Kapolrestabes Sebut Makassar Rawan Konflik-Kriminalitas Jelang Pemilu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Kepala Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Makassar Kombes Pol Budhi Haryanto mengatakan, Kota Makassar merupakan wilayah rawan konflik dan kriminalitas saat pemilhan umum (Pemilu) 2024 mendatang.
"Ditanya mana titik rawan di Makassar, itu 12 (titik) rawan semua. Maka dari itu kita tidak boleh underestimate, saya anggap semua rawan," ungkap Budhi saat menjadi pembicara kegiatan diskusi yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar dengan tema 'Bagaimana Pengamanan Humanis Menjelang Pemilu Tahun 2024?', Kamis (17/11/2022) sore.
"Jadi tidak ada daerah yang tidak rawan (di Makassar), semua rawan dan pernah terjadi kriminalistas," tambahnya.
1. Tekan kerawanan di Makassar, Budhi rekrut pelaku kriminal
Budhi menyebutkan, kerawanan ataupun konflik di suatu daerah terjadi dan dilakukan oleh orang-orang yang tidak berpendidikan, baik di Makassar maupun daerah-daerah manapun yang berkonflik.
"Maka dari itu, pertama kali saya bertugas di sini (Makassar) saya rekrut dan kumpul anak-anak yang berpotensi lakukan aksi kriminalitas, saya bina sekaligus memberi solusi bagi mereka," kata Kombes Budhi.
Di awal, kata Budhi, pihaknya merekrut sekitar 300-an anak muda pelaku kriminalitas jalanan. Mereka dibina dengan pengarahan khusus agar tidak lagi berbuat hal merugikan masyarakat maupun dirinya sendiri.
"Dan di Makassar anak-anak seperti ini ada sekitar 10 ribu berpotensi," sambungnya.
2. Kelompok jurnalis rentan mengalami kekerasan
Lalu, bagaimana pengamanan humanis oleh pihak kepolisian di Makassar menjelang Pemilu 2024, termasuk kepada para jurnalis yang masuk kelompok rentan jadi korban kekerasan?
Menurut Reny Ayu, anggota Majelis Penasihat Organisasi (MPO) AJI Makassar, kekerasan terhadap jurnalis kerap terjadi pada banyak momentum, termasuk Pemilu atau Pilkada. Pelaku kekerasan pun sering berasal dari aparat keamanan.
"Atasan (pejabat polisi) itu paham tetapi sampai ke bawahan itu ada (komunikasi) yang terputus, sehingga terjadi bentrok di lapangan. Makanya kita (jurnalis) sering bingung," kata Reny, yang juga jurnalis Harian Kompas.
3. Jawab miskomunikasi, Budhi minta buat grup WhatsApp
Menjawab itu, Budhi menyatakan tidak adanya komunikasi yang baik sehingga terjadi konflik di lapangan. Maka dari itu, khusus soal miskomunikasi tersebut, maka dia meminta dibuat grup percakapan WhatsApp.
"Dan tugas saya menyampaikan kepada seluruh jajaran untuk melayani dan juga mengamankan teman-teman media saat bertugas di lapangan," ujar Kombes Budhi.
"Termasuk juga soal pengamanan yang paradoks sampai membuat tidak aman itu karena persoalan komunikasi, mungkin ada anggota sakit kepala, anak istri sakit dan tidak punya uang, ditambah ada yang mancing akhirnya dia emosi," tambahnya.
Baca Juga: Polda Sulsel Tak Tuntaskan Kasus Kekerasan terhadap Jurnalis Makassar