Unhas Minta IDI Buktikan Ada Tekanan untuk Luluskan Disertasi Terawan

Terawan lulus program doktoral di FK Unhas Makassar

Makassar, IDN Times - Pihak Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, meminta Ikatan Dokter Indonesia (IDI), membuktikan tuduhan adanya tekanan kepada Unhas untuk meluluskan promosi doktor eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Kepala Sub Direktorat Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik Unhas, Ishaq Rahman, mengatakan, Prof Irawan Yusuf, promotor atau pembimbing doktoral Terawan, meminta pembuktian dari IDI.

"Kami sudah bicara dengan Prof Irawan, karena Beliau promotornya Dr. Terawan. Jadi, ada dua hal. Pertama MKEK IDI harus membuktikan tudingannya," kata Ishaq kepada IDN Times pada Rabu, 6 April 2022.

1. Unhas yakin Prof Irawan Yusuf tidak gampang ditekan

Unhas Minta IDI Buktikan Ada Tekanan untuk Luluskan Disertasi TerawanMantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Hal kedua, menurut Ishaq, Unhas yakin sosok Prof Irawan sebagai akademisi yang memiliki integritas. Dia merupakan akademisi yang dinilai menjaga marwah akademik dan norma-norma ilmiah.

"Kami tidak ada melihat Beliau gampang ditekan atau bisa diatur-atur. Beliau adalah akademisi yang betul-betul menjaga namanya marwah akademik dan menjunjung tinggi norma-norma ilmiah. Tudingan hal itu menjadi serius sebenarnya," ujar Ishaq.

2. IDI menilai ada kecacatan fatal dalam disertasi Terawan

Unhas Minta IDI Buktikan Ada Tekanan untuk Luluskan Disertasi TerawanEks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto ketika mengikuti rapat kerja dengan komisi IX di Kompleks Parlemen, Senayan pada 10 Desember 2020. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Sebelumnya, anggota Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Rianto Setiabudi, menilai terdapat kecacatan yang fatal dalam disertasi Terawan pada 2016 lalu, dengan judul "Efek Intra Arterial Heparin Flushing terhadap Cerebral Flood Flow, Motor Evoked Potensials, dan Fungsi Motorik pada Pasien Iskemik."

Karena itu, kata Rianto, Terawan harusnya tidak dipromosikan menjadi doktor.

"Saya bisa memahami keresahan yang ada di benak publik. Rata-rata menanyakan mengapa seseorang yang sudah meraih S3 lalu diragukan kesahihan temuannya," kata Rianto saat menghadiri rapat kerja di DPR dikutip dari YouTube Komisi IX DPR, Rabu (6/4/2022).

Baca Juga: Kritik Pemecatan Terawan, Anggota Komisi IX Usul IDI Dibubarkan

3. Rianto menduga Unhas ditekan untuk meluluskan Terawan

Unhas Minta IDI Buktikan Ada Tekanan untuk Luluskan Disertasi TerawanAnggota Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Rianto Setiabudi ketika mengikuti rapat kerja dengan komisi IX DPR pada Senin, 4 April 2022. (Tangkapan layar YouTube Komisi IX DPR)

Rianto juga mengatakan, sejak awal tim pembimbing Terawan di Universitas Hasanuddin sudah tahu soal kelemahan penelitian terapi DSA untuk meraih gelar doktor.

"Namun, mereka (para pembimbing) terpaksa mengiyakan (penelitian Terawan), karena konon ada tekanan eksternal yang saya sama sekali tidak tahu itu bentuknya apa," ungkap Rianto.

Kesimpulan bahwa disertasi metode cuci otak Terawan tidak cukup ampuh untuk mengobati pasien stroke, sudah lebih dulu disampaikan oleh guru besar ahli saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Teguh Ranakusuma pada 2016 lalu.

Menurut dia, metode cuci otak tak bisa dijadikan rujukan untuk pengobatan, tapi hanya untuk deteksi dini. Namun, Terawan berkukuh bahwa metode cuci otak tersebut bisa dijadikan sebagai terapi.

Baca Juga: Anggota MKEK IDI Sebut Disertasi Terawan soal Terapi DSA Cacat Fatal

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya