Yuk, Datang dan Ramaikan Festival Media 2025 di Benteng Ujung Pandang

Makassar, IDN Times - Kota Makassar menjadi tuan rumah Festival Media (Fesmed) 2025 yang digelar Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) di Benteng Ujung Pandang (Benteng Rotterdam) pada 12-14 September. Selama tiga hari penuh, ada banyak kegiatan menarik di benteng bersejarah tersebut.
Festival Media 2025 mengusung tema besar Freedom dengan tiga sub-tema utama Ecology Justice, Expression, dan Press. Tema ini lahir dari kegelisahan bersama melihat kondisi kebebasan pers yang masih dibatasi, konflik agraria yang kian meluas, serta ruang berekspresi yang semakin sempit.
Ketua Panitia Fesmed 2025, Sahrul Ramadhan, menegaskan keterbukaan acara tahun ini. Festival tersebut dirancang untuk bisa diikuti oleh siapa saja, bukan hanya kalangan jurnalis.
"Tiga tema ini menjadi sesuatu yang selaras karena kami menganggap bahwa jurnalis tidak pada satu sektor saja. Jurnalis kerap kali dianggap sebagai profesi yang sedikit ekslusif padahal jurnalis kerap berdampingan yang berhubungan dengan konflik sosial," kata Sahrul saat konferensi pers di Gedung Chapel, Benteng Ujung Pandang, Kamis (11/9/2025).
1. Kebebasan pers masih terancam

Ketua Steering Committee, Gregorius Magnus Finesso, menyebut Fesmed menjadi kampanye bersama untuk kebebasan berekspresi. Dia menyoroti data AJI Indonesia yang mencatat 60 kasus kekerasan terhadap jurnalis sejak Januari hingga Agustus 2025, mulai dari intimidasi fisik, serangan digital, hingga penghentian siaran langsung di media sosial.
Dalam enam hari aksi demontrasi baru-baru ini, tercatat 23 kasus kekerasan menimpa jurnalis yang tengah meliput. Situasi itu, kata Gregorius, bahkan merambah ke ruang digital, ketika TikTok sempat menghentikan layanan siaran langsung.
"AJI menganggap itu salah satu bentuk pembungkaman kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi. Itulah mengakapa kita nasib mengangkat soal kebebasan pers," jelas Gregorius.
2. Sorotan konflik agraria di Sulawesi Selatan

Ketua AJI Makassar, Didit Haryadi, mengatakanbahwa isu lingkungan dan konflik agraria juga menjadi perhatian penting. Sulawesi Selatan termasuk salah satu daerah dengan kasus konflik agraria tertinggi di Indonesia.
"Rentetan kasus yang begitu banyak terjadi di sulsel akhirnya kami mengambil tema besar termasuk keadaan lingkungan karena konflik agraria di Sulsel termasuk yang tertinggi di Indonesia," kata Didit.
Didit juga menekankan tujuan Fesmed sebagai ruang edukasi bagi publik. Termasuk soal sengketa pemberitaan, menurutnya, idealnya diselesaikan melalui Dewan Pers alih-alih langsung dibawa ke ranah pidana.
"Tiga tema itu sangat relate dengan kondisi di Sulsel. Kami mengambil tema itu untuk mengedukasi masyarakat. Ketika ada sengketa pers, jangan dilaporkan secara pidana tapi di Dewan Pers," katanya.
3. Menghormati sejarah lokal

Lebih jauh, Direktur Program Festival Media 2025, Ibe S Palogai, mengungkap alasan pemilihan nama Benteng Ujung Pandang sebagai lokasi acara, bukan Benteng Rotterdam. Menurutnya, penyebutan itu adalah bentuk penghormatan pada sejarah Gowa-Tallo sekaligus untuk masyarakat marginal.
"Benteng ini dulu milik Kerajaan Gowa-Tallo sebelum direbut kolonial Belanda. Dengan menyebut Ujung Pandang, kami ingin mengingatkan bahwa tempat ini pernah dirampas, sekaligus menunjukkan solidaritas terhadap masyarakat adat yang masih menjaga tanah dan laut hingga hari ini," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Program Festival Media 2025, Ibe S Palogai, menyebut gelaran ini menjadi ruang perlawanan kreatif atas kondisi demokrasi yang semakin mencemaskan.
"Festival Media adalah uji coba bagaimana kita bersikap ketika ruang dan kebebasan kita dirampas. Kami mengemasnya lewat diskusi, pameran, workshop, hingga pertunjukan seni," kata Ibe.