Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Gubernur Sulsel Soroti Pernikahan Dini sebagai Penyumbang Stunting

IMG_20250728_101517.jpg
Gubernur Sulawesi Selatan,Andi Sudirman Sulaiman, menyampaikan sambutan dalam peringatan Harganas ke-32 di tribun Lapangan Karebosi, Senin (28/7/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)
Intinya sih...
  • Remaja putri hamil di usia belum matang berisiko tinggi stunting, dipengaruhi oleh keterbatasan akses informasi dan rendahnya pendidikan kesehatan reproduksi.
  • Sudirman soroti angka perceraian yang tinggi, mencapai ratusan ribu per tahun, berkorelasi dengan lemahnya ketahanan keluarga dan meminta intervensi dari kepala daerah.
  • Pendekatan keluarga sebagai fondasi utama pembangunan manusia, diharapkan bisa tumbuh generasi lebih sehat, cerdas, dan tangguh dengan dampak jangka panjang yang besar.

Makassar, IDN Times - Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, menyampaikan kekhawatiran atas tingginya angka pernikahan dini di wilayahnya. Fenomena ini disebut sebagai salah satu faktor utama penyebab stunting yang hingga kini masih menjadi tantangan serius dalam pembangunan sumber daya manusia di Sulsel.

Pernyataan tersebut disampaikan saat memberikan sambutan pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 yang digelar di Lapangan Karebosi, Makassar, Senin (27/7/2025). Dalam forum yang dihadiri Menteri BKKBN Wihaji, serta jajaran pemerintah daerah kabupaten/kota, Sudirman menekankan pentingnya pendekatan keluarga dalam mencegah stunting sejak hulu.

"Banyak juga pernikahan, termasuk pernikahan dini, yang harus menjadi perhatian. Seperti yang Bapak Menteri sampaikan, pernikahan dini ini menjadi salah satu faktor penyumbang stunting," kata Sudirman di hadapan peserta kegiatan.

1. Remaja putri yang hamil di usia belum matang berisiko tinggi

Ilustrasi pernikahan dini. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi pernikahan dini. (IDN Times/Aditya Pratama)

Remaja putri yang hamil dalam usia belum matang secara biologis dan psikologis dinilai cenderung memiliki risiko tinggi melahirkan anak dengan gangguan tumbuh kembang, termasuk stunting. Hal ini diperparah oleh keterbatasan akses informasi, rendahnya pendidikan kesehatan reproduksi, serta kondisi ekonomi yang umumnya membayangi pernikahan di usia muda.

"Kenapa? Karena persoalan gizi, kesiapan mental, dan kondisi fisik ibu yang bersangkutan terutama jika masih remaja," kata Sudirman.

2. Sudirman soroti angka perceraian yang tinggi

Ilustrasi perceraian (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi perceraian (IDN Times/Mardya Shakti)

Sudirman juga menyoroti angka perceraian yang disebutnya mencapai ratusan ribu per tahun. Dari data nasional yang dia peroleh, terdapat sekitar 350 ribu kasus perceraian dalam satu tahun terakhir, terdiri atas cerai hidup maupun cerai mati. Angka ini dinilai sangat tinggi dan berkorelasi dengan lemahnya ketahanan keluarga.

"Kita di satu sisi memperhatikan bagaimana ibu-ibu banyak bekerja keras, tapi ketahanan keluarga tetap harus terjaga. Mungkin harus ada sedikit intervensi dari kita semua," katanya.

Dia pun meminta agar seluruh kepala daerah di Sulsel turut memperkuat program edukasi dan pendampingan keluarga, termasuk mendorong pelibatan PKK, kader posyandu, serta tokoh masyarakat untuk memberikan pemahaman mengenai dampak pernikahan dini.

"Karena saya juga jadi melihat kadang-kadang di satu kota, satu kabupaten, ada puluhan ribu perceraian hidup dalam satu tahun. Pengadilan itu kebanyakan menerima gugatan," katanya.

3. Pendekatan keluarga sebagai fondasi utama pembangunan manusia

IMG_20250728_101458.jpg
Gubernur Sulawesi Selatan,Andi Sudirman Sulaiman, menyampaikan sambutan dalam peringatan Harganas ke-32 di tribun Lapangan Karebosi, Senin (28/7/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Melalui pendekatan keluarga sebagai fondasi utama pembangunan manusia, Sudirman berharap generasi Sulsel ke depan bisa tumbuh lebih sehat, cerdas, dan tangguh. Dia menegaskan bahwa membangun generasi berkualitas memiliki dampak jangka panjang yang jauh lebih besar dibandingkan pembangunan infrastruktur fisik semata.

"Melahirkan generasi terbaik, mendidik satu anak yang hebat, bisa menjadikan mereka seperti Bapak Presiden Prabowo, Bapak Habibie, presiden-presiden hebat yang bisa mengubah wajah Indonesia ini," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us