Hari Lingkungan Hidup Sedunia, FKH Sulsel Kampanye Sembuhkan Bumi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Juni. Pada momentum ini, Forum Komunitas Hijau (FKH) Sulawesi Selatan (Sulsel), menggelar literasi dan kampanye lingkungan hidup.
Menurut Ketua FKH Sulsel, Ahmad Yusran, peringatan hari lingkungan hidup harus dibarengi dengan tindakan untuk menjaga lingkungan. Dimulai dari hal kecil, nyata dan berkelanjutan demi kehidupan di bumi.
"Bukan rahasia lagi jika saat ini bumi menghadapi tiga krisis, baik itu secara global, nasional, dan regional khususnya di Sulsel," kata Yusran dikutip ANTARA, Minggu (5/6/2022).
1. Krisis iklim karena hutan digunduli
Saat ini, kata Yusran, iklim memanas terlalu cepat bagi manusia dan alam, salah satunya disebabkan oleh masifnya penebangan pohon di hutan.
Permasalah lingkungan yang ada, menurut Yusran, butuh penanganan yang komprehensif. Termasuk mitigasi bencana alam besar, di mana manusia harus beradaptasi.
2. Dampak kerusakan lingkungan
Yusran menambahkan, dampak dari kerusakan lingkungan bisa dirasakan oleh setiap orang. Antara lain dengan adanya polusi udara, tanah, dan air.
Lebih jauh kata Yusran, hilangnya habitat dan spesies yang terancam punah juga disebabkan oleh ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan hanya mengeksploitasi alam untuk mengeruk keuntungan finansial.
"Olehnya tanpa tindakan efek dari perubahan iklim berupa integritas biosfer misalnya, hilangnya keanekaragaman hayati laut dan darat, perubahan sistem lahan, penggunaan air tawar secara berlebihan, kesemuanya akan mempercepat proses kerusakan yang dihasilkan dari aktivitas manusia secara global, nasional, dan regional. Termasuk di Kota Makassar yang kondisi TPA di Antang sudah rusak dan kritis," katanya.
Baca Juga: WALHI Bentangkan Spanduk: Hentikan Tambang Nikel di Sulsel
3. "Menyembuhkan bumi"
Jalan keluar yang ditawarkan Yusran dari kerusakan lingkungan yang semakin masif, yaitu dengan mengubah ekonomi dan masyarakat menjadi inklusif, adil, dan lebih terhubung dengan alam.
"Kita harus beralih dari merusak planet ini menjadi menyembuhkannya. Tanpa tindakan, paparan polusi udara di luar pedoman yang aman akan meningkat sebesar 50 persen dalam dekade ini dan limbah plastik yang mengalir ke ekosistem perairan akan hampir tiga kali lipat pada tahun 2040 mendatang," katanya.
Baca Juga: Hutan Lindung Latimojong Tana Toraja Sah Jadi Kawasan Hutan