Prof Diwa Ariestina. Dok. Direktorat Komunikasi Universitas Hasanuddin
Sementara Dr Musa’ad menyampaikan, keberhasilan pelaksanaan otonomi khusus Papua tidak cukup dari pemerintah daerah saja, namun membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat.
"Khususnya dalam hal penguatan kewenangan dalam pemerintah Papua untuk mengelola keuangan daerah dan tata kelola sesuai dengan konteks masyarakat Papua," Dr Musa'ad menerangkan.
Hal lain yang penting untuk agenda ke depan, menurut Dr Musa'ad, adalah pembangunan sosial berbasis kontekstual dan strategi kebutuhan dasar dengan peningkatan layanan sosial dan pemberian fasilitas sosial.
"Peningkatan keadilan, pemerataan dan kedamaian serta kesempatan yang sama," katanya.
Demikian halnya dengan peningkatan kapasitas dan kualitas SDM orang Papua Asli, kata Dr Musa'ad, diharapkan dapat menjadi pemeran utama dalam pembangunan Papua. Hal lain yang penting adalah, diperlukan penyelesaian permasalahan HAM dengan pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
Rektor Universitas Cendrawasih Papua, Dr. Ir. Apolo Safanpo, meminta penyelesaian masalah Papua harus dengan serius dan bermartabat dengan senantiasa menghargai nilai-nilai budaya masyarakat Papua.
Pembicara ketiga, yaitu Prof Dwia menjelaskan pentingnya memberi peluang soft-power dalam penyelesaian masalah di Papua. Menurutnya, beberapa agenda penting yaitu mengedepankan pendekatan keamanan yang humanis dan senantiasa menghargai nilai budaya Papua.
Kemudian, lanjut Prof Dwia, agenda kedua adalah membuka dialog yang seluas-luasnya dengan semua kelompok untuk mendapatkan berbagai alternatif penyelesaian masalah. Selain itu, Prof Dwia menyarankan untuk memaksimalkan agenda ketiga, dengan terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia, untuk memastikan orang Papua asli yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan bekerja untuk pembangunan dan pelayanan publik.
"Agenda keempat terkait dengan peningkatan kesejahteraan dengan berbasis pengembangan masyarakat dengan berbasis lokal dengan menjadikan orang Papua sebagai subjek. Agenda terakhir adalah mendorong lahirnya bibit perdamaian dengan mendorong mahasiswa Papua menjadi agen perdamaian untuk mewujudkan harmonisasi kehidupan di tingkat komunitas," kata dia.