Suharyono.

Suharyono menjelaskan, satwa liar perlu dilepaskan ke alam lagi untuk menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Selain menjadi upaya pelestarian satwa liar, pelepasliaran juga digunakan sebagai edukasi kepada masyarakat.

“Pelepasliaran juga berperan sebagai edukasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan pemeliharaan, perburuan, dan perdagangan satwa lair ilegal,” tambah Suharyono.

Ketiga burung yang dilepasliarkan di TWA Batuputih merupakan hasil serahan masyarakat dan operasi peredaran satwa tahun 2021. Ketiganya kemudian direhabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki, Minahasa Utara (Minut), Sulut.

Baca Juga: Resep Abon Ikan Cakalang Khas Manado, Pedas dan Kaya Rempah

3. Ketiga burung yang dilepasliarkan adalah hasil serahan masyarakat

15 Ekor Burung Endemik Sulawesi Dilepasliarkan di TWA BatuputihPelepasliaran 15 ekor burung endemik Sulawesi di Taman Wisata Batuputih, Bitung, Sulut, Jumat (1/7/2022). Dok. Humas BKSDA Sulut

Baik perkici dora, serindit sulawesi, maupun betet kepala punggung biru, memang masuk dalam daftar satwa dilindungi KLHK. Namun, dalam dunia internasional, ketiganya masih masuk dalam daftar risiko rendah atau Least Concern (LC) dalam Red List IUCN.

Tetapi, dalam Convention on International Trades on Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES), ketiganya masuk dalam kategori Appendix II yang artinya kepunahan bisa terjadi jika perburuan dan perdagangan terus dilakukan tanpa adanya kontrol.

Untuk itu, Kepala BKSDA Sulut, Askhari Dg. Masikki, menyatakan pihaknya terus berkomitmen terus mengendalikan dan mengawasi peredaran tumbuhan dan satwa liar di Sulut. “Kami terus berupaya mengembalikan satwa-satwa hasil sitaan dan hasil penyerahan sukarela dari masyarakat ke alam melalui kegiatan pelepasliaran,” kata Askhari.

Selain sebagai upaya penambahan darah baru (fresh blood), pelepasliaran satwa penting untuk meningkatkan populasinya di alam.

Baca Juga: 3 Wisata Pantai Favorit di Sulawesi Utara, dari Manado hingga Likupang

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya