IDN Media Berbagi Tip Komunikasi ala Gen Z dengan Dosen UIN Alauddin

Berbicara di depan dosen, Petra memaparkan sejumlah perbedaan antara Gen Z dengan orang-orang di generasi sebelumnya. Gen Z lahir antara tahun 1997-2012, yang hidup di tengah teknologi, serta perkembangan komputer dan ponsel. Kondisi itu membuatnya punya preferensi yang sesuai perkembangan zaman.

Di luar perkembangan teknologi, Gen Z juga lahir di tengah masa resesi ekonomi, sehingga cenderung realistis. Berbeda dengan generasi lalu yang senang jalan-jalan atau menimba berbagai pengalaman, Gen Z lebih konservarif dengan suka menabung.

"Gen Z cukup pragmatis, karena cenderung tahu ekonomi sedang susah. Di sisi lain mereka secara alamiah, terbiasa memakai smartphone," kata Petra.

Petra, merujuk survei global, menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga strategi komunikasi bagi kalangan akademik agar menarik bagi Gen Z. Yang utama perlu diterapkan adalah menyampaikan pesan relevan, sesuai yang mereka mau.

Gen Z, kata Petra, menginginkan pesan yang langsung ke sasaran atau to the point. Misalnya, dalam memilih perguruan tinggi, mereka ingin tahu bagaimana kampus membentuk karier di masa depan. Ada juga sejumlah ketertarikan personal yang bisa menggiring pilihan mereka.

"Misalnya, informasi tentang pengalaman pengajar, terhubung dengan mahasiswa yang ada, hingga tip mendapatkan beasiswa," ujar Petra.

Pada poin selanjutnya, Petra menjelaskan bahwa menjangkau Gen Z berarti mesti menjangkau media sosial. Medsos jadi keharusan, yang mesti dimaksimalkan sebagai jalur komunikasi untuk informasi yang mengena.

Sebagai gambaran, survei menunjukkan bahwa 79 persen Gen Z memeriksa ponsel satu menit setelah bangun tidur. Sedangkan konten yang digulir di medsos sepanjang hari, jika diulurkan, bisa mencapai sepanjang 91 meter.

Bagaimana informasi yang mengena? Kampus, misalnya, bisa mendekatkan diri dengan konten asyiknya kegiatan kelas, momen kelulusan, atau gedung kampus yang Instagramable.

"Konten sebaiknya menggambarkan partisipasi aktif mahasiswa, sehingga mereka merasa ada keterikatan. Dan memang harus membentuk tim khusus untuk social media," Petra menerangkan.

Petra menambahkan, Generasi Z, menurut riset Nielsel, 92 persen lebih percaya teman dan keluarga daripada iklan. Itu membuktikan mereka cenderung lebih menyukai interaksi yang personal.

Mengirimkan pesan yang personal bisa ditempuh dengan memanfaatkan mesin. Di Facebook kita mengenal iklan bertarget, yang sesuai referensi aktivitas penggunanya. Cara lain berupa email personalisasi yang seakan-akan interaksi pribadi.