Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ramai soal Penghapusan PR bagi Siswa Sekolah, Bagaimana di Makassar?

ilustrasi pelajar(IDN Times/Mardya Shakti)

Makassar, IDN Times - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Makassar menanggapi soal penghapusan PR pekerjaan rumah (PR) bagi pelajar SD dan SMP di Kota Surabaya. Sejauh ini, Disdik Makassar telah menerapkan Kurikulum Merdeka yang diluncurkan Kemendikburistek.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Muhyiddin, menjelaskan sistem pendidikan di daerahnya telah menerapkan kurikulum merdeka yakni metode pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Dalam sistem ini, Disdik tak terlalu menitikberatkan pada PR melainkan asesmen dan outing.

"Namanya P5 (Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Kemudian yang kita lakukan sekarang itu bukan lagi PR. Kita asesmen anak berdasarkan kurikulum merdeka," kata Muhyiddin saat diwawancarai IDN Times, Rabu (23/11/2022).

1. PR bukan penentu penilaian

Ilustrasi siswa. IDN Times/Sukma Sakti

Muhyiddin mengatakan PR masih memungkinkan untuk diberikan kepada siswa. Namun PR bukan menjadi satu-satunya penentu penilaian bagi siswa melainkan masih ada asesmen yang lebih mengedepankan pemahaman.

"Jadi, kita di sini adalah pemahaman literasi jadi fokus ke anak. Bukan PR yang menentukan penilaian tapi di hasil asesmen kompetensi anak itulah yang menjadi penilaian," katanya.

2. PR bukan kewajiban bagi siswa

Ilustrasi siswa SD (IDN Times/Sukma Sakti)

Dalam penerapan Kurikulum Merdeka, kata Muhyiddin, PR tak lagi menjadi kewajiban bagi siswa. Pasalnya, guru telah diarahkan untuk lebih memetakan bakat dan minat siswa dibandingkan sekedar memberikan PR untuk dikerjakan di rumah. 

Biasanya, PR hanya akan diberikan setelah selesai ujian, itupun bagi siswa yang remedial atau mengulang.

"Artinya, remedial kalau pada saat sudah di-asesmen palingan di situ satu kali. Tapi bukan tiap hari. Selingan. Pada saat sudah asesmen, ada yang perlu diremedial dari siswa, itu yang diremedialkan," ucapnya.

3. Lebih fokus pada literasi

Ilustrasi siswa. (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Asesmen ini, kata Muhyiddin, mempunyai model pembelajaran yang berbeda yakni lebih fokus pada literasi. Misalnya, pembelajaran tentang lingkungan di mana teori saja tidak cukup melainkan perlu kegiatan belajar langsung di lapangan.

"Aktualisasinya jadi memahami sesuai dengan tema pembelajaran waktu minggu itu. Misalnya, apa yang diajarkan temanya, nanti ada aktualisasinya di lapangan. Apakah di sekitar sekolah tergantung tema pembelajarannya," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
Ashrawi Muin
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us